Part 3 - Valentine's Day

1296 Words
Jaehoon berusaha menghalangi Yebin untuk keluar dari kamarnya. Istrinya itu terlihat benar-benar marah atas apa yang ia lakukan. "Yebin-ah," Jaehoon menggenggam tangan Yebin, "Kumohon jangan seperti ini." "Kurasa sudah cukup," Yebin menepis tangannya, "Aku sudah tak tahan lagi denganmu!" Jaehoon berusaha meraih tangan Yebin lagi, "Bukankah kau bilang kau mencintaiku dan menerimaku apa adanya?" "Memang," Yebin menatap Jaehoon tajam, "Tapi aku sudah tidak tahan dengan bau kentutmu! Kau ini makan apa saja sih tadi? Aku tidak mau tahu! Kau harus kembali tidur di lantai! Aku tak mau berbagi ranjang denganmu!" Sejak tadi perut Jaehoon memang sakit karena makanan yang dibuat oleh ibunya. Nyonya Byun bersikeras untuk membuatkan Jaehoon dan Yebin makanan untuk menyambut mereka. Padahal sebelumnya, Nyonya Byun tidak pernah sekalipun menginjakkan kaki ke dapur karena beliau tidak pandai memasak. Yebin berhasil menghindar dengan alasan alergi, tapi tidak dengan Jaehoon. "Kalau aku tak memakannya, ibuku pasti akan merasa sakit hati," Jaehoon bersungut-sungut mengambil bantal dan guling dari ranjang, "Aku sudah cukup menyakitinya karena acara perjodohan itu." Yebin terdiam sebentar, lalu memasang ekspresi tak berdaya. "Baiklah, naik kembali ke ranjang. Lagipula tidak sopan untuk membiarkan tuan rumah tidur di lantai." Jaehoon menyengir dan meletakkan kembali bantal dan selimutnya ke atas ranjang. "Tapi, Jaehoon-ah," "Hm?" "Apa kau menyadari sikap Kak Jaehwa pada kita? Ia terus saja memandangiku dengan tatapan yang aneh. Apa ia tahu tentang kau yang aseksual?" tanya Yebin. "Tidak," Jaehoon menjawab santai, "Ia memiliki kesalahpahaman yang sama denganmu dulu. Yang ia tahu aku gay dan Woojin adalah kekasihku." "Apa kau bilang?!" *** "Yebin-ah kau benar-benar sahabat yang baik!" Jaehwa memeluk erat tubuh adik iparnya itu sambil sesenggukan. Dari balik punggung Jaehwa, Yebin menatap Jaehoon meminta pertolongan. Tapi bukannya menolong, suaminya itu malah menertawakannya. "Kau menikah dengan Jaehoon untuk menutupi hubungannya dengan Woojin bukan? Mengorbankan dirimu seperti ini ... Kau pasti benar-benar menderita." 'Memang.' ucap Yebin dalam hati. Yeah, walau Jaehwa tidak sepenuhnya benar kalau Yebin menikah dengan Jaehoon demi membantu pria itu menutupi hubungannya dengan Woojin, ia benar soal Yebin yang menderita. "Kapan pun disaat kalian tersudut, beritahu aku. Aku akan membantu kalian dengan sekuat tenaga!" ucap Jaehwa dengan semangat yang berapi-api. Yebin tersenyum dan mengangguk. Mungkin saja mereka akan membutuhkan bantuan Jaehwa di masa depan ... "Kak Jaehwa, itu apa?" tanya Yebin sambil menunjuk ke arah kotak kecil yang ada di atas meja. "Itu? Coklat. Aku berencana membuat coklat untuk valentine tapi aku tak pernah membuat coklat sebelumnya. Jadi aku membeli bahan lebih untuk berjaga-jaga." jelas Jaehwa, ia beralih pada Jaehoon, "Apa kau tidak ingin membuatkan Woojin coklat?" Mendengar hal itu mata Yebin berbinar. Ia memasang wajah sedih dan bergumam. Jenis gumaman yang hanya bisa didengar orang yang ada di sebelahmu. "Aku ingin makan coklat." Jaehoon menoleh dengan cepat pada Yebin. Menatap wajah istrinya itu yang kini terlihat sedih, lalu kembali pada Jaehwa. "Aku akan membuatkannya coklat." Yebin bersorak dalam hati. Walaupun ia tahu Jaehoon tak bisa memasak, ia rela sakit perut untuk bisa makan coklat valentine buatan pria itu. Jaehoon terkekeh karena melihat wajah Yebin yang kembali ceria. Ia mengacak-acak rambut istrinya itu dengan lembut yang dibalas dengan cengiran Yebin. *** "Kim Minkyu terimalah coklat dariku!" Hyeri menyodorkan coklat yang ia buat dengan susah payah. "Kurasa ia akan membuangnya kalau kuberikan langsung seperti itu," gumam Hyeri, "Minkyuku kan pemalu." Hyeri jadi teringat wajah Minkyu yang merona pada pertemuan kedua mereka di pesta pernikahan Jaehoon. Hyeri menyentuh bibirnya, walau sudah tiga hari berlalu tapi hangat bibir Minkyu masih terasa disana. #flashback Hyeri berusaha keluar dari ruangan pesta karena suasana mulai tidak terkendali. Para gadis berpakaian hitam yang mengaku sebagai mantan kekasih Byun Jaehoon memang benar-benar menyeramkan. Hyeri bersyukur bukan dirinya yang menikah dengan Jaehoon hari ini. "Awas!" Hyeri hampir saja terkena lemparan vas jika saja seseorang tidak menariknya. "Kau tidak apa-apa?" tanya orang itu. Hyeri mengangguk pelan. Astaga seram sekali! Bahkan orang-orang yang sedang berkelahi di sana itu saling melempar vas? "Kurasa rencana Senior Jungmyeong terlalu berlebihan," gumam Minkyu, "Ayo ikut denganku. Kita keluar dari sini." Ah ... Apakah ini yang namanya takdir? Hyeri tak menyangka akan bertemu Minkyu disini. Minkyu bahkan menolongnya. Hyeri merasa semua seperti mimpi. "Apa kau sudah menelpon seseorang untuk menjemputmu?" tanya Minkyu. "Um, mereka akan tiba beberapa menit lagi." jawab Hyeri. "Apa Yeonsoo yang mengundangmu kemari?" tanya Minkyu. "Tidak, sebenarnya aku orang yang akan dijodohkan dengan Byun Jaehoon. Tapi untungnya perjodohan kami dibatalkan." "Jadi kau mengejar-ngejarku disaat kau sudah dijodohkan?" Minkyu menatap Hyeri tajam. "I-itu ... Bukan seperti itu ...," Menyadari wajah Hyeri yang tampak murung, Minkyu mengubah tatapannya dan menggaruk tengkuknya. "Sudahlah. Yang lalu biarlah berlalu." Ponsel Hyeri tiba-tiba bergetar. Itu pasti dari orang yang menjemputnya. "A-aku pergi dulu. Terimakasih karena sudah menolongku." Minkyu menanggapinya dengan anggukan malas. Tapi sebelum Hyeri melangkah pergi, ia sempat mencuri satu kecupan di bibir Minkyu. Membuat pemuda itu melongo sebelum akhirnya terdiam dengan rona merah dari wajah hingga ke telinga. #flashback off *** "Happy Valentine's day!" Woojin menyodorkan sebuah kotak berwarna merah untuk Yeonsoo. Yeonsoo menerimanya dengan wajah bahagia. "Ini apa?" tanya Yeonsoo. "Buka saja." Yeonsoo membuka kotak itu. Wajahnya yang berbinar kini berubah suram. "Ini ... Apa?" "Kau buta? Lihat saja sendiri!" Yeonsoo menggenggam benda yang diberikan Woojin. Tersenyum, lalu tanpa aba-aba melempar benda itu tepat di wajah Woojin. "Kau gila?! Kekasih macam apa yang memberikan kekasihnya flashdisk di hari valentine!" bentak Yeonsoo kesal. Woojin tidak marah dan membalas Yeonsoo seperti biasanya. Ia mengambil flashdisk itu dan menyayunkannya di depan wajah Yeonsoo. "Kau tidak mau?" pertanyaan Woojin dibalas gelengan oleh Yeonsoo, "Isinya seratus drama dan film gay baik dari Korea maupun dari negara lain yang sudah diberi subtitle. Aku sudah bekerja keras untuk ini. Kau yakin tidak mau?" tanya Woojin lagi dengan penuh penekanan. Yeonsoo melotot. Ia merampas flashdisk itu dari tangan Woojin dan menyengir. "Park Woojin kau benar-benar kekasih yang pengertian! Aku mencintaimu!" "Hm, aku tahu." "Kalau begitu ini untukmu!" Yeonsol menyodorkan sebuah kotak berisi coklat untuk Woojin. Wajah Woojin memucat. "Kau harus memakannya! Aku membuatnya dengan penuh cinta~" Yeonsoo berbisik lembut di telinga Woojin. "Kang Yeonsoo, kau bilang aku kekasih yang baik bukan?" tanya Woojin. "Hm!" "Kalau begitu mengapa kau ingin membunuhku? Aku bisa mati kalau memakan coklat itu." "Hei!" *** Tidak ada yang lebih seksi dari Jaehoon yang berada di dapur, menggunakan apron dan berkeringat. Pria itu terlihat sibuk menghias coklat yang ia buat untuk sang istri. "Bisakah kau berhenti menatapku? Aku sedang berusaha berkonsentrasi disini." gumam Jaehoon. "Suamiku tampan sekali," balas Yebin, "Aku tidak akan bosan memandangimu." Jaehoon terlihat salah tingkah. Tapi hanya sebentar. Ia meletakkan mangkuk berisi choco chips di tangannya. Lalu mencondongkan tubuhnya ke arah Yebin. Membuat wajah mereka berdua berdekatan. "Kau baru sadar sekarang? Aku sudah tampan sejak dulu." Jaehoon mengedipkan sebelah matanya. Menggoda Yebin. "Wuoo pasangan pengantin baru sedang saling menggoda," Nyonya Byun yang baru saja masuk ke dapur tersenyum melihat mereka, "Pemandangan yang menyenangkan." Yebin dan Jaehoon segera menjauhkan diri mereka. Salah tingkah. "Kau membuatkan istrimu coklat? Manis sekali! Ibu jadi iri," goda Nyonya Byun lagi. "Aku juga ingin membuatkan Ibu coklat, tapi aku takut gula darahmu akan naik," balas Jaehoon, "kau kan sudah tua." "Anak ini!" Nyonya Byun menjewer telinga Jaehoon. "Sakit! Sakit!" jerit Jaehoon. "Ah iya, aku kemari untuk menanyakan hal ini," Nyonya Byun melepaskan jewerannya, "Apa kalian sudah menentukan dimana kalian akan berbulan madu?" "I-itu be—" "Sudah!" Jaehoon menjawab pertanyaan ibunya dengan cepat, "Aku sudah menentukan dimana kami akan berbulan madu." Yebin menatap Jaehoon dengan pandangan 'Apa kau serius?' Tapi hanya dibalas dengan senyuman misterius oleh suaminya. "Kami akan berangkat besok." Jaehoon merangkul Yebin. "Eh? Bukankah itu terlalu terburu-buru?" protes Yebin. "Anakku kau memang benar-benar suami idaman. Jangan-jangan kau menyiapkan sebuah kejutan untuk istrimu?" Jaehoon mengangguk riang dan menyenderkan dagunya di pucuk kepala Yebin, "Hm, dan ini pasti akan menyenangkan~" Yebin tiba-tiba mendapatkan firasat buruk tentang bulan madu ini. ****** Makassar, 13 Februari 2017
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD