Bab 20

889 Words

Dua jam setelah Kana pergi, dapur Arjuna Flame tetap terasa panas—bukan karena kompor, tapi karena satu hal: Dante tidak bisa berhenti memikirkan reaksi Kana. Ia mencoba kembali bekerja. Mengecek persiapan lunch service. Mengatur plating. Mengevaluasi bumbu. Tapi semua terasa salah. Pisau di tangannya terasa terlalu enteng. Aroma bawang dan thyme tidak setajam biasanya. Ia terus-menerus menoleh ke pintu tasting room, seperti mengharapkan Kana masuk lagi. Theo memperhatikan dari jauh. Chef Arjuna biasanya bekerja seperti mesin. Fokus. Presisi. Tak tergoyahkan. Tapi hari ini? Dante terlihat seperti pria yang baru disambar sesuatu yang tidak bisa ia jelaskan. “Chef,” Theo bersuara hati-hati. “Kita harus mulai lunch prep…” Dante tidak menjawab. Ia hanya menatap kosong ke hidangan yang

Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD