Part 2

3636 Words
"Kalau butuh bantuan, jangan sungkan minta tolong sama Orang lain. Karena di dunia ini masih banyak Orang baik."   ~Sunarti~ ------------------------------------------------------------------------------------------------------   ***   "Dek, tadi kamu pulang dianter siapa?" Tanya Azka, yang baru saja duduk di meja makan.   Starla yang mendengar pertanyaan kakaknya mendongak. "Dianter sama temen."   "Cowok atau cewek?" Tanya Azka lagi. Sang bunda yang mendengar pertanyaan putranya hanya menggeleng pelan.   Sejak kepergian ayahnya, Azka selalu bersikap seperti ini pada adiknya. Ia selalu berusaha untuk melindungi dan menjaga Starla. Siapapun yang berteman dengan Starla harus diketahui oleh Azka karena ia tidak ingin adiknya itu berteman dengan orang yang salah. Tapi Azka juga tahu batas, ia tidak ingin terlalu ikut campur urusan adiknya.   "Cowok. Tapi orangnya baik kok, beneran deh." Kata Starla. Azka mengangguk mengerti.   "Dia ketemu sama bunda?" Starla menggeleng.   "Lain kali, kalau temen kamu dateng, ajak masuk, suruh ketemu sama bunda supaya bunda juga tahu kamu berteman sama siapa. Iyakan, bun?" kata Azka. Lisa yang merupakan Ibundanya hanya mengangguk membenarkan perkataan putranya.   "Iya kak, Bun. lagian belum tentu juga dia akan dateng kesini lagi kok, tadi itu kebetulan aja dia lewat terus nganterin aku pulang. Abisnya nungguin kak Azka lama banget. Starla sampai lumutan tauk." Ujar Starla manja seraya menggembungkan kedua pipinya.   Azka tersenyum simpul ia mengacak pelan rambut adiknya. "Maaf yah, tadi kakak banyak kerjaan, Bahkan untuk makan siang aja nggak sempet. Nggak sempet nelfon kamu juga."   Starla mengangguk mengerti, ia tahu kakaknya sangat bekerja keras untuk menghidupi dirinya dan juga sang bunda. Setelah kepergian Ayahnya, Azkalah yang mengambil alih segalanya, ia jugalah yang menjadi tulang punggung keluarga. Dan karena itulah Starla sangat mengagumi Azka, karena baginya Azka adalah kakak terbaik untuknya, Azka tidak pernah mengeluh tentang apapun dihadapan sang bunda ataupun Starla. Meskipun sering kali, Lisa menegur Azka yang terlalu sibuk hingga mengabaikan kesehatannya.   "Ohya dek, Mengenai ucapan kakak tadi, kakak bukan hanya membicarakan tentang teman kamu yang nganterin tadi yah, tapi semua teman kamu yang dateng kesini, kakak mau kamu ajak dia masuk, kenalin sama bunda. Seperti yang kakak bilang tadi, Biar Bunda sama kakak nggak khawatir kamu berteman sama siapa aja."   "Iya. Starla ngerti kok, kakak tenang aja, aku nggak akan bikin kakak sama bunda khawatir." Ujar Starla. Lisa yang mendengar ucapan putrinya hanya bisa tersenyum.   Inilah keluarga kecilnya, jika bukan mereka yang saling mengingatkan, menjaga dan melindungi maka siapa lagi yang akan melakukannya?   ***   Setelah makan malam dan mencuci piring, Starla langsung masuk ke kamarnya. Hari ini adalah hari pertamanya sekolah dan ia sudah dihadapkan dengan catatan-catatan yang harus disalin Starla dibukunya. Untungnya, dihari pertamanya sekolah ini Starla memiliki teman sebangku yang baik dan mau meminjamkan buku catatannya.   "Semangat Starla, kamu pasti bisa." Ucapnya seraya menyemangati dirinya sendiri. Ia mulai mengambil pulpen lalu menuliskan kalimat demi kalimat dari buku teman barunya, Bella.   Tak terasa malam sudah semakin larut dan Starla sudah menyelesaikan semua catatan yang harus ia salin. Ia mulai mengeluarkan satu persatu buku yang ia bawa hari ini untuk diganti dengan buku pelajaran untuk besok. Tanpa sengaja tangannya menyentuh sesuatu didalam tasnya. Starla menarik benda itu keluar. Dan disana ia menemukan Jaket milik Barra yang dipinjamkan laki-laki itu tadi pagi dan Starla belum sempat memberikannya pada waktu selesai memakainya.   "Ini kan Jaket kak Barra!!! Kok bisa sih aku lupa ngembaliin" rutuk Starla.   Melihat jaket itu membuat pikiran Starla melayang pada kejadian yang dialaminya hari ini. bagaiman Barra menyelamatkannya dari Sopir taksi yang hampir saja merusak masa depannya, lalu menolongnya dari kakak kelas yang Starla tahu marah padanya karena Starla berangkat bersama Barra tadi pagi dan yang terakhir saat Barra mengantarnya pulang.   Entah harus bagaimana Starla berterima kasih pada Barra, karena laki-laki itu sudah menyelamatkannya tiga kali bahkan saat Barra tidak mengenal dirinya.   "Ternyata selain Ayah sama kak Azka, masih ada juga laki-laki yang baik seperti mereka." Kata Starla dengan senyum yang mengembang dibibirnya.   "itu jaket siapa dek?" Starla tersentak. Ia mendongak menatap Lisa yang berjalan masuk ke kamarnya.   "Astaga, Bunda bikin aku kaget tauk!" kata Starla seraya mengusap dadanya. Lisa hanya terkekeh kemudian duduk di kasur.   "Sini, Bunda mau ngomong sesuatu." panggil Lisa seraya menepuk-nepuk kasur disampingnya. Starla berdiri dan duduk disamping Lisa.   "Bunda mau ngomong apa?"   "Itu jaket siapa?" Tanya Lisa. Starla melihat jaket yang masih dipegangnya.   "Ini jaket kak Barra,"   "Barra?"   "Iya, temen yang nganterin pulang tadi."   "Ohya? apa kalian sudah sedekat itu sampai dia minjamin jaketnya buat kamu?" goda Lisa.   "Ihh Bunda apaan sih. tadi itu kak Barra cuman minjamin jaketnya soalnya lengan bajunya aku sobek." kata Starla seraya menggembungkan kedua pipinya Lagi.   "Sobek? Kenapa bisa sobek?" Tanya Lisa yang terlihat khawatir. Starla terdiam sejenak, ia keceplosan.   "Kamu jangan nyembunyiin apapun dari bunda yah. kamu harus jujur sama Bunda." Starla semakin menunduk.   Lisa memegang kedua bahu putrinya, mencoba meyakinkan Putrinya agar ia mau jujur  padanya.   "Starla," Panggil Lisa. Starla mendongak menatap bundanya yang khawatir.   "Hey, sejak kapan Putri Bunda main rahasia-rahasiaan sama Bunda?" kata Lisa lagi.   "Bukan gitu bun." Starla kembali menunduk.   "Terus kenapa, nak?"   Starla mendongak. Meyakinkan diri bahwa dia memang harus menceritakan apa yang dialaminya hari ini. "Sebenarnya tadi pas mau ke sekolah..." Starla menghentikan kalimatnya, ia menatap Lisa dengan berkaca-kaca.   Starla tiba-tiba  memeluk Lisa. "Ituloh Bun, Sopir taksi yang nganterin aku tadi pagi, dia itu hampir kurang ajar sama aku."   "Astaga!" Lisa melepaskan pelukannya, menatap Starla khawatir "Tapi kamu nggak kenapa-napa kan, nak? Sopir taksi itu nggak ngapa-ngapain kamu kan?" Tanya Lisa. Starla hanya mengangguk lalu kembali memeluk Lisa.   "Untung ada kak Barra. Kalau nggak ada dia, Aku nggak yakin aku akan baik-baik aja, bun."   Lisa mengelus punggung putrinya yang bergetar. Air matanya juga ikut meluruh membayangkan apa yang di alami putrinya. "Maafin Bunda, nak. Bunda nggak bisa menjaga kamu dengan baik." Starla mendongak, ia menggeleng tidak setuju dengan pernyataan bundanya karena baginya apa yang terjadi hari ini bukanlah salah bundanya, tapi ini adalah takdir yang sudah digariskan tuhan untuk Starla.   "Ini bukan salah bunda. bunda jangan nyalahin diri sendiri. Tadinya aku emang takut banget. Tapi sekarang aku udah nggak apa-apa kok, bun. Beneran deh." Starla menyeka air mata Lisa lalu kembali memeluk wanita paruh baya itu. Sebisa mungkin Starla akan berusaha meyakinkan bundanya.   "Bunda adalah orang tua yang terbaik buat aku sama kak Azka. Jadi, bunda jangan nyalahin diri sendiri lagi yah?" Starla mempererat pelukannya. Ia tidak ingin kalau bundanya merasa bersalah atas kejadian yang dialaminya.   "Ka Azka tahu tentang ini?" Tanya Lisa. Starla menggeleng.   "Emangnya apa yang harus aku tahu, bun?" Lisa dan Starla menoleh bersamaan menatap Azka yang berdiri diambang pintu. Laki-laki itu melangkah masuk ke kamar Starla dengan tatapan yang menyelidik.   "Emangnya tadi ada kejadian apa?" Tanya Azka lagi sedangkan Starla sudah melepaskan pelukannya. Ia menatap Lisa dan Azka bergantian.   "Nggak kok kak, nggak ada kejadian apa-apa. Iyakan, bun?" Kata Starla. Meminta pembenaran dari Lisa.   Lisa menggeleng "Bunda dan Ayah nggak pernah ngajarin kamu untuk bohong kan?" Kata Lisa. Starla terlihat menggeleng pelan agar bundanya tidak menceritakan kejadian yang menimpanya hari ini.   "kenapa si, bun? Emangnya ada kejadian apa?" Desak Azka.   Lisa memperbaiki posisi duduknya agar bisa berhadapan dengan Azka. Ia kemudian mengusap sayang wajah Azka yang terlihat khawatir.   "Tadi, pas adek kamu mau ke sekolah, sopir taksi yang nganterin dia ke sekolah hampir saja berbuat kurang ajar."   "Apa?"   "Kakak tenang dulu. Dengerin bunda ngomong, yah?" Azka mengangguk walaupun sesekali ia melirik adiknya yang menunduk.   "Untung ada temennya adek yang nolongin, Jadi kakak Nggak perlu khawatir." Lanjut Lisa lagi.   Dengan tangan terkepal, Azka menatap Starla yang semakin menundukkan kepalanya.   "Tapi adek nggak apa-apa kan?" Tanya Azka.   Starla yang kini sudah berada dipelukan Bundanya hanya mengangguk.   "kakak akan cari sopir taksi itu"   "Nggak usah kak. kak Barra udah ngurus semuanya. sopir taksinya juga udah ditangkep Polisi." Ujar Starla. Azka membuang nafas kasar. Ia berdiri lalu berpindah tempat kesampingStarla.   Diusapnya penuh sayang rambut adiknya itu "Maafin kakak ya dek, karena nggak bisa nganterin kamu tadi pagi. Seandainya kakak nganterin kamu, pasti kejadian ini nggak akan terjadi." Starla melepaskan pelukanya dari Lisa ia lalu berbalik menatap Azka yang begitu menyesal.   "Udah, kakak nggak perlu merasa bersalah, lagian Aku nggak apa-apa kok."   "Beneran?" Tanya Azka memastikan. Starla mengangguk pasti.   "Iya, kan aku udah bilang tadi, kalau ada kak Barra yang nolongin aku."   "Barra siapa?" Tanya Azka.   "Dia itu yang nganterin aku pulang tadi."   "Oh namanya Barra."   "Iya."   "kalau gitu, bilangin sama Barra. Terima kasih dari kakak karena udah nolongin adek kesayangannya kakak."   Starla tersenyum. Ia bahagia, memiliki Kakak yang begitu menyayanginya seperti Azka.   "Iya nanti aku bilangin."   "Udah, anak-anak bunda jangan sedih-sedih lagi. sekarang kamu tidur dan kakak juga kembali ke kamar, besok harus berangkat pagi kan?" Kata Lisa   "Iya, bun, Yaudah kakak ke kamar dulu."   Starla mengangguk "Selamat tidur yah kak." Ucap Starla.   Azka tersenyum "Iya, kamu juga." kemudian benar-benar keluar dari kamar Starla.   ***   "Starla!" panggil Bella. Starla menoleh, ia menatap Bella yang berlari mendekatinya. Keningnya berkerut melihat teman barunya itu yang ngos-ngosan saat tiba dihadapannya.   "Kamu kenapa, Bel? Sampai ngos-ngosan gitu."   "Bentar yah, Gue atur nafas dulu." Bella menarik nafas dalam lalu membuangnya perlahan, kemudian mengulanginya lagi hingga beberapa kali.   "Lo mau kemana sih, Tar? buru-buru amat. Sampai ninggalin gue." Rutuk Bella. ia menatap kesal Starla yang meninggalkannya di kelas.   "Aku mau ke perpus."   "Kok lo nggak ngajak gue sih."   "Ya aku pikir kamu mau ke kantin, jadi aku nggak ngajak." Jelas Starla. Bella mendengus pelan.   "Ya udah deh nggak apa-apa, yang tadi lupain aja. Tadi lo bilang mau ke perpus kan? Yaudah Ayo kita kesana." Ajak Bella. Starla hanya mengangguk patuh.   Seperti biasa perpustakaan adalah salah satu tempat yang menenangkan untuk orang-orang yang tidak suka kebisingan  atau untuk orang-orang yang ingin menikmati waktunya sendiri.   Seperti saat ini, dimana ada begitu banyak siswa dan siswi di dalam perpustakaan. Semuanya asik dengan buku yang ada ditangan mereka masing-masing. Bahkan ada yang membaca buku dengan ketebalan yang tidak bisa dibayangkan oleh Starla, dan Starla sendiri tidak akan berani membaca buku setebal itu.   "Tar, gue ke toilet dulu yah, udah kebelet banget ini." Ringis Bella.   "Yaudah, cepetan gih, aku cari bukunya dulu." Bella mengangguk, lalu berlari kecil ke kamar kecil yang terletak tidak jauh dari perpustakaan.   Saat Bella pergi, Starla mulai mencari buku yang ingin dipinjamnya. Kaki mungilnya melangkah kearah sudut perpus yang cukup jauh dari keramaian seperti yang dikatakan oleh penjaga perpus padanya bahwa buku yang dicarinya ada dibagian sana.   Perpustakaan ini memang cukup besar. Itu sebabnya Starla yang memang masih baru di sekolah ini cukup kesulitan mencari letak buku yang dicarinya meskipun ia sudah menanyakannya.   Starla terus saja melompat untuk meraih buku yang diinginkannya. Tubuhnya yang memang tergolong kecil dan mungil membuatnya cukup kesulitan mengambil Buku yang terletak di rak paling atas. Bahkan sesekali Starla memekik karena berusaha meraih bukunya itu.   "Ihh dikit lagi padahal." Ucap Starla. Ia berusaha menyemangati dirinya sendiri.   "1,2, 3... Aww" Starla memekik kesakitan. Saat kakinya salah mendarat dilantai. Ia terduduk, memijit pergelangan kakinya yang terasa nyeri.   Starla melirik kesegala penjuru dan ditempatnya sekarang sama sekali tidak ada orang yang bisa dimintai tolong. terlebih lagi perpustakaan yang besar dan Starla yang berada di bagian paling sudut diantara deretan rak-rak yang menjulang tinggi diatasnya. Membuat ia semakin kesulitan untuk mencari bantuan. Bella yang sedari tadi ditunggunyapun sama sekali belum menampakkan batang hidungnya.   "Issshhh.. sakit banget." Ringis Starla. Sebisa mungkin dengan menggunakan kaki sebelah kirinya ia lalu berdiri, dengan tangan yang bertumpu di rak buku.   Belum sempat tubuhnya berdiri sempurna. lagi-lagi tubuh Starla Oleng kesamping. Ia sudah menutup matanya dan menunggu detik demi detik bokongnya menyentuh lantai, tapi sampai beberapa saat Starla menutup mata, ia tidak merasakan sakit apapun di bokongnya.   Perlahan Mata Starla mulai terbuka dan tepat ketika ia membuka mata, Starla tidak bisa menyembunyikan keterkejutannya.   "Kak Barra." Lirihnya pelan.   Manik mata keduanya saling beradu. Waktu seolah berhenti detik itu juga. Tidak ada satupun diantara keduanya yang berniat memutus pandangan diantara mereka, Sampai akhirnya, "Ehem..." Starla dan Barra menoleh dan disamping mereka saat ini sudah ada Bella yang berdiri dengan senyum yang terus saja mengembang di bibirnya. Entah apa yang dipikirkan Bella setelah melihat Starla dan Barra dengan posisi seperti orang yang sedang berpelukan.   Barra langsung melepaskan tangannya dari pinggang Starla, tanpa berkata apapun laki-laki itu langsung pergi meninggalkan Starla dan juga Bella.   "Ciee.. lo beruntung banget sih Tar bisa pelukan sama kak Barra. Sumpah tadi itu kalian Sweet banget. Gue juga pengen dipeluk sama dia." Ucap Bella dengan nada yang sedikit di dramatisir untungnya dia masih ingat kalau saat ini mereka sedang berada diperpus sehingga Bella tidak berteriak histeris saat melihat adegan yang ada dihadapannya itu.   "Udah deh, nggak usah lebay gitu. Aku sama kak Barra nggak ngapa-ngapain yah. Dia itu cuman nolongin aku yang hampir jatuh. "   "Yaelah alasan lo basi banget sih Tar. Udah, nggak usah malu-malu gitu deh. Setelah kemarin gue ngeliatin lo dateng sama kak Barra dan hari ini gue ngeliatin lo pelukan sama kak Barra, gue makin yakin kalau kalian berdua itu emang ada sesuatu. Udahlah nggak usah bohong." Putus Bella. Starla membuang nafas kasar. Rasa nyeri dipergelangan kakinya semakin terasa dan sekarang ia harus dihadapkan dengan sikap penasaran Bella.   "terserah kamu deh Bel mau mikir apa, tapi sekarang bisakan kamu bantuin aku dulu, kaki aku sakit banget!" kelu Starla. Bella menatap Starla dengan mata yang membulat sempurna.   "Lo beneran sakit?" Tanya Bella yang sudah memapah Starla.   "Hmm.. bantuin aku ke UKS yah, ini sakit banget." ringisnya.   Dengan pelan Bella lalu memapah Starla ke ruang UKS, mengabaikan pertanyaan orang-orang yang merasa penasaran dengan kondisi Starla saat ini, tapi ada juga yang bersyukur melihat Starla yang terluka.   Ya, Apalagi alasannya kalau bukan karena mereka sakit hati melihat Barra yang datang bersama Starla kemarin. Padahal merekalah yang pertama kali mengagumi Barra bukan Starla, si anak kemarin sore yang baru pindah ke sekolah mereka.   Bella membaringkan Starla dikasur lalu berniat memanggil siapapun yang bertugas diruang UKS hari ini. tapi belum sempat ia meninggalkan ruang UKS seorang sisiwi yang sepertinya bertugas di UKS hari ini tiba-tiba datang menghampiri mereka. Dengan sedikit tergopoh siswi itu kemudian menghampiri Starla yang masih meringis di atas kasur.   ***   Akibat dari insiden yang menimpa Starla di perpustakaan tadi, ia harus kembali ke rumah lebih cepat. kakinya harus segera diurut sebelum membengkak dan kepala sekolahnya pun mengijinkanStarla pulang lebih awal.   "Kok bisa kakinya keseleo, emangnya adek ngapain aja di sekolah?" Kata Lisa. Ia sudah memanggil tukang urut untuk datang ke rumahnya.   "Tadi mau ngambil buku bun di perpus, tapi karena ketinggian akunya lompat buat ngambil bukunya terus pas bukunya udah mau keambil kakinya malah keseleo."   "Emangnya nggak ada orang yang bisa dimintai tolong?"   "Ada bun, tapikan aku nggak kenal. Lagian mereka semua jauh dari tempat aku."   "Emangnya kalau mau minta tolong itu harus kenal dulu sama orangnya?"   "Nggak sih bun"   "Nah itu kamu tahu, tapi kok masih bandel. Lain kali, kalau Adek butuh bantuan, jangan sungkan buat bilang sama orang, di dunia ini masih banyak kok orang baik jangan memaksakan diri melakukan segalanya sendiri dek." Kata Lisa lembut tapi dengan nada tegas.   Lisa itu orangnya memang sangat lembut dalam bertutur kata. Ia tidak pernah marah pada anak-anaknya tapi ia juga selalu bersikap tegas pada Azka dan Starla, ia tidak ingin membuat kedua anaknya bersikap manja yang berlebihan. Itu sebabnya, Lisa selalu memposisikan dirinya sesuai dengan keadaan yang ada.   "Iya bun, maaf." Starla menunduk. Lisa mengusap sayang rambut putrinya. Ia lalu mengecup kening Starla kemudian beranjak keluar.   "Ya udah, sekarang kamu istirahat dulu, bunda keluar sebentar."   ***   "Silahkan diminum, nak." UJar Lisa.   "Terima kasih tante." Jawab laki-laki yang ada di hadapannya.  Lisa sama sekali tidak mengenal laki-laki di hadapannya ini. Ia bahkan baru pertama kali melihat laki-laki ini.   "nama kamu siapa?"   "Barra tante"   "Oh, kamu yang nganterin Starla kemarin?" Tanya Lisa   "Iya."   "Nak Barra, tante mau berterima kasih karena nak Barra sudah menolong putri tante kemarin." Kata Lisa bersungguh-sungguh.   "Sama-sama tante, lagian siapa pun yang ada diposisi saya kemarin pasti akan melakukan hal yang sama."   Lisa mengangguk, ia memandang Barra dengan saksama.   "Oh iya, saya mau ngembaliin tasnya Starla tante, tadi dia lupa ngambil di kelas." Kata Barra lalu menyerahkan tas berwarna biru milik Starla.   "Kalian sekelas?"   "Nggak. Saya kakak kelasnya. sebenarnya tadi yang mau nganterin tasnya itu teman sekelasnya Starla, tapi karena dia harus langsung pulang makanya saya nawarin diri buat bawain kesini, kebetulan juga rumahnya searah jadi bisa sekalian pulang." Jelas Barra.   Meskipun Ia merasa bahwa jawabannya sudah melenceng jauh dari pertanyaan Lisa tapi entah kenapa sebagian dari hatinya, memaksanya untuk menjelaskan apa yang sebenarnya terjadi.   "Sekali lagi terima kasih yah, nak"   "Sama-sama tante."   "Ohya Starla ada dikamarnya, sebentar yah, Tante panggilin dulu."   "Nggak usah tante. kakinya pasti masih sakit."   Lisa terdiam. "Yaudah, nak Barra mau nengokin di kamarnya aja?"   Barra menggeleng "Nggak Tante, lagian nggak baik juga Cowok masuk ke kamar Cewek." Lisa mengangguk dan tersenyum tipis mendengar penuturan Barra. Dijaman sekarang ternyata masih ada anak muda yang memiliki pemikiran seperti Barra.   "Salamin aja sama Starla semoga dia cepat sembuh."     “ Iya, nanti tante sampaikan.”   "Kalau begitu saya permisi tante"   "Hati-hati nak."   ***   "Bun, siapa yang nganterin tas aku ke rumah?" Tanya Starla.   "Temen kamu." Jawab Lisa seraya berlalu keluar kamar untuk menyimpan kembali piring bekas makan malam Starla.   Starla hanya mengangguk-angguk mengerti.   "Pasti Bella deh yang nganterin." Kata Starla. Ia melirik ponselnya yang bergetar menandakan ada pesan yang masuk.   Bella Octaviani : STARLA SAYAAANGG.. GIMANA KEADAAN LO?"   Starla tersenyum tipis melihat pesan yang dikirimkan Bella, ia mulai mengetik huruf demi huruf untuk membalas pesan Bella   Starla Afriani : Hati-hati Bel, Capslock-nya sampai jebol gitu hahaha... Aku udah nggak apa-apa kok.   Bella Octaviani : Biarin aja jebol, yang penting bukan hati lo yang jebol karena perhatian kak Barra wkwkwk   Starla mengernyitkan kening bingung kenapa pembahasannya jadi kearah Barra?.   Starla Afriani : Kok kak Barra sih? Nggak nyambung banget ih.   Bella Octaviani : Nggak usah pura-pura nggak tahu gitu deh, Gue yakin lo pasti cepet sembuh apalagi yang dateng ngejengukin lo tadi itu kan kak Barra. Cowok yang paling diincer satu sekolah.   Starla semakin bingung dengan balasan pesan dari Bella.   Starla Afriani : Kak Barra dateng kesini? Kapan? kok aku nggak tahu?   Bella Octaviani : Lo serius nggak ketemu sama kak Barra?   Starla Afriani : Iya, Aku serius.   Bella Octaviani : Tapi tas lo ada kan?   Starla kembali mengernyitkan keningnya bingung, karena pembicaraan mereka jadi melenceng kemana-mana bahkan sampai ke tas segala. Memangnya apa hubungannya kak Barra dengan tas. Mereka nggak saudara kan?   Starla Afriani : Iya, Bukannya kamu yang bawain?   Bella Octaviani : Gue? Siapa bilang gue yang bawain?   Starla Afriani : Lah, jadi bukan kamu yang nganterin tas aku ke rumah?   Bella Octaviani : Ya bukanlah. Tapi tadinya emang gue mau nganterin ke rumah lo sih, tapi karena nyokap keburu nelfon suruh langsung pulang makanya gue nggak jadi nganterin deh.   Starla Afriani            : Terus kalau bukan kamu, siapa?   Starla sama sekali belum mengerti arah pembicaraan Bella.   Bella Octaviani : Ya Kak Barra lah, siapa lagi?   Starla Afriani            : Heh? Serius?   Bella Octaviani          : Dua rius malah. Kalau Lo nggak percaya, coba deh lo tanya sama orang yang nganterin tas lo ke kamar.   Starla menyimpan kembali ponselnya. Ia melihat kearah pintu kamar yang terbuka dan disana sudah ada sang bunda yang datang dengan segelas s**u di nampan.   "Belum ngantuk Dek?"   "Belum bun"   "Yaudah sekarang kamu minum susunya dulu yah"   Lisa menyimpan nampan diatas nakas lalu memberikan segelas s**u pada Starla.   "Entar aja Bun, kalau udah mau tidur." Tolak Starla   "Yaudah tapi nanti diminum yah." Starla mengangguk.   "Bun?" Panggil Starla.   "Iya, kenapa?"   "Tadi yang nganterin tasnya aku, siapa?"   "Temen kamu yang namanya Barra."   "Jadi kak Barra beneran kesini?" Tanya Starla memastikan.   "Iya, Bunda juga sempet ngobrol sama dia"   "Heh, bunda ngobrol sama kak Barra?" Tanya Starla memastikan.   "Iya. kenapa sih, kok kamu jadi kaget gitu?"   Starla memperbaiki posisi duduknya mengabaikan kakinya yang masih sakit. "Emangnya bunda ngobrol apa aja?"   "Bunda cuman berterima kasih karena kemarin udah nolongin kamu."   "cuman itu?"   "Sebenarnya masih ada pembicaraan lain. Tapi kamu nggak perlu tahu." senyum Lisa. Starla melongo, kenapa bundanya jadi main rahasia-rahasiaan sekarang?   "Kok Bunda jadi main rahasia-rahasiaan sih sama aku?" Rajuk Starla   "Yang main Rahasiaan duluan siapa?" Tanya Lisa. Starla menggembungkan kedua pipinya.   "Tapikan aku udah jelasin, Bunda juga udah tahu kan?"   "Kalau bunda nggak ke kamar kamu, apa kamu masih mau cerita sama bunda, Hmm?" Starla terdiam.   jujur saja jika bundanya tidak ke kamarnya malam itu mungkin Starla tidak akan menceritakan permasalahannya pada bundanya.   "Nah sekarang minum susunya." Kata Lisa. Starla menatap Lisa dengan wajah memelasnya.   "kali ini muka melas kamu nggak akan berpengaruh ke bunda." Starla Membuang nafas yang membuat lisa terkekeh Geli.   Starla meminum s**u yang dibawakan Lisa, lalu meletakkannya kembali diatas nakas. Ia lalu melirik bundanya yang masih duduk memperhatikannya.   "Bun, Bunda sama kak Barra ngomong apa aja?" Tanya Starla. Sepertinya ia masih penasaran dengan pembicaraan bundanya dengan Barra.   "Kalau kamu mau tahu, tanyain sama temen kamu itu."   "Ihhh.. bunda kok gitu sih. kan aku malu kalau nanya langsung sama kak Barra. kita juga nggak sedekat itu Bun." Rajuk Starla.   "Yaudah, berarti kamu memang nggak harus tahu. sekarang Kamu tidur yah, besok kalau kakinya masih sakit, Nggak usah sekolah, istirahat aja nanti  biar bunda yang telfon ke sekolah kamu." Kata Lisa. Lalu mencium kening putrinya kemudian keluar dari kamar Starla.   Setelah Lisa keluar, Starla semakin tidak bisa tidur. Bagaiamana dia bisa tidur? Jika pikirannya dipenuhi dengan rasa penasaran. Penasaran dengan pembicaraan Bundanya bersama Barra dan yang paling penting, Starla sangat penasaran dengan ucapan Bella padanya sebelum mereka menyudahi balasan pesan mereka tadi.   Lo tahu nggak Tar, tadi pas gue udah pusing banget mikirin gimana caranya nganterin tas lo pulang. Tiba-tiba kak Barra nyamperin gue, dan dia langsung nawarin diri buat nganterin Tas lo ke rumah lo. Dan itu bukan kak Barra banget, apalagi lo tahu nggak? kak Barra itu nggak pernah perhatian sama cewek, dia itu selalu cuek sama cewek tapi sama lo dia beda banget, dia kayak ngasih perhatian gitu sama lo. Makanya itu gue rasa nih, lo itu udah berhasil deh narik perhatiannya kak Barra.   Kata Bella saat itu. Dan itu yang membuat Starla kepikiran.   "Apa bener aku udah narik perhatiannya kak Barra?” Bisiknya.   TBC…
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD