Bab 17

1134 Words

Aroma kopi panggang memenuhi udara Arjuna Flame. Restoran belum buka. Para staf masih menyiapkan dapur. Tapi Dante… tidak ada di dapur. Ia berdiri sendirian depan jendela kaca besar lantai dua, menatap lobi di bawah. Sejak pagi, sejak pertemuan di test kitchen, ia tidak bisa fokus. Bukan pada hidangan. Bukan pada plating. Bukan pada staf. Hanya satu hal yang berputar di kepalanya. Kana mengatakan ia bisa menjauh. Kalimat itu seperti pisau yang Dante sendiri biarkan menusuk. Pelan, dalam, dan tidak bisa dicabut. Theo masuk sambil membawa clipboard. “Chef, pre-order dari—” “Letakkan di meja,” potong Dante tanpa menoleh. Theo ragu. “Chef… kau baik-baik saja?” Dante tidak menjawab. Ia hanya mengangkat cangkir kopi, meneguknya seperti itu alkohol, bukan kafein. Tangan Dante gemetar se

Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD