Chapter 2 - Iin (bagian 1)

518 Words
Sejak itu, pandangan Dino bukan lagi hitam putih seperti dulu, kini di matanya, dunia ini terlihat abu-abu. Dulu dia tidak akan merasakan apa-apa ketika melihat Mbak Lastri sedang mengepel di lantai dengan p****t yang nungging dan bagian kewanitaannya terlihat karena dia tidak memakai celana dalam. Sekarang, adek kecil Dino akan langsung otomatis mengeras saat melihat hal yang sama. Dan parahnya lagi, karena di rumah ini cuma Dino satu-satunya laki-laki dan dia dianggap masih anak-anak. Mereka, para ART itu dan terkadang Mbak Dini yang 2 tahun lebih tua dibanding Dino suka seenaknya kalau berpakaian. Dino menjadi semakin takut untuk keluar dari dalam kamarnya. Dia hanya akan keluar saat ada panggilan untuk makan dari luar kamarnya dan akan langsung berlari kembali ke dalam kamar saat sudah selesai. Ketika berada di dalam kamarnya, dalam ruang amannya, Dino akan melakukan onani sepuasnya dengan membuka situs porno dan memuncratkan spermanya ke atas tissue yang dia letakkan di sampingnya. Rutinitas Dino yang seperti diatas berlangsung selama hampir tiga bulan, ketika akhirnya Dino makin lama makin kesulitan untuk bisa memuaskan dirinya dengan menggunakan tangannya sendiri. Dino pun makin frustasi. Kejadian ini berlangsung selama hampir dua mingguan. Dino sudah berusaha mengocok adek kecilnya sampai tangannya pegal, menambahkan baby oil untuk pelumas dan semua cara yang dia tahu, tapi tetap saja si adek kecil tidak mau terpuaskan. Dino seperti orang linglung karena itu. Dia merasa frustasi dan terasa ingin menghancurkan semua barang-barang di sekelilingnya, ketika akhirnya, pikiran jahat pertama kali lahir di dalam kepala Dino yang baru duduk di kelas 3 SMP itu. Dino berniat untuk memperkosa Iin, pembantu termuda di rumahnya yang seumuran dengan Dini tapi sudah berhenti sekolah sejak dia lulus SD. Iin berkulit kuning langsat dan memang tidak putih seperti Dino, Dini dan Dina. Tapi p****t dan buah dadanya sangat kencang. Dino yakin kalau punya Mbak Dini nggak ada apa-apanya dibanding punya Iin. Rambut Iin lurus dan parasnya manis, tidak secantik Mama Dino atau saudaranya, tapi manis. Kalian tahu nggak bedanya manis sama cantik? Luna Maya tu masuk kategori cantik tapi nggak manis. Dan hari ini adalah hari dimana Dino akhirnya menyerah kepada nafsunya. Sudah dua minggu dia tidak bisa menembakkan laharnya. Nafsunya sudah di ubun-ubun. Dino pun mulai menebar jaringnya bagaikan laba-laba yang ingin memerangkap mangsanya. Dia sengaja membuka video yang didownload dari situs porno kemudian memutarnya, ketika adegan hot, Dino mempausenya dan membiarkan layar monitornya menyala pas dalam adegan itu. Setelah itu, Dino ke bawah dan memanggil Iin untuk membersihkan kamarnya. Iin tanpa curiga menuruti permintaan tuan kecilnya dan memasuki kamar Dino untuk membersihkan kamarnya. Dino sendiri, pura-pura cari makanan ringan ke dapur dan ngemil disana. Iin membersihkan kasur Dino dan merapikannya. Dia melirik sebentar ke arah pintu kemudian ketika tidak menemukan siapapun disana, Iin mengambil selimut yang ada di sana dan menciumnya. “Bau tubuh Mas Dino,” batin Iin dalam hati, sambil menghirup aroma khas yang menjadi wangi favoritnya itu dalam-dalam. Iin kemudian merebahkan dirinya di atas kasur dan mengguling-gulingkan badannya ke kiri dan kanan. Dia membayangkan dirinya sedang tidur di sini dan menemani Mas Dino. Muka Iin berubah bersemu merah karena malu. Tak lama kemudian, Iin menghela napas panjang.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD