BAB 2.│PERJUANGAN HIDUP

1149 Words
Yang namanya hidup memang penuh perjuangan tapi bila perjuangan dan hasilnya tak memuasakn memang suka bikin penyakit diri, segala macam pekerjaan Shanika rambah ya hitung-hitung untuk dirinya mencari pengalaman, sembari menyamankan diri bekerja, sejauh ini Shanika sudah keluar masuk mencari pekerjaan lima kali tapi selalu berakhir gagal, sungguh Shanika ingin memiliki pekerjaan yang bisa membuatnya mencukupi hidup dirinya dan juga keluarga. Hingga dirinya rela menjadi tukang-tukang bersih di kampus, namun berakhir tak berlanjut daripada Shanika selalu dilecehkan lebih baik dia menyudahi bekerjanya. Setiap Malam Shanika selalu merenung, kenapa dirinya memiliki nasib yang pelik sedangkan ia melihat orang-orang kaya selalu enak dan nikmat dengan kehidupannya. Semenjak ia di PHK dari pekerjaan lamanya, pikiran-pikiran overthingking Shanika selalu menghantui, hingga suatu ketika Shanika pernah memiliki fikiran untuk mengikuti jasa open BO namun lantas dirinya langsung menghilangkan pikiran kotornya, masak iya dirinya memberikan nafkah uang haram untuk keluarganya. “Nggak! Gue enggak boleh ceroboh, masak uang yang buat aku kasih ke Mama sama Ayah uang haram, enggak, jangan Nika lo bisa dapat kerjaan lebih baik nanti.” Berbeda dengan Shanika, disisi lain laki-laki tampan sedang menahan amarahnya karena asisstennya tiba-tiba saja meminta untuk menyudahi kontrak kerjanya karena ia akan menikah, mana bisa begitu, Rama sudah menolak pengunduran diri Anna—asissten pribadi Rama, bagaimana bisa Rama mengatur semuanya sendiri kalo asisstennya saja minta berhenti bekerja. Bisa-bisa nanti pekerjaannya runyam, tak hanya runyam semuanya akan carut-marut apalagi popularitas Rama sedang naik-naiknya jadi Rama amat sangat membutuhkan kehadiran Anna disampingnya meskipun hanya asissten pribadi itupun juga sangat amat penting untuk Rama. “Kamu nikahnya entaran aja kalo saya udah enggak butuh kamu lagi,” “Yahh mana bisa sih bos! Acaranya sudah diatur, kan saya udah jauh-jauh hari ijinnya Mas Rama juga udah nge-iyain.” Anna tak mau kalah. “Kapan saya mengiyakan?” Anna yang mendengar jawaban Rama semakin membuatnya kesal. “Belum lama kok, bulan awal kemarin—pokoknya saya mau udahan kerja sama Mas Rama.” “Cariin saya pengganti kamu dulu, baru saya bolehin kamu keluar dari pekerjaan kamu, cari yang sama kaya kamu cekatan enggak cerewet.” “Ya Allah Mas, mana sempet saya, Mas Rama mah.” “Resiko tanggung sendiri.” Rama beranjak dari duduknya kemudian meninggalkan Anna yang terbengong dengan kelakuan bosnya. Kesal dengan ekspresi Rama yang tak segera memberikan keputusan untuk Anna bisa keluar dari pekerjaannya, dirinya sudah stress namun bossnya itu malah membuatnya menambahkan beban stress, padahal mencari pengganti untuk dirinya tak membutuhkan waktu yang sebentar. Kebetulan saat itu Kirei baru saja sampai dirumah sepupunya itu dan menenteng rantang berisi makanan dari sang Ibu untuk diberikan pada sepupu laknat namun baik hati itu, saat Kirei masuk ke ruang tengah rumah minimalis Rama disitu Kirei melihat assisten pribadi Rama tengah menghela nafas berwajah lelah, baru kali ini Kirei mendapati asissten kakaknya itu berwajah masam tak seperti biasanya. “Kaka Anna, kenapa deh? Wajahnya kaya abis kena kemalingan gitu?” tanya Kirei yang ikut duduk disebelah Anna. “Tuh Abangmu bikin kesel aja—masak aku mau resign cepet-cepet sama dia suruh nyari pengganti aku dulu, kan capek banget Rei.” “Kak Anna jadi resign dari asissten Abang?” Anna mengangguk. “Tapi harus suruh cari penggantiku dulu, Rei—kamu bantuin aku dong, udah mumet banget nih aku.” Kirei menatap Anna dengan raut wajah juga kasihan. “Kenapa kemarin sebelum mau resign kak Anna enggak cari penggantinya dulu, kalo kakak pergi abang juga keteteran sih, bukan mau nyalahin kak Anna juga sih, cuman ya emang susah cari orang kaya kakak yang sabar menghadapi Abang.” “Soalnya juga mendadak semua kan—kamu ada temen enggak?” Anna tanya pada Kirei kemudian Kirei menatap Anna seperti sedang berpikir. “Coba nanti aku tanya temenku dulu deh, kalo dia mau—tapi kak Anna juga ikut bantu cari orang kalo-kalo temenku itu enggak mau ya.” Anna mengangguk, bebannya seperti terangkat. “Makasih ya Rei.” “Sama-sama kak, kalo gitu aku tinggal kedalam dulu ya mau anter makan buat abang.” Anna mengangguk. ♣♣♣ Malamnya Kirei mendatangi rumah Shanika yang kali ini beruntung yang sedang Kirai cari sedang duduk didepan rumahnya dengan pandangan menerawang kedepan dengan tanpa dosa, Kirei datang dengan salam pun Nika tidak sadar sungguh hebat sehabat Kirei itu melamun sampai tak sadar bila ada seseorang yang duduk disampingnya hanya sahabat Kirei yang bisa bergini, disambet setan baru rasa temannya itu. “Nik—Nika, lo enggak ada niatan mau kedip?” Kirei mencoba menyadarkan temannnya itu entah apa yang sedang Shanika pikiran itu sampai-sampai melamun menjadi hal paling nikmat. “SHANIKA!” “ASTAGFIRULLAH..” “Nahkan lagi bangun, lo ngapain ngelamun malam-malma begini mana didepan rumah lo kebon kosong gitu, untung gue cepet datang, kalo enggak udah melayang kali lo.” “Heh mulut lo! Mau gue selebew ya?” “Makanya jangan suka ngelamun, lo boleh mumet jangan ampe lo melamun kaya gitu lagi, ngeri tau!” omel Kirei. “Lo ngelamun jorok ya, Nik?” “Iye, gue lagi ngelamunin gimana kalo gue buka jasa BO aja ya Rei, mayan tuh gede juga uangnya cuman modal tiduran doang mah gue bisa.” ujar Nika tanpa dosa. Tanpa aba-aba Kirei benar-benar menggeplak kepala Nika yang bisa-bisanya berpikiran hal seperti itu, segila-gilanya dirinya enggak ada niatan untuk membuka jasa seperti itu, memang sahabat Kirei aja yang keteraluan gilanya. “REI! Sakit gila.” “Sekali lagi lo berpikiran sempit begitu, gue gantung lo dipohon ringin diujung jalan sana.” “Abisnya gue beneran stress banget Rei, lo mah enak belum kerja masih disongkong bapak-ibu lo, lah gue.” “Apaa—gue juga bokek tahu, mumet banget cari kerja kaya lo.” Kirei juga berkata demikian. “Nik, lo mau nggak gue ajak kerja sama abang gue?” “Kerja apaan?” “Jadi asissten pribadi abang gue.” “Behh abang lo kaya ya, ampe perlu asissten pribadi banget.” “Ya biasalah namanya juga pablik figure dia perlu asissten pribadi gitu buat ngurusin dia, nyiapin dia, pokoknya nyiapin segala sesuatunyalah, gimana lo mau? Tenang aja, gajinya lebih besar sama kerja kita yang di PT kemarin.” Kirei mencoba menawari. “Itu abang lo butuh asissten pribadi apa istri sih, kok apa-apa minta di urusin?” Nika mulai lemotnya. “Nik enggak gitu loh, maksudnya tuh dia butuh bantuan orang lain enggak mungkinn dia ngurusin dirinya sendiri pas di lagi sibuk-sibuknya, makanya dia membutuhkan yang namanya asissten pribadi.” Kirei kembali menjelaskan dengan sabar. “Lo pikir-pikir aja dulu, ntar kalo lo yakin entar gue anterin lo kea bang gue.” “Iya, gue pikir-pikir dulu, kalo gue ada pikiran ya.” Canda Nika. “NIKA GUE GAPLAK LO YA!” Shanika tertawa suka sekali dirinya menggoda temannya itu, bagaimana tidak suka kalo Kirei dibercandai saja cepat-cepat mengeluarkan tanduknya dan Nika si jahil suka membuat Kirei mencak-mencak, begitulah pertemanan mereka yang penuh warna-warnim hingga di PHK saja bersama-sama. ♣♣♣
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD