1 (Revisi)

1029 Words
Langkah panjang dari kaki besar itu terasa sangat berat. Matanya yang sayu dengan jas yang sudah tidak rapi itu terlihat sangat memprihatinkan. Tangannya yang semula memegang knop pintu itu melemah kala mendengar suara tangis bayi. Pusing di kepalanya semakin menjadi. Satu hal yang saat ia bisa lakukan adalah memuntahkan seluruh isi perutnya. Panas menjalar ke arah leher dan juga mulutnya. Semuanya keluar. Minuman sialan itu berhasil pergi. "Ya Allah, Den!" Pekik seorang wanita paruh baya yang baru saja keluar dari kamar anak lelaki tadi. Membopong tubuh tuan rumah yang terlihat sangat tidak baik-baik saja. Bahkan tubuhnya hampir limbung dan jatuh ke bawah. "Mang Ujang! Ya Allah, Mang! Bantuin iki!" Jerit wanita itu histeris. Pria dengan seragam satpamnya itu bergegas mendatangi arah teriakan. Sama terkejutnya dengan wanita paruh baya tadi, pria itu langsung membopong tubuh lemah atasannya. Mendudukkannya di sofa seraya melepaskan jas dokter yang melekat di tubuh besar lelaki itu. Keringat dingin seketika keluar di sekitar kening dan leher. Tubuh lelaki itu juga seketika menggigil. Karena panik, pria yang disapa Mang Ujang itu segera berlari menuju telepon rumah. Menelepon seseorang yang mungkin saja bisa membantu mereka saat ini. Matanya dengan lincah menatap deretan nama di buku nomor telepon. Dan ketika nama Graha tertera jelas di sana, tanpa pikir panjang Mang Ujang langsung menekan nomor-nomor sesuai yang tercatat di buku. "Halo? Ini bener A Graha?" Tanya Mang Ujang ketika ada suara di sebrang sana. "Ya, benar. Ini siapa ya?" Ujar Graha di sana. "Ini Mang Ujang, A. Satpam rumah Tuan David. Maaf A, bisa ke rumah Tuan sekarang? Tuan David menggigil A. Tadi juga abis muntah banyak banget," jelas Mang Ujang dengan mata yang beberapa kali melihat ke belakang. Memastikan jika David baik-baik saja  di sofa. Ya, lelaki itu David. David Fernando Archer. Lelaki berumur kurang lebih dua puluh enam tahun dengan status duda ditinggal mati. Memiliki dua anak kembar. Satu lelaki dan satunya perempuan. Kenan Fernando Archer. Bayi mungil yang lahir terlebih dahulu. Lalu disusul oleh Kinan. Atau lebih lengkapnya adalah Kinan Fernando Archer. Keturunan bermata sipit dari sang Mama dan berdarah Belanda mengikuti sang Papa. Anak kembar yang lahir sebelum meninggalnya sang istri. Megan Dribin. Wanita tangguh yang tidak pernah bisa David lupakan hingga saat ini. Wanita yang memiliki tingkah aneh namun mampu mengikat hatinya sekuat baja. Sampai David sendiri tidak bisa lepas dengan mudah. Megan dan keistimewaanya adalah satu hal yang melekat dalam hati dan otak David. Sampai hari ini. Sampai hati David benar-benar tidak bisa lagi terpisah dari wanita itu. Dan entah sampai kapan. "Mbok, saya mau pel pintu depan. Mbok urus Tuan David dulu, Mbok. Saya sudah telepon A Graha," ujar Mang Ujang begitu Mbok Surtiㅡ yang tadi memekik hebohㅡ datang menghampirinya. Di tangan wanita itu ada sebuah mangkuk berisikan air hangat dan juga lap. Muntah David baunya sangat menyengat. Bukan, bukan bau makanan. Melainkan bau alkohol dan minuman haram lainnya. "Yaudah, Mang Ujang ke sana saja. Makasih ya, Mang sudah bantu." Mang Ujang mengangguk dan segera pergi. Berbeda dengan Mang Ujang, Mbok Surti memiliki tugas membersihkan kekacauan pada tubuh David. Mengelap dagu dan membereskan tas David ke tempat semula. "Aden kenapa lagi? Ya Allah, baru kemaren Aden kaya gini. Kasian sama Abang sama Adek, Den." *** "Di mana David, Mang?" Tanya Graha begitu turun dari motornya. Lelaki itu tidak sendirian. Ada seorang lelaki di belakangnya. Mang Ujang segera membuka pintu lebar-lebar seraya menunjuk David yang masih menggigil. Tubuhnya yang terbalut kemeja itu tertutup selimut tebal. Mbok Surti bingung harus bagaimana tadi. Alhasil, ia bungkus tubuh David dengan selimut tebal. "Mbok, tolong ambilin obat di dapur ya? Yang warna putih. Bentuknya agak lonjong. Ada kok di botol kecil." Mbok Surti mengangguk mendengar ucapan Graha. Wanita paruh baya itu bergegas mengambil barang yang dimaksud. Selagi Mbok Surti ke dapur, Graha membuka selimut dan kemeja yang David kenakan. Menggantinya dengan kaos tebal yang ia bawa dari rumah. "Lo cek dulu keadaanya, Lex. Gua mau liat anak-anak," titah Graha pada lelaki yang sempat bersamanya tadi. Lelaki itu mengangguk dan mulai mengeluarkan peralatan kedokterannya yang masih tersimpan rapi di dalam tasnya. Napas Graha memburu. Takut jika David menjadikan anaknya sebagai amukan. Terlebih, beberapa hari yang lalu lelaki itu sempat lepas kendali setelah menghabiskan dua botol wine. Lelaki itu juga bahkan hampir melempar Kinan yang saat itu menangis kencang. Jika saja saat itu Mang Ujang tidak meneleponnya seperti tadi, Graha pastikan nyawa bayi mungil itu sudah tiada. Depresi ringan namun akan semakin menjadi jika mengalami halusinasi. Dan itu yang menjadi dugaan sementara dari Graha pada David. Lelaki itu menjadi 'segila' sekarang seminggu setelah Megan tiada. Ya, setelah seminggu pemakaman sang istrinya meninggal. Tidak wajar dan tidak bisa disebut biasa saja bagi David. Karena nyatanya, seharusnya, David lebih tegar. David adalah anak baik, penyabar dan sangat berpendirian teguh. Mustahil David bisa menjadi selemah ini. Kecuali satu hal, Cinta. Semuanya bisa berubah karena kata itu. Semua bisa berakhir bahagia dengan kata itu. Dan semua bisa berakhir tragis karena kata itu. Apapun bisa terjadi dan bisa dilakukan karena hal itu. Karena cinta. Yang katanya murni dari hati dan hanya dimiliki kepada sang pujaan hati. Yang katanya akan tetap bersama-sama sampai akhir hayat nanti. Graha mendobrak pintu kamar kedua anak David. Lelaki itu menghela napas lega. Kenan dan Kinan terlelap bahagia. Tidak menangis dan kamar mereka tidak seberantakan kemarin. Graha bersyukur jika anak David baik-baik saja. Ia lega. Karena setidaknya titipan Megan padanya bisa ia jaga. Graha mendekat. Ia tatap lekat wajah kedua bayi mungil yang terlelap tenang di alam mimpi itu. Kenan lebih mirip dengan Megan dibanding David. Dan sebaliknya, Kinan lebih mirip dengan David daripada Megan. Alis tebal dengan bulu mata lentik dan bibir tebal adalah ciri khas seorang Kenan. Sedangkan Kinan memiliki halis tebal dengan bulu mata panjang dan bibir tipis. Mata keduanya sama. Sama-sama sipit dan kecil. Hanya saja hidung mancung itu sangat mirip dengan David. "Jangan khawatir ya, sayang. Om bakal jagain kalian dan jaga Daddy kalian. Om janji bakal sembuhin Daddy kalian. Percaya sama Om." Graha mengakhiri ucapannya dengan elusan halus di pipi Kinan sebelum pergi menuju ke lantai bawah guna melihat keadaan David. Teman yang merangkap menjadi sahabatnya itu butuh seseorang yang bisa membantunya dalam menyembuhkan segala lukanya. Dan Graha adalah salah satu orang tersebut.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD