Bab 9 - Hari Pertama Bekerja

1300 Words
 Ting! “Ah, itu pasti dia!” Ara sontak bangkit dari sofa lalu bergegas untuk membukakan pintu. Ceklek! “Selamat sore, maaf aku baru datang sekarang.” Orang yang ditunggu-tunggu Ara akhirnya datang, Devan terlihat tampan dan menawan dengan outfit berupa kaos hitam yang dimasukkan ke dalam celana dan dibalut dengan kemeja putih sebagai outernya, celan levis hitam dan sepatu kets putih. Rambutnya terlihat ditata rapi membentuk koma hair. “Oh, iya gak apa-apa. Silakan masuk Kak,” Ara mempersilakan Devan untuk masuk dan membiarkan pintunya terbuka. “Silakan duduk,” Devan mengangguk lalu mengambil duduk di salah satu sofa. “Sebentar ya, aku ke belakang dulu.” Tanpa menunggu jawaban dari Devan, Ara meninggalkan Devan ke belakang. Selang beberapa menit kemudian, Ara kembali dengan segelas minuman dingin dan sebuah totebag di tangannya. “Maaf ya cuma ada minum, stok makanan di apartemenku sudah menipis.” “Oh, iya tidak apa. Ini juga sudah lebih dari cukup. Terima kasih.” Devan mengambil minuman tersebut dan meneguknya sedikit. “Oya ini untukmu,” Ara menyerahkan sebuah totebag berwarna biru tua ke hadapan Devan. “Apa ini?” “Lihat saja,” Devan menuruti perkataan Ara lalu melihat isi dalam totebag tersebut yang ternyata berisi setelan jas kerja hitam, beserta kemeja putih dan dasi hitam. “Itu, setelan khusus bodyguardmu. Ya, sebenarnya setelannya kurang lebih seperti setelan pekerjaan kantoran. Tapi, ngga apa-apa, aku mau kamu pakai setelan itu aja Kak. Dan aku tidak tahu ukuran kemejamu jadi aku beli yang ukuran besar, kamu bisa mencobanya dulu Kak.” “Aku tidak menyangka kamu sudah menyiapkan semua ini,” “A-a, iya itu memang sudah aku sediakan sejak lama untuk bodyguard yang akan bekerja denganku nanti.” Devan mengangguk. “Ohh, begitu. Ya udah kalau begitu aku ingin mencobanya dulu, di mana aku harus menggantinya?” Devan berdiri dan mengarahkan pandangannya ke sekitar. “Di kamar mandi belakang saja, dari sini lurus aja nanti belok ke kanan, di situ ada kamar mandinya.” “Oke, aku ke sana dulu ya” Ara mengangguk. “Kalau begitu aku akan tunggu di sini.” Sepeninggal Devan, Ara mengambil duduk di sofa lalu menghidupkan tv sembari menunggu Devan kembali. Ia menyilang kakinya membuat posisi nyaman dan menatap acara kartun yang sedang berlangsung di tv. Selang beberapa menit kemudian, Devan kembali ke ruang tamu dengan setelan jas yang tampak sangat pas di tubuhnya, “Aku sudah mencobanya, bagaimana menurutmu?” Ara sontak mengalihkan pandangannya ke asal suara dan mendapati Devan sudah berdiri tidak jauh darinya. Bola mata Ara tampak bergerak-gerak ke atas ke bawah menelusuri tampilan Devan yang terlihat lebih tampan dan menawan dengan setelan jas tersebut. Tanpa sadar sudut bibirnya terangkat membentuk senyuman kecil. Sedangkan Devan mengernyitkan dahinya ketika tak mendapat jawaban atas pertanyaan yang ia lontarkan. “Ra, jadi bagaimana?” “Hah? Bagaimana apanya?” “Penampilanku, bagaimana?” “Oh, bagus kok. Cocok denganmu Kak. Tidak sempit 'kan?” “Tidak. Ya udah aku ganti lagi ya,”  Ara hanya mengangguk sebagai jawaban. 15 menit kemudian, Devan kembali duduk bersama Ara. “Jadi, kapan aku akan mulai bekerja?” “Oke, aku akan menjelaskan tentang tugasmu. Jadi, secara garis besar tugasmu itu adalah mengawalku dan menjagaku kemanapun aku pergi, dari pagi hingga malam hari. Dan malamnya kamu baru boleh pulang. Bagaimana?” “Hm, Oke. Tapi, bagaimana jika kamu sedang tidak ada jadwal, apakah aku harus stay untuk mengawalmu?” “Tidak. Tapi, jika aku sedang free dan ingin keluar untuk jalan-jalan, sepertinya kamu harus mengawalku juga. Oya dan satu lagi jika aku ada jadwal sampai keluar kota ataupun keluar negeri kamu juga harus ikut.” “Oh, begitu. Oke, jadi kapan aku mulai bekerja?” “Besok sudah bisa. Kebetulan besok pagi aku ada jadwal manggung di salah satu acara musik dan siangnya ada pemotretan majalah. Besok kamu datangnya jam 7 pagi aja ya Kak sekalian ke agensi dulu untuk berbicara bersama manajerku mengenai tugas lainnya, persyaratan beserta honornya.” “Oke, siap. Kalau begitu besok pagi aku akan ke sini lagi. Dan sekarang aku harus pamit, aku tidak bisa berlama-lama di sini karena masih ada urusan lain.” “Oh iya, silakan biar aku antar.” Ara mengantarkan Devan hingga ke depan pintu. “Aku pulang ya, mari.” Ara mengangguk dengan senyum kecilnya. Setelah Devan meninggalkan perkarangan apartemennya dengan motor Kawasaki ninjanya, Ara menyunggingkan senyum manisnya lalu menutup pintu apartemennya kembali. *** Keesokan harinya, tepatnya di pagi hari Devan telah tiba di depan apartemen Ara dengan setelan jasnya. Ia memarkirkan motornya di sebelah motor matic yang belum pernah ia lihat sebelumnya berada di sini. ‘Motor siapa ini? Apakah sedang ada tamu di sini?’ batinnya lalu tanpa berpikir panjang segera pergi ke depan pintu dan memencet bel. Ting! Ceklek! Mata sipitnya melebar ketika mendapati orang yang membuka pintu ternyata bukan Ara. “Hm, apa Ara ada?” Gadis itu tampak memperhatikan tampilan Devan dengan bola matanya yang terlihat bergerak-gerak. “Oh, jadi kamu bodyguard barunya Ara ya?” tebak gadis berkacamata bulat itu. “Hm, iya. Perkenalkan saya—“ “Siapa kak Jen?!” seru Ara yang muncul dari belakang. “Eh, Kak Devan sudah datang. Ayo masuk dulu.” Mereka bertiga kini sudah berada di ruang tamu. “Kak Jen, kenalin ini Kak Devan. Dia bodyguard baru aku dan dia mulai bekerja hari ini.” “Oh, apa kamu sudah membawanya berbicara pada Kak Ryan?” “Belum kak. Rencananya sebelum manggung nanti mau ke agensi dulu, makanya aku sengaja nyuruh kakak datang pagi banget hari ini.” Jenny mengangguk paham. “Oya Kak Devan kenalin ini Kak Jenny, dia asisten pribadiku. Dia biasa juga mengikutiku ke manapun sekaligus menyetir untukku juga.” “Oh, hai salam kenal ya,” Devan mengulurkan tangannya ke arah Jenny untuk berjabat tangan dan Jenny menyambutnya dengan hangat. “Salam kenal juga Devan,” “Eh, benar kan aku panggil kamu Devan saja? Atau jangan-jangan kamu lebih tua dariku?” Seketika Jenny merasa tidak enak, ia merasa takut salah memanggil saja. “Oh, umurku 26 tahun.” “Oh, berarti kita hanya beda satu tahun. Kalau begitu aku akan memanggilmu Kak Devan.” “Oke, baiklah.” “Hm, kalau begitu apa kita berangkat sekarang saja? Apa semuanya sudah sarapan?” “Aku sih belum Ra, ngga sempat tadi di rumah.” jawab Jenny. “Kalau Kak Devan?” “Sudah sedikit tadi di rumah.” “Hm, kalau begitu nanti kita sarapan di kantin agensi saja. Kamu makan saja lagi ya kak, siapa tahu belum kenyang.” Devan hanya tersenyum tipis menanggapi. Hingga akhirnya mereka pergi meninggalkan apartemen Ara menuju MH entertainment. Ara bersama Jenny di satu mobil sedangkan Devan mengikuti seraya mengawal dari belakang menggunakan motornya. “Ra, kamu dapat dari mana bodyguardnya? Ganteng juga ya,” celetuk Jenny di tengah perjalanan. “Kenapa? Kakak tertarik? Ngga boleh ya,” “Eh, kenapa memangnya? Udah punya cewek dia?” Ara terdiam, ia bingung harus menjawab apa, karena memang dirinya belum terlalu mengenal Devan termasuk mengenai kisah asmaranya. “Ra! Kenapa kamu diam aja?” “A-ah Hm ... kalau soal itu aku ngga tahu, untuk apa juga 'kan aku tahu soal privasi gitu.” Jenny mengangguk. “Iya juga sih.” Jenny kembali fokus menyetir sementara Ara tampak melamun dengan banyak pertanyaan yang kini memenuhi benaknya. 'Iya juga ya kok aku ngga sampai kepikiran ke arah sana ya, gimana kalau dia udah punya kekasih? Dan bagaimana kalau dia udah mau tunangan? Atau lebih parah lagi bagaimana kalau dia sudah menikah? Ah, tapi ngga mungkin dia 'kan masih muda, dan dia tidak memakai cincin apapun di jarinya.’ Sementara Ara sibuk dengan pikirannya sampai membuat raut wajah yang berubah-ubah, Jenny tampak melirik orang di sampingnya dengan dahi yang mengernyit. 'Ada apa dengan Ara? Apa yang sedang ia pikirkan?’ TBC
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD