BAB 14 – Menikah Lagi

1212 Words
Sekarang Rafa tiba-tiba hadir lagi dikehidupanku. Setelah aku benar-benar sudah mengikhlaskan ia. Namun ia membawa cerita yang baru. Sebuah kehidupan seperti mimpi. Rasanya aku ingin cepat terjaga dan keluar dari mimpi ini. Tapi aku tidak mampu. “Kak Nisa dari tadi kenapa bengong aja kak. Apa yang kakak pikirkan? Atau jangan-jangan kakak nggak siap ya menikah lagi dengan bang Rafa? Raisya mohon kak, atas nama keluarga mohon maafkan kesalahan bang Rafa. Raisya yakin, bang Rafa mampu untuk memperbaiki semuanya. Bang Rafa akan membahagiakan kakak dan Amanda.” Raisya merapatkan ke dua telapak tangannya “Nggak Raisya, jangan bicara seperti itu. Kakak hanya terkejut, kenapa semua terjadi dengan begitu cepat. Bahkan ketika kakak tidak memiliki persiapan apa pun.” “Kak, Raisya yakin kalau bang Rafa tidak akan seperti dulu lagi. Tolong terima lagi dia dengan sepenuh hati kakak ya. Raisya kasihan melihat penderitaan batin yang dirasakan bang Rafa selama ini.” Mata Raisya berkaca-kaca. Setetes cairan bening pun akhirnya keluar dari pelupuk matanya. “Kakak janji, akan membahagiakan Bang Rafa setelah ini. Asalkan bang Rafa tidak menyakiti kakak lagi.” Aku mengusap lembut air mata yang menetes di pipi mulus Raisya. Setelah selesai dengan semua riasan, aku pun disuruh mengenakan sepatu high heels yang begitu berkilauan dan sangat cantik. Aku benar-benar seperti ratu. Bagiku semua ini terlalu mewah dan indah. “Anda cantik sekali. Pak Rafa pasti tidak akan berkedip melihat anda nanti.” Penata Rias memujiku. Entah benar memujiku, atau memuji hasil karyanya sendiri. Siapa pun pasti akan terlihat cantik dan sangat menawan dibalik riasan make Up dan balutan baju yang indah. Apalagi riasan yang dilakukan oleh tangan-tangan handal seperti mereka ini. “Kakak sunggguh sangat cantik dan berbeda. Hasil riasan kak Mona memang tidak diragukan lagi. Kak Mona memang MUA kelas Internasional.” Rasiya tampak memuji Mona, penata rias yang merias diriku saat ini. Akhirnya aku dituntun menuruni anak tangga menuju lantai satu. Raisya memang tidak melepaskanku sedikit pun. Ia memastikan bahwa tidak ada yang kurang pada diriku. Sesampai di bawah, aku disambut begitu hangat oleh pihak keluargaku. Sementara pihak keluarga Rafa sudah lebih dulu menuju tempat pernikahan yang belum kuketahui dimana. Sebab di sini sudah lebih sepi dari tadi pagi. “Mana Amanda?” tanyaku pada Raisya. “Amanda ikut mama dan papa, masuk rombongan pengantin Pria.” “Memangnya kita akan kemana Sya?” “Memang kakak tidak diberitahu oleh bang Rafa?” Aku menggeleng. “Pernikahan akan dilaksanakan di Masjid Baiturrahmah. Bang Rafa sudah lama menginginkan hal itu. Awalnya bang Rafa ingin melangsungkan pernikahan di Masjid Raya, namun sudah diisi lebih dulu oleh orang lain. Ada jadwal kajian di sana.” Aku hanya tersenyum mendengarkan jawaban Raisya. Tidak lupa, aku menyalami ke tiga kakakku yang masih berada di rumah Rafa. Mereka semua hanya mengucapkan selamat dan mendoakan yang terbaik untukku. Tidak ada yang berkomentar apa pun lagi selain itu. Tidak lama, rombongan pun segera meninggalkan pekarangan rumah menuju lokasi pernikahan. Hatiku begitu berdebar selama diperjalanan. Masih belum terbayangkan jika aku akan menikah lagi dengan Rafa. dengan pernikahan yang berbeda seratus delapan puluh derajat dari pernikahan pertama kami dahulu. Walau aku sudah bersamanya selama lebih dari 10 tahun, namun debaran ini sama hebatnya ketika debaran pernikahanku yang pertama. Sesampai di lokasi, rombongan mempelai wanita memasuki bagian saf wanita dalam masjid. Sudah tersedia sebuah bangku untuk tempat dudukku disini. “Acaranya akan berlangsung sebentar lagi kak” Bisik Raisya. “Bunda...” Amanda yang baru melihatku datang, langsung memelukku dengan sangat erat. “Bunda... Manda senang banget akhirnya ayah dan bunda bisa bersama lagi. Manda akan tinggal bersama ayah dan bunda lagi selamanya. Alhamdulillah ya Allah, Allah sudah mengabulkan doa Amanda.” Mata gadis kecilku tampak berkaca-kaca. Kebahagiaan yang begitu besar terpancar dari sorot mata dan raut wajahnya. Aku tak kuasa menahan air mataku. Untung saja riasan ini adalah riasan yang berkualitas tinggi. Jadi air mata dan keringat tidak akan merusak dandananku sedikit pun. “Manda sayang, Manda mau ayah dan bunda bersama lagi’kan? Kalau begitu Manda jangan ribut ya. Duduk yang tenang dan dengarkan ayah yang nanti akan mengucapkan kata pernikahan. Atau Amanda boleh main dulu sama saudara-saudara Amanda.” Raisya tampak membujuk gadis itu agar tidak berisik. “Iya mimi, Manda akan diem aja.” Amanda pun tampak duduk di sebelah tantenya yang lain. Sementara orang tua Rafa berada di bagian shaf laki-laki menyaksikan ijab kabul yang akan diucapkan oleh Rafa. “Kak, pegang ini. Nanti jika ada pertanyaan dari penghulu kakak jawab pakai ini ya.” Raisya memberiku sebuah Mic. Aku hanya menganggguk. Beberapa menit kemudian, pembawa acara memulai tugasnya. Dimulai dengan ceramah, doa, petatah dan petitih minang lalu sambutan dari keluarga mempelai pria yang diwakilkan oleh Papa Rafa dan sambutan dari keluarga mempelai wanita yang diwakilkan oleh da Zul, kakak tertuaku yang sekaligus akan menjadi wali nikah. “Baiklah para hadirin yang berbahagia, tibalah kita pada saat yang ditunggu-tunggu. Acara pernikahan antara Rafa Purnawan dan Annisa Secilia akan dilaksanakan. Untuk selanjutnya akan diambil alih oleh bapak penghulu.” Suara pembawa acara mampu membuat jantungku berdebar sangat keras. Aku tidak bisa menggambarkan betapa berdebarnya d**a ini. Getaran di dadaku semakin hebat tatkala suara Penghulu mulai menggema di ruangan ini. Aku bahkan tidak bisa fokus mendengarkan apa yang bapak penghulu sampaikan. Aku masih tercenung, mencoba menata hati dan menenangkan debaran jantungku. “Kak, jangan bengong. Pak Penghulu sudah memanggil kakak, dan kakak diam saja.” Raisya memecah lamunku. “Saudari Annisa, apakah anda bersedia menikah dengan saudara Rafa Purnawan?” Aku sudah mendengar panggilan itu namun masih belum kuasa untuk menjawabnya. “Ini panggilan ketiga untuk saudari Annisa, apakah anda bersedia menikah dengan saudara Rafa Purnawan?” “Kak...???” Raisya memegang lembut bahuku. Sementara semua mata tertuju padaku. “Ya... Aku bersedia menikah dengan Rafa Purnawan.” Aku pun menjawab dengan suara bergetar. Akhirnya Rafa dapat menyelesaikan ijab kabul hanya dalam satu tarikan napas. Aku sudah resmi menjadi Istri Rafa Purnawan, lagi.   “Alhamdulillah, Selamat ya kak. Sekarang kita ke sana ya kak.” Raisya menuntunku ketempat Rafa mengucapkan sumpah pernikahannya. Mama Rafa menyambutku dengan antusias. Beliau memelukku dan membelai kepalaku dengan sangat sayang. Da Zul juga menciumi ujung kepalaku dengan sangat sayang. “Semoga Annisa bahagia ya. Rafa sudah berjanji ke uda akan membahagiakan Nisa setelah ini.” Da Zul mengusap pipiku dengan sangat lembut. Ini untuk pertama kalinya aku berhadapan lagi dengan Rafa sebagai istri setelah dua tahun Rafa meninggalkanku. Rafa mencium ujung kepalaku dengan sangat lembut dan aku pun menciumi punggung tangan suamiku itu. “Aku bersumpah tidak akan menyakitimu lagi.” Rafa berbisik ke telingaku. “Ya, aku harap juga demikian.” Entah mengapa aku ragu dengan semua itu. Semua orang tampak berbahagia hari ini. orang paling bahagia dan berseri-seri adalah Amanda, putri kecil kami. Dia begitu bergembira sehingga tidak henti-hentinya menari-nari. “Yeeee... Sekarang Manda akan tinggal sama ayah dan bunda lagi.” Begitulah ocehannya tiada henti. Selesai Akad, acara dilanjutkan sesi foto-foto keluarga. Semuanya begitu larut dalam suka cita. Rafa tak melepaskan genggaman tangannya. Seolah tak ingin aku pergi lagi. “Aku mencintaimu, Sayang.” Rafa mengatakannya berulang kali sembari mencium punggung tanganku. Aku pun tidak mampu menyembunyikan kebahagiaanku hari ini. semoga tidak ada lagi badai setelah ini. === ===== Alhamdulillah, Akhirnya Rafa dan Annisa menikah lagi, hehehe Eh, apa masih akan ada badai setelah ini? ikuti terus ya ...
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD