Ara bergegas membawa Devan ke ruang UGD dibantu dengan pihak dari rumah sakit. Air matanya tampak terus turun dari pelupuk matanya. “Mbak, tolong tunggu di luar ya,” seorang perawat mencoba menghentikan Ara yang ingin ikut masuk ke dalam ruang UGD setelah mengantarkan Devan memasuki UGD. Ara terpaksa mengikuti perintah lalu mengambil duduk di ruang tunggu. Ia menunduk dan menutup wajahnya dengan kedua tangannya. Rasanya sangat hancur ketika mendapati orang yang dicintainya berkali terluka karenanya, ia tahu ini memang resiko dari pekerjaannya tapi dia tidak sanggup untuk menghadapinya, tidak sanggup berkali-kali menyaksikan orang yang dicintainya terluka. ‘Maafkan aku Kak, maafkan aku bila kamu harus mengalami semua ini. Aku tidak sanggup melihatmu begini, aku harap kamu segera pulih.’ Ar

