bc

My Hero

book_age16+
738
FOLLOW
5.3K
READ
HE
dominant
brave
superhero
popstar
drama
sweet
bxg
city
love at the first sight
like
intro-logo
Blurb

Kinara Salsabila atau kerap dipanggil Ara adalah seorang wanita karier berumur 24 tahun yang sukses di bidang tarik suara maupun akting. Suatu ketika ia mengalami kecelakaan kecil di tengah syuting filmnya dan harus memanggil tim SAR 115 untuk dimintai pertolongan dan di saat itulah ia bertemu dengan pria tampan yang menyelamatkan hidupnya dan di sanalah benih-benih cinta mulai muncul di hati Ara. Sebagian orang percaya bahwa ada cinta pandangan pertama, seperti ungkapan yang sering di dengar saat ini, 'dari mata turun ke hati.' Dan sejak saat itu Ara mulai berusaha untuk bisa lebih dekat dan ingin mendapatkan hati pria tampan penolongnya yang bernama Devan Alfiano Pratama tersebut dan umurnya yang terpaut 2 tahun dengannya.

“Oke. Sebenarnya aku mau nawarin kamu untuk jadi bodyguardku Kak karena sekarang aku sedang mencari orang untuk direkrut menjadi bodyguardku.”

“Hm, Ara! Dengar ya sepertinya kamu menawarkan kepada orang yang salah. Aku sudah mempunyai pekerjaan, jadi aku tidak mungkin menerima tawaran itu.”

“Bukan begitu maksudku Kak. Huhh ... Maksudku kamu resign saja dari pekerjaanmu yang sekarang dan kemudian menjadi bodyguardku. Aku ingin sekali kamu menjadi bodyguardku karena kamu sudah sering menolongku dan bisa diandalkan. Bagaimana?”

“Aku tidak mau resign, aku juga sudah nyaman dengan pekerjaanku yang sekarang. Kenapa kamu tidak cari orang lain saja, yang benar-benar ahli di bidangnya.”

"Tapi--"

Bagaimana kisah Ara yang berusaha untuk mengejar cinta Devan yang sama sekali tidak menyukainya dan masih menaruh perasaan pada cinta pertamanya dulu? Apakah Devan akan menerimanya dan balik membalas cintanya? Ikuti terus kisah mereka di sini yaa

chap-preview
Free preview
Bab 1 - Pertemuan Pertama
"Ara! apa kamu sudah siap?" seru seorang sutradara film dengan genre romantis, action kepada gadis mungil berambut pendek sebahu nan lurus yang tampak sedang berdiri di atas rooftop bangunan tak terpakai berlantai 5 bersama 3 pria lainnya, sepertinya akan ada adegan perkelahian di sini. Dan Ara pun hanya memberi jempolnya sebagai tanda bahwa dia siap. Kinara Salsabila atau kerap dipanggil Ara adalah seorang artis muda yang mengawali karirnya 2 tahun yang lalu sebagai penyanyi solo dan kini ia telah merambah ke dunia peraktingan juga. Hari ini ia tengah ada jadwal syuting sebuah film action yang berlokasi di pusat kota Jakarta. "Baiklah kita mulai saja sekarang 3, 2, 1, action!!” "Sudah, tidak usah banyak bicara. Serang!!" seru salah satu pria dan perkelahian pun dimulai. Bugh ... Bughh ... Ara dan pria tersebut sontak mulai beradegan memukuli satu sama lain dengan lihainya, hingga sampai pria satunya lagi tidak sengaja mendorong Ara terlalu keras hingga membuat dirinya jatuh dari rooftop bangunan yang berlantai 5 tersebut. "Cut! Cut!”  teriak sang sutradara panik dengan mata yang melebar dan langsung berlari untuk melihat ke bawah rooftop, ternyata Ara masih selamat, ia tergantung pasrah seraya berpegangan pada sebuah besi panjang yang berada di dekatnya. "Aaaa ... Tolong aku! Kumohon tolong aku!” teriak Ara meminta pertolongan dan berusaha untuk terus bertahan, berpegangan pada sebuah besi panjang itu. "Ara bertahanlah sebentar, saya akan segera cari bantuan!” teriak sang sutradara tersebut dari atas rooftop. "Hubungi tim SAR 115 sekarang. Hubungi cepat!” perintah sutradara tersebut kepada para staff yang berada di sana. Para staff lantas sibuk menghubungi bantuan dan juga berusaha untuk menyelamatkan nyawa Ara Setelah beberapa saat kemudian datanglah beberapa orang perwakilan dari tim SAR 115 dan mereka segera dikerahkan ke bagian rooftop bangunan tersebut. Saat tiba di rooftop, mereka sempat mengecek keadaan terlebih dahulu sebelum akhirnya salah satu perwakilan dari mereka mengambil tindakan “Tolong! Tolong aku! Aku sudah tidak kuat lagi!” seru Ara dengan keras. Tangannya terasa keram dan ingin melepaskan pegangan besi tersebut. "Devan, kamu bisa melakukan ini 'kan?" tanya Erlangga atau kerap di panggil Angga salah satu tetua tim SAR 115 tersebut. Devan, pria tampan dengan rambut hitam gaya koma hair, tubuh tinggi nan atletis itu mengangguk. “Ya, aku akan berusaha Bang," Mereka pun mulai memasang tali dan alat-alat pelindung pada tubuh Devan untuk membantunya dalam usaha penyelamatan Ara. Setelah itu perlahan Devan diturunkan ke bawah, saat tiba di area Ara berada, Devan langsung berhenti. Ia sontak menarik pinggang Ara agar mendekat ke arahnya seraya berkata, "Lepaskan pegangganmu pada besi itu sekarang, aku akan menyelamatkanmu." "Tidak mau, apa kamu bercanda? aku bisa jatuh!" tolak Ara mentah-mentah. "Cepat lepaskan saja, aku tidak akan membiarkanmu jatuh. Percayalah padaku." balas Devan dengan nada suara yang terdengar serius. Ara melirik sedikit ke bawah lalu sontak bergidik ngeri dan malah makin memperat pegangannya pada besi. "Huhuu ... takut ... Aku tidak mau,” ucap Ara dengan nada suara yang sedikit bergetar, rasanya ia ingin menangis saja. Keringat juga tampak bercucuran dari dahinya, sepertinya ia sangat takut. "Dengarkan aku! Jangan lihat ke bawah, tatap saja mataku." perintah Devan, dan perlahan Ara benar melakukannya. "Oke, sekarang perlahan lepaskan pegangganmu pada besi itu.” tutur Devan lembut seraya menatap intens manik hitam Ara, Ara pun terpaku dengan tatapan yang di berikan dari iris coklat muda yang indah itu dan perlahan ia benar melepaskan peganggannya pada besi tersebut. Dan dengan cepat Devan menangkap pinggang kecil Ara sedangkan kedua tangan Ara reflek melingkar ke leher Devan hingga akhirnya gadis mungil itu berhasil berada dalam dekapannya. "Huhh ... Huhhh ... huhh ...." Ara menghela napasnya berkali-kali, dengan d**a yang tampak naik turun karena sangat terkejut hampir saja ia terjatuh dari bangunan berlantai 5 itu. Namun, beruntung Devan dengan sigap menangkapnya. Devan menunjukkan senyum tipisnya ketika menatap gadis yang berada dalam dekapannya. "Turunkan aku ke bawah, aku sudah berhasil menyelamatkannya." ucap Devan di microphone kecil yang tersangkut di bajunya. “Siap!” dan akhirnya dari atas mereka diturunkan perlahan ke bawah. "Sudah tidak apa, jangan takut. Sebentar lagi kita akan sampai ke bawah." tutur Devan lembut, berniat untuk memberikan ketenangan dan kenyamanan pada Ara, sementara Ara masih setia memeluk erat leher Devan dan menyembunyikan wajahnya di balik badan Devan seraya menutup matanya rapat dan mengigit bibir bawahnya kuat. Devan menoleh ke samping lalu sontak menunjukan senyum kecilnya ketika melihat reaksi orang yang ditolongnya ini, mengemaskan sekali. Setelah sampai di bawah, Ara masih belum juga bergeming dan masih setia memeluk leher Devan erat. "Ehem, kita sudah tiba di bawah, apa kamu masih betah memeluk leherku? By the way leherku sedikit sakit kamu memeluknya terlalu erat." tutur Devan sedikit panjang dan otomatis Ara melepaskan pelukannya dan juga membuka matanya. Para staff, sutradara, dan juga manajer Ara pun buru-buru langsung menghampiri Ara dan Devan segera pergi dari sana untuk menemui rekan sesama tim SAR yang lainnya. "Ara, apa kamu baik-baik saja?” tanya Ryan Mahendra selaku manajer Ara. "Kamu harus istirahat Ara, kita tunda saja syutingnya." timpal sang sutradara. "Maaf, aku tak sengaja mendorongmu terlalu keras tadi, kamu baik-baik saja 'kan?" tutur pria lawan main Ara yang tak sengaja mendorongnya tadi. "Hm, aku baik-baik saja." jawab Ara pelan yang arah matanya malah tampak fokus menatap ke arah pria tampan yang menolongnya tadi, tampak sedang asik mengobrol dengan rekan timnya. Setelah beberapa saat kini tinggallah Ara dan manajernya, para staff dan sutradara tampak sedang membereskan semua properti dan kelengkapan untuk meninggalkan lokasi syuting. "Jadi, sekarang bagaimana? apa kamu ingin pulang ke apartemenmu atau mau ke rumah sakit? Memeriksa tubuhmu mungkin? " tanya Ryan. "Hm ... tunggu sebentar Kak," jawab Ara lalu perlahan melangkahkan kakinya mendekati pria yang sedang duduk sendiri di sebuah tempat duduk di sana. "Aku Kinara Salsabila, biasa dipanggil Ara. Siapa namamu?" celetuk Ara tiba-tiba seraya menyodorkan sebelah tangannya berniat untuk bersalaman. Devan sontak mendongakkan wajahnya untuk melihat siapa yang menegurnya "Ah, kamu rupanya. Hm, aku Devan Alfiano Pratama." tutur Devan seraya menjabat tangan Ara, dan Ara terlihat mengangguk-anggukan kepalanya paham. "Hmm ... Apa kamu sudah lama bekerja di Tim SAR 15 ini?" tanya Ara setelah melepas jabatan tangan mereka. "Hm, iya kurang lebih sudah 5 tahunan." "Ohh ... apa aku boleh minta no ponsel mu?" tanya Ara hingga membuat sang lawan bicara mengerutkan dahinya dengan mata yang membulat. "Em,  jangan salah paham dulu, aku meminta no ponsel mu hanya untuk err ... jika aku memiliki kesulitan dan membutuhkan bantuan, aku bisa menghubungimu 'kan?" lanjut Ara lagi mencoba memberikan alasan. "Oke, mana ponsel mu," Devan meminta ponsel Ara akhirnya setelah berpikir sejenak dan Ara dengan cepat memberikannya, senyum yang sangat kecil terlihat tercetak di wajahnya. Devan lalu mengetikan no ponsel nya di ponsel milik Ara lalu menyimpannya. "Sudah, ini ponselmu. Sebenarnya kamu tidak perlu meminta no ponselku, jika kamu mengalami kesulitan kamu bisa langsung hubungi no kantor." jelas Devan seraya memberikan kembali ponsel kepada pemiliknya. "Devan! Ayo kita pergi! Kita harus kembali ke kantor!!" teriak Arka salah satu rekan timnya dari jarak yang sedikit jauh dengan mereka. Ia terlihat sudah berkumpul dengan sesama rekan tim dan berniat untuk kembali ke kantor. "Oke aku akan menyusul!" teriak Devan tak kalah keras lalu kembali menatap ke Ara. "Oke Ara, sepertinya aku harus pergi. Hm, lain kali kamu harus lebih berhati-hati ya," Ara menganggukan kepalanya dengan senyum kecilnya. Setelah itu Devan bergegas berlari menghampiri rekan timnya, namun sepersekian detik kemudian Ara kembali memanggilnya "Devan!" Hingga Devan sontak berhenti lalu membalikan tubuhnya. "Terima kasih!" teriak Ara dan Devan pun menganggukan kepalanya seraya tersenyum lebar hingga menampilkan eyesmile nya, dan setelah itu ia kembali mengejar rekan timnya untuk kembali ke kantor. Sedangkan Ara akhirnya memilih untuk berisitirahat di apartemennya saja. Sesampainya di apartemennnya, ia langsung merebahkan diri di sofa yang empuk nan lembut kesayangan nya itu seraya mengutak atik ponselnya. Ia berniat untuk mengirimi si penyelamat tampan tadi sebuah pesan. Namun, ia terus bolak-balik keluar dari aplikasi chat, ia masih ragu untuk sekedar mengirimi pesan saja. "Huhh ... kenapa bisa sesulit ini, aku hanya harus memberitahukan kepadanya kalau ini no ponselku. Ayolah Ara!" tutur Ara yang merasa kesal sendiri dengan dirinya yang gugup berlebihan begini. Dan pada akhirnya ia benar-benar mengirimi pesan singkat kepada Devan yang berisikan "Hai lagi, ini no ponselku, Kinara Salsabila, jangan lupa di save ya hehe ...." Setelah mengirim pesan tersebut Ara lalu melempar ponselnya sembarang ke atas sofa, namun selang beberapa detik kemudian notifikasi aplikasi chat berbunyi di ponselnya, hingga ia sontak bangun lalu mengambil ponselnya dan ternyata itu adalah notifikasi dari grup yang berisi sahabat-sahabat artisnya bukan dari Devan dan ia hanya bisa menghela napasnya seraya memasang tampang kecewa. ‘Kenapa aku harus kecewa? Tidak mungkin 'kan kalau aku sudah mempunyai rasa padanya.’ batinnya sejenak lalu akhirnya memilih membuka grupnya. Pretty Squad (4) Riri: Araaa ... Ada apa? Riri: Ngafe yukk!! Amel: Iya kak Ara, ngafe yuk! Btw kami sudah di kafe. Ihh kok ngga ngajak-ngajak sih. Amel: ini 'kan lagi diajak Kak Ara Ya maksudnya dari tadi kek bilangnya, supaya serempak ke Kafe nya gitu loh, tapi kalian udah duluan aja ke kafe nya :( Vela: Utututu jangan sedih dong sayang, mau dijemput ngga? Ya maulah Vela: Oke, aku otw Amel: kami tunggu ya kak Oke oke. Bilang sama Vela jangan lama-lama jemputnya Vela: Siap! Setelah mendapatkan jawaban dari Vela, Ara menutup aplikasi chatnya lalu bersiap-siap untuk pergi refreshing bersama sahabat-sahabatnya yang notabenenya sesama penyanyi dan juga artis seperti dirinya. *** Sesampainya di Kafe, Ara akhirnya tiba dengan Vela dan kini mereka sudah duduk bersama di sebuah meja. "Kak Ara, aku sudah dengar berita tentang kamu barusan." celetuk Amel, gadis tinggi berpipi gembul dan Riri, gadis tinggi langsing sontak mengangguk mengiyakan. "Berita tentangku, tentang apa?" tanya Ara dengan santai seraya menyeruput choco lattenya. "Tentang kecelakaan pas syuting film-mu hari ini.” jawab Riri. "Hah! ada kecelakaan tadi Ra? Tapi, kamu ngga apa-apa 'kan?" ucap Vela seraya memeriksa setiap inci tubuh Ara. Pasalnya ia baru saja datang setelah menjemput Ara ke sini dan dia belum mengetahui berita apapun hari ini mengenai sahabat-sahabatnya. "Aku ngga papa kok Vel, i’m okay.” "Iyalah, ‘kan ada penyelamat tampan, ya ngga Ra?" celetuk Riri berniat menggoda. "Hah, maksud kalian siapa?" tanya Ara pura-pura tidak tahu "Pura-pura ngga tau lagi. Tim SAR 115 lah, yang memeluk pinggangmu tadi." goda Riri seraya menaikan kedua alisnya. "Eh, dari mana kamu tahu?” “Dari berita di sosial media, sepertinya ada yang memotretnya dan membagikannya ke sosial media. Siap-siap saja setelah ini kamu akan banjir interview.”  Ara hanya diam tidak merespon, namun ia terlihat menunjukkan senyum malunya ketika kembali teringat dengan penyelamat tampan yang telah menyelamatkan nyawanya. "Ih, Ra! Kamu kok malu-malu gitu sih, memangnya setampan apa sih orangnya, aku belum lihat beritanya loh." ujar Vela ketika melihat senyum malu-malu Ara yang sangat mencurigakan. "Nih lihat Kak," timpal Amel seraya menyodorkan ponselnya yang sedang memperlihatkan berita Ara hari ini. "Woahh ... ini mah tampan banget, cocok jadi artis ini mah daripada tim SAR.” "iya 'kan Vel, lebih tampan dari Kak Bara ‘kan?" celetuk Amel asal. "Eh, Mel ngomong sembarangan. Aku kaduin sama Kak Bara ah," ancam Riri. "Ih jangan dong Kak Ri, aku kan cuma bercanda hehehe ...." "Hahaha ... Mel-mel takut diputusin kak Bara ya haha ...” ucap Vela dan Amel hanya mengerucutkan bibirnya sebal. "Yakk!!" seru Ara keras tiba-tiba hingga membuat para sahabatnya terkejut dan sontak menoleh ke arah sumber suara. "Kenapa sih Ra, santai dikit dong, ngegas mulu tiap hari." komplain Riri yang berada di sebelahnya. "Hah? ngga kenapa-napa kok hehehe ...." jawab Ara kikuk lalu kembali melihat ponselnya nya yang menjadi sumber dari teriakannya secara tiba-tiba itu, ternyata Devan membalas pesannya yang berisikan pesan singkat, "Kalau aku tidak mau menyimpannya bagaimana?" Ara pun langsung membalasnya kembali, "Kalau kamu tidak mau menyimpannya, jangan temui aku lagi." Sepersekian detik kemudian Devan kembali membalasnya dengan 3 pesan, "Hahaha ... Kalau kamu mengalami kesulitan aku pasti akan menemuimu lagi, karena aku seorang tim penyelamat. Penyelamat bagi orang-orang yang sedang mengalami kesulitan." "Dan juga aku hanya bercanda, aku sudah menyimpan no ponselmu dengan nama 'Araa' bagus 'kan?" Devan bahkan juga mengirimkan ss nama kontak Ara yang telah tersimpan di ponselnya. Ara yang melihat balasan dari Devan pun hanya bisa menunjukkan senyum malu-malu nya seraya memandang layar ponselnya lalu kembali membalasnya. “Itulah yang aku mau." TBC  

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

TERNODA

read
198.3K
bc

B̶u̶k̶a̶n̶ Pacar Pura-Pura

read
155.7K
bc

Sentuhan Semalam Sang Mafia

read
187.9K
bc

Dinikahi Karena Dendam

read
233.4K
bc

Hasrat Meresahkan Pria Dewasa

read
29.7K
bc

Setelah 10 Tahun Berpisah

read
36.2K
bc

My Secret Little Wife

read
131.9K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook