Chapter 3 - Iin (bagian 2)

507 Words
Ya, itu semua hanya khayalan kosong. Iin cuma seorang pembantu, Mas Dino adalah putra majikannya. Iin juga dua tahun lebih tua dibandingkan Dino, meskipun Iin selalu memanggil cowok itu dengan panggilan Mas. Tapi sesekali menikmati mimpinya dan merasakan hangatnya kasur Mas Dino dan bau khas dari tubuhnya membuat hati Iin berdebar-debar bahagia. Iin memang nggak mungkin memiliki Mas Dino, tapi cukup membayangkan kalau Iin bisa tidur di kasur yang sama dengan Mas Dino sudah membuatnya bahagia. Beberapa menit kemudian, Iin bangun karena dia harus melanjutkan tugasnya. Mas Dino tadi minta tolong bersihin kamarnya, kalau nggak dibersihin, humph, nanti pasti marah sama Iin. Meskipun sebenarnya, Iin belum pernah sekalipun dimarahi Dino selama bekerja disini. Iin kemudian berjalan ke meja komputer yang sering dipakai oleh Dino dan dia duduk di kursi tempat Dino biasanya duduk. “Mas Dino biasanya duduk disini kan? Tuh kan kursinya aja masih anget. Dia lebih sering duduk disini daripada tempat manapun di rumah ini,” gumam Iin. Iin berpura-pura menjadi Dino dan memegang mouse yang ada di atas mouse pad dan ketika dia menggeserkannya, layar monitor yang tadinya tertutup screen saver tiba-tiba menyala. Iin sempat kaget sesaat, tetapi ketika dia melihat gambar yang terlihat di layar monitor tersebut, Iin terkejut sekali. Tubuh Iin bergetar hebat dan dia seperti tersengat listrik. Ternyata itu adalah video seorang wanita yang terlihat sedang menikmati sebuah aktivitas dengan tubuh telanjang bulat. Dengan cepat Iin menekan tombol pause untuk menghentikan video tersebut. “Mas Dino lihatin video beginian?” bisik Iin lirih. Iin melirik ke arah pintu kamar yang sedikit terbuka kemudian dia berjalan ke sana. Iin menutup pintu kamar Dino kemudian menguncinya dari dalam. Dengan jantung berdebar-debar Iin kembali ke meja komputer Dino dan menatap ke layar monitor dengan tatapan kebingungan. Di satu sisi, dia ingin sekali melihat video blue tersebut, di sisi lain ada sesuatu yang mengingatkannya untuk tidak melakukannya. Tapi tanpa Iin sadari, tangannya bergerak sendiri dan memencet tombol play di video tersebut dan selama beberapa menit berikutnya, Iin terpaku tanpa berkedip melihat adegan demi adegan seks yang dilakukan di dalam video tersebut. Tok. Tok . Tok. Tok. Terdengar suara ketukan pintu dari luar kamar. Iin panik dan terlihat kebingungan sesaat. “Mbak Iin?” terdengar suara Dino memanggil dari luar kamar. Iin yang mendengar suara Dino yang memanggilnya makin panik dan tanpa sadar dia berlari ke pintu dan membukanya. Dino melihat raut muka Iin yang panik dan keringat mengalir di lehernya disertai muka yang memerah dan napas terengah-engah. Dino tahu kalau mangsanya sudah terperangkap dalam jaring laba-laba. “Kok ditutup sih Mbak pintunya?” protes Dino pelan sambil melirik ke arah layar monitor yang masih memperlihatkan sebuah video yang dalam keadaan menyala. “Tadi itu, Mbak mau bersihin.. Anu.. Itu..” Iin terlihat gugup dan tidak bisa menjawab pertanyaan Dino. Dino kemudian masuk ke kamar dan menutup pintu kamarnya pelan-pelan sambil membelakangi pintu itu dan melihat kearah Iin. Setelah itu dia mengunci pintu kamarnya dengan tangan yang ada di belakang punggungnya. “Kok pintunya ditutup sih Mas Dino?” tanya Iin mulai panik melihat sikap Dino.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD