Part 3 : Kawinan Absurd

1269 Words
Ellia tersenyum cerah menatap pantulan dirinya di cermin. Hari yang dinantinya telah tiba, rasa bahagia dan gugup itu kini begitu pekat menyelimutinya. Senyumannya tak luntur sejak kemarin saat prosesi malam midodareni yang mengusung tema jawa klasik, dan kini wajah cantik berserinya baru saja dirias dengan riasan simpel namun begitu elegan . "Pliss gue cantik banget." lirih Ellia gemas akan kecantikannya. 2 orang perias yang sedang merapihkan sanggul Ellia disana tertawa kecil, karena sejak tadi Ellia tak henti-hentinya melontarkan pujian untuk dirinya sendiri. "Ekhm.." Ellia menoleh kala mendengar suara dehaman yang tak asing di telinganya. "Ayah?" Ellia menghambur ke pelukan cinta pertamanya yang kinin nampak gagah dalam balutan setelan jas resmi berwarna hitam. Pandji tak dapat membendung air matanya, tak dipungkiri ada setitik rasa tak ikhlas di hati Pandji kala melihat putri kecilnya akan menjadi milik lelaki lain, rasanya ia belum puas bermain dengan putri kecilnya. "Princess Ayah cantik sekali." puji Pandji sambil menghapus jejak air matanya. Tangis Pandji kembali pecah, lelaki yang tak lagii muda itu menggenggam tangan halus milik putrinya dan mengecupnya dengan segenap kasih saying, seolah menunjukan pada dunia bahwa Pandji benar-benar mencintai bidadari kecilnya. “Kita pulang saja yuk dek, kita main lompat tali di rumah.. atau masak-masakan?” Ujar Pandji bercanda, namun laju air matanya tak dapat ia cegah, benarkah ia sudah rela melepas putri kecilnya untuk dimiliki pria lain? Pria yang nantinya lebih berhak atas Ellia daripada siapapun. "Ayah...” Ellia kembali menagis di pelukan ayahnya. Jika dibandingkan dengan Alif memang Ellia lebih dekat dengan ayah mereka, saat Ellia sakit Pandji lah orang pertama yang akan merasakan sakit itu, begitu juga sebaliknya. “I love you yah.” Bisik Ellia ditengah-tengah tangisnya. Tok tok tok Pandji segera menghapus air matanya dan air mata Ellia dengan hati-hati, takut kalau merusak riasan putrinya. "Assalamu'alaikum" Pandji dan Ellia menoleh "Waalaikumsalam." "Bontot gue!!" Heboh Al lalu mengambil alih Ellia dari pelukan Pandji, ia pun memeluk Ellia erat, dan dibalas dengan pelukan yang sama eratnya oleh Ellia. Dalam diamnya Alif menangis haru melihat saudari kembarnya yang begitu cantik wajah dan hatinya akan segera menjadi istri orang, namun buru-buru Alif menghapus air matanya, ia tak ingin merusak moment bahagia adik kecilnya. "Bontot gue udah mau kawin!" heboh Al mempererat pelukannya pada El, dan dibalas tak kalah erartnya oleh Ellia, lelaki yang sejak dulu hidup bersamanya itu menahan nafasnya, menahan gejolak agar tangisnya tak pecah. "Udah.. Kamu ngapain kesini?!" sewot Pandji melihat tingkah konyol Al. "Nganter ini nih." Alif menunjukan sebuah box berwarna hitam berpita emas. "Dari calo suami elu nih, katanya pake ini aja. Jangan pake gaun." ucap Al pada El, El oun menerima kotak itu. "Yaudah ayo keluar, biarin adik kamu ganti baju, Ayah juga harus persiapan ijab qobul." titah Pandji pada Alif. "Ayah mau ijab qobul lagi? Al bilangin ke bunda nih!" ujar Al usil. "Sembrono kamu" Pandji menoyor pelan pipi Alif kemudian mereka tertawa. Ellia menatap punggung kedua lelakinya yang sangat ia cintai itu menghilang di balik pintu, ia pun membuka gift box itu. Ellia menganga lebar tak percaya, "Demi apa ini keren bangett" pekik nya kala melihat setelan baju pernikahan anti maintream itu, ditambah dengan heels putih dan veil yang begitu indah. Dengan pancaran kebahagiaan Ellia membuka sepucuk surat yang tersemat di dalam kotak itu bersama dengan baju pernikahan dan sepatu juga veil. For my dearest wife soon Pakailah ini, aku mendesainnya sendiri. Ini akan lebih cocok untuk dirimu. CAM❤ Ellia berteriak heboh berulang kali ia mencium dan memeluk surat itu. "Mbak liat deh calon suami El so sweet banget kan." pamer El pada salah seorang perias disana. "Ya ampun bisa gila gue!! Demi apa gue seneng bangett!!!!" teriak El heboh. "Mari mbak saya bantu, acaranya mulai satu jam lagi." ucap perias yang tak dapat memahan senyumnya itu. Ellia mengangguk semangat. Ellia menatap dirinya di cermin. Ia tak mampu berkata-kata lagi. "Sempurna." puji perias yang berdiri di belakang Ellia, Ellia pun mengangguk setuju. Acara yang ditunggu-tunggu pun tiba, kini Ellia duduk disebuah kamar rias sambil menatap la ar tv di depannya dengan perasaan campur aduk, entalah perasaannya tak dapat di deskripsikan, seperti ada ribuan kupu-kupu memenuhi rongga perutnya. Di belakang Ellia terdapat Kinanthi dan Renata yang nampak serasi dalam balutan gamis elegan berwarna putih emas senada tersenyum bahagia. "Bismillah sayang." lirih Renata, Ellia mengangguk tersenyum, jemarinya tak henti-henti meremas batang-batang bunga hand bouqet. Sementara di ballroom hotel yang sudah dihias dengan sedemikian rupa, Cakra nampak tenang-tenang saja, walau tak dapat dipungkiri ia merasakan sesuatu bergejolak di dadanya,  entahlah ini sulit di deskripsikan, yang jelas ia sangat bahagia sekarang. "Bagaimana Mas Cakra sudah siap?" Tanya seorang penghulu disana, Cakra mengangguk mantap. "Silahkan Pak Pandji menjabat tangan Mas Cakra." tuntun penghulu itu. Pandji menatap Cakra penuh arti, dan Cakra pun mengangguk mantap, menunjukan tak ada setitikpun keraguan disana. "Bismillahirrahmanirrahim saudara Cakra Ardiano Müller, saya nikahkan dan kawinkan engkau dengan putri kandung saya Ellia Putri Sadha Jiwa dengan maskawin seperangkat alat shalat dan emas 10 gram dibayar tunai." Cakra mengambil nafas "Saya terima nikah dan kawinnya Ellia Putri Sadha Jiwa dengan maskawin tersebut di bayar tunai." Dengan satu tarikan nafas, kini Cakra telah resmi mengambil seluruh tanggung jawab atas hidup Ellia. "Bagaimana saksi?" tanya sang penghulu. "SAH!" "Alhamdulillah." Pandji menitikan air matanya (lagi) mulai detik ini dan selanjutnya Ellia putri kecilnya akan menjadi milik Cakra seutuhnya, tanggung jawabnya sebagai seorang ayah untuk menikahkan putrinya sudah terlaksana. Cakra memeluk Nick yang duduk menjadi saksi, "I'm proud of you son." bisik Nick cakra pun mengangguk. Ia beralih memeluk Pandji secara jantan, "Jaga putri kecilku, dia milikmu sekarang, dia adalah ladang pahalamu, cintai dan bimbing putriku menjadi yang lebih baik. Jadikan Ellia yanhg pertama dan terakhir di hidup kamu" pesan Pandji denga  air mata yang masih mengalir. “Aku mohon jaga dia dengan segenap hati dan perasaanmu, seperti aku menjaganya.” Ujar Pandji, itu adalah permohonan seorang ayah untuk lelaki yang akan mendampingi hidup putrinya sampai maut memisahkan mereka. "Cakra janji yah, cakra akan menjaga, mendidik, dan mencintai Ellia sepenuh hati Cakra, sampai maut memisahkan kami" jawab Cakra serius tanpa keraguan. "Bro." Alif menepuk bahu Cakra. Merekapun berpelukan singkat, "Jaga adek gue baek-baek, jadiin dia ratu di hati elu dan di istana kalian kaya permintaannya 13 tahun lalu." ucap Al dengan mata berkaca-kaca. "Pasti bro. Thanks." Disisi lain Ellia masih berusaha mengatur nafas nya yang terasa sesak setelah menangis tadi, "Sudah,.. Masa udah jadi istri orang masih cengeng.. Sudah dong." ucap Kinanthi yang sebenarnya juga mau menangis. Putri kecilnya, kalau Kinanthi boleh egois ia tak ingin membagi putri cantiknya dengan siapapun. Teringat jelas diingatan Kinanthi betapa bahagianya ia saat pertamakali menggendong Al dan El saat mereka baru saja lahir, rasanya baru kemarin namun kini putrinya sudah menjadi milik lelaki lain. "Sudah ayo, kamu sudah ditunggu." Ujar Kinanthi tak ingin berlarut-larut dalam memori termanis dalam hidupnya. "Ellia udah jadi istrinya Bang Cakra Bun, Mom.. Ellia terhuraaa..." rengek Ellia kembali. "Astaga Ellia, stop it.. Ayo cepat!" bentak Kinanthi yang gemas sendiri dengan tingkah konyol  putrinya itu. Lagu From this Moment mengiringi langkah Ellia yang diiringi Renata dan Kinanthi menuju tempat dilangsungkannya prosesi akad tadi. Cakra menatap Ellia dengan senyum yang tersungging lebar. Setelah Ellia berdiri tepat dihadapannya Cakra membuka veil yang menutupi wajah ayu Ellia, untuk pertama kalinya Ellia dan Cakra bertatapan cukup lama dengan senyum tersungging dan tatapan mata penuh cinta. mereka pun saling bertukar cincin, Ellia pun mencium punggung tangan Cakra dengan taklim dan Cakra membalasnya dengan mencium sekilas kening Ellia. "Kurang." lirih Ellia menatap Cakra cemberut. Dengan nekat Ellia mengalungkan tangannya di leher Cakra dan mencium bibir tebal Cakra sekilas, membuat semua orang disana bertepuk tangan dengan riuh. "ELLIA!!!" teriak Pandji, Kinan, Rena, Nick dan Alif serempak. Benar-benar gadis absurd!
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD