19 (Revisi)

1036 Words

Kopi hitam di gelas yang dua jam lalu dihidangkan kini sudah mendingin. Dan rasanyapun akan semakin pahit, sebab gulanya semakin menurun. Hujan di luar nyatanya lebih menarik dari kopi dan laptop di mejanya. Jendela yang berembun dan dihiasi tetesan air hujan semakin memperindah pandangannya pada jalanan. Walau begitu, nyatanya isi kepala lelaki itu melalang buana jauh. "Tapi kenapa rasanya sulit? Kenapa kamu semudah itu, Ra? Kenapa buatku sesulit ini?"  Monolognya. "Megan, kenapa kamu sulit aku lupakan? Kenapa rasanya selalu menyakitkan ketika kamu hanya menjadi kenangan? Kapan aku bisa seperti mereka yang bertahan?" David memejamkan matanya. Malam tadi, ia bermimpi. Megan datang padanya. Bercanda tawa kembali dengannya sampai satu kalimat meluncur dengan mudah dari bibir perempuan

Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD