**************
Dia mengangkat tubuh gempal Nick, menaruhnya di closet, lalu memakaikannya handuk. Kemudian, dia kembali menggendong Nick menuju walk-in closet yang hanya berisi beberapa helai pakaian saja.
"Nick, mau pakai baju ap-..." belum selesai Sienna berucap, namun Nick sudah memotongnya terlebih dahulu.
"ONESIE!" teriak Nick semangat, lalu tertawa kecil setelah menyadari kelakuannya.
Anehnya, biasanya Sienna itu paling marah kalau ucapannya dipotong atau disela orang lain. Namun, entah kenapa saat ini dia malah ikut-ikutan tertawa.
"Yang lain saja, ya? Hari ini agak panas."
"Onesie."
"No."
"Pokoknya onesie, Aunty!" rengeknya.
Namun, kesabaran Sienna hanya setipis tisu hingga tak sengaja dia meninggikan suaranya pada Nick.
"NO!"
Seketika Nick berjengit kaget mendapat sentakan Sienna. Dia tidak menyangka akan mendapatkan teguran dengan suara sekeras itu.
"O-oke. Please don't be angry," ujarnya takut-takut sembari menggoyangkan tangan kecilnya yang berada di depan d**a.
Bukan hanya Nick. Ternyata Sienna pun sama terkejutnya dan dengan cepat Sienna berusaha mencairkan suasana setelah melihat Nick yang akan menangis.
"Why are you cry? I'm not angry," hibur Sienna.
"No.. I'm not crying," balasnya, namun berbanding terbalik dengan keadaannya saat ini. Air matanya tak henti keluar membasahi pipi bulatnya.
Melihat Nick yang berusaha mengusap air matanya membuat Sienna tertawa lepas sambil memegangi perutnya.
"Yes, you crying? What should i do?" ujar Sienna masih dengan tawanya mengejek. Nick lagi-lagi menyangkal kalau dia tidak menangis sambil menyeka air matanya.
"Oke.. biasanya Daddy kamu ngapain kalau kamu nangis begini?" tanya Sienna yang akhirnya merasa kasihan juga dengan bocah tampan ini. Namun, dia masih saja tersenyum melihat keadaan muka bocah itu yang sudah basah oleh air mata juga hidung mancungnya yang memerah.
"Daddy give me a kiss," jawab Nick.
Seketika Sienna melunturkan senyumannya. Sepertinya ia salah bertanya. Sienna terdiam cukup lama hingga tak sadar kalau Nick sudah tak lagi menangis. Ia sedang bergelut dengan pikirannya yang hanya ia tahu sendiri.
"Aunty..." panggil Nick membuat Sienna akhirnya kembali tersadar dari lamunannya.
"Kamu tunggu di sini. Aku mau mengambil bajunya dulu," ujar Sienna lalu dia beranjak pergi ke lemari bercat putih besar yang tak jauh darinya.
Sienna mengambil satu set pakaian dalam, sweter Prada warna hitam dan abu, blue jeans, dan kemudian dia pergi ke tempat lemari sepatu lalu mengambil satu pasang sepatu sneakers putih kecil dan mengambil topi hitam.
"Kenapa Aunty nggak mau kiss Nick?" tanya Nick polos sewaktu dia dipakaikan baju oleh Sienna.
Sienna tak menjawab karena dia masih memikirkan alasan apa yang akan dia berikan.
Padahal, dia harusnya tak perlu bersusah payah, bukan? Tinggal menciumnya lalu masalah selesai.
"Aunty kenapa nggak mau cium Nick? Aunty Celine sama Daddy saja mau cium Nick. Kenapa Aunty enggak?" tanya bocah itu lagi yang masih heran dengan Sienna yang tak mau menciumnya.
"I just kiss your daddy's lips," bohong Sienna. Ya, karena kan tentu saja bukan hanya Samuel yang pernah diciumnya. Para mantannya juga "MY ATM " tentu saja yang tak lain yaitu Malik.
"Kenapa? Apa bibir Daddy enak? Apa Daddy melarang Aunty mencium orang lain?" tanya Nick tambah penasaran.
"Iya," jawab asal Sienna sambil memakaikan bocah itu sepatu.
"Tapi, Aunty memangnya siapanya Daddy? Kenapa Daddy melarang Aunty Sienna tapi enggak melarang Aunty Celine?" tanya lagi Nick, masih belum puas dengan jawaban Sienna tadi.
Sienna cukup terkejut dengan yang didengarnya barusan.
Ternyata bocah tampan ini cukup kritis, ya, untuk anak seusianya dan dengan kondisi kurang baik semacam ini.
"Aku? Oh, aku ini mantan istri Daddymu," ujar Sienna sambil merapikan rambut Nick yang lumayan panjang.
"What's that?" tanyanya lagi. Sienna hanya memperbesar pupil matanya, tidak menyangka kalau bocah itu akan meneruskan obrolan semacam ini.
"Oke, sudah siap. Topinya jangan dulu dipakai, nanti saja kalau di luar panas baru dipakai," gumam Sienna.
Nick hanya mengangguk setelah itu dia merasakan tubuhnya melayang karena Sienna menggendongnya.
Sienna segera melangkahkan kakinya menuju kamar mantan suaminya yang didominasi warna abu dan hitam. Ia mendekat ke sebuah etalase yang di dalamnya terdapat begitu banyak kunci mobil lalu menyambar asal salah satunya. Tak lupa juga ia mengambil baby carrier yang terletak di lemari kecil samping etalase agar memudahkannya untuk membawa bocah tampan yang tengah digendongnya ini.
"Milk ."
"What ?" tanya Sienna yang kurang jelas mendengar apa yang diucapkan Nick baru saja.
"Nick mau milk, Aunty," pinta Nick sambil menunjuk ke sembarang arah.
Sienna memutar bola matanya. Kakinya dengan berat melangkah ke arah dapur. Dia dengan segera membuatkan satu botol s**u yang sudah disterilkan terlebih dahulu botolnya.
Nick hanya terdiam. Dia menikmati pergerakan tubuh Sienna yang membuatnya nyaman.
Kakinya tak berhenti berayun-ayun sedari tadi dan kepalanya enggan menjauh dari hangatnya d**a Sienna.
Sedangkan tangannya memeluk punggung Sienna dan sesekali membenarkan rambutnya yang terasa mengganggu wajahnya.
"Mau pakai topi sekarang?" tanya Sienna yang sadar dengan gerakan tangan Nick.
"Enggak mau," jawab Nick yang memang terlihat sangat kepanasan. Rambut sekitar tengkuk juga dahinya terlihat basah karena keringat. Di dapur memang tidak menggunakan pendingin ruangan, jadi wajar saja kalau Nick merasa kepanasan.
"Atau mau diikat saja rambutnya?" tanya Sienna lagi.
"Eung.." balas Nick sambil mengangguk.
"Nanti minta sama Daddy buat potong rambut kamu," ujar Sienna selagi dalam perjalanan menuju ke kamar Nick lagi untuk mencari ikat rambut. Huh... melelahkan memang, jika bukan karena kontraknya dengan SH , ia tak akan mau seperti ini.
"Enggak," tolak Nick. Dari nadanya, Sienna melihat ada rasa ketakutan.
"Kenapa?"
"Takut."
Sienna tak meneruskan obrolannya. Ia berhasil menemukan karet warna-warni di laci walk-in closet Nick lalu dengan segera menguncir rambut hitam Nick hati-hati.
"Thank you, Aunty," ujar Nick sambil memegangi hasil karya Sienna di rambutnya.
"Hemm..." balas Sienna lalu kembali menggendong Nick pergi keluar dari sana menuju garasi mobil milik Samuel.
Setelah cukup ribet karena harus menempatkan Nick di baby car seat-nya, akhirnya Sienna bisa duduk tenang di kursi kemudi mobil Audi R8 hitam, salah satu koleksi milik mantan suaminya itu.
"Ayok kita culik Nickholas..." lagi-lagi Sienna dengan sifat jailnya bermonolog agak keras. Ia bertujuan untuk menakut-nakuti Nick dan kali ini sepertinya berhasil. Terbukti dari bocah tampan dan lucu itu, walaupun masih terdiam, namun wajahnya menampakkan kecemasan.
Sienna tertawa puas sebelum mulai menjalankan mobil milik Samuel ini.
Sudah lama rasanya dia mengendarai mobil dengan tangannya sendiri.
Drtt... drtt...
Di perjalanan, ponsel Sienna bergetar menandakan ada notifikasi pesan yang masuk. Dengan segera Sienna mengambil ponselnya yang ia letakkan di saku kanan celana jeans-nya.
Samuel
Nick lagi sama kamu
Sienna
Iya, aku culik anak kamu nih. Kalau kamu mau Nick balik, aku minta tebusan
Samuel
Aku lembur malam ini
So, we don't have time to doing sex
Sienna
Kamu jahat
Samuel
You lose
Sienna hanya melihat saja balasan chat dari Samuel lalu menaruh asal ponselnya di kantung celananya lagi.
To be continue....