Part 2 : Siswi Ter-Oneng itu Pujaan Hatiku

1017 Words
Pandji menatap datar kedua buah hatinya, Ellia dan Alif  yang kini duduk dengan tatapan menunduk, seperti maling yang tertangkap basah sehabis mencuri. "Jadi El? Apa pembelaan kamu?" Ellia menunduk, "Tatap Ayah Ellia!" bentak Pandji, ini pertamakalinya bagi Ellia maupun Alif mendengar ayah mereka semarah ini. "Ellia emang bodoh yah.. Ellia bodoh.. Ellia bodohh.. Ellia nggak sepintar Ayah, Bunda ataupun Kak Al.. Ellia bodoh." ucap Ellia dengan tangis tergugu. “Ell memang bisanya Cuma bikin malu ayah sama bunda.” Lirih Ellia dengan tangis pilunya. Hari ini adalah hari kelulusan Ellia, dan ya.. Gadis cantik dengan otak pas-pasan itu menempati ranking terakhir diantara 200 siswa diangkatannya, dengan nilai rata-rata 5, bahkan nilai matematikanya hanya mendapat point 2,25. Pandji terdiam, tatapannya melembut. Begitu juga dengan Kinanthi, rasa malu itu jelas ada. Bagaimanan tidak, Kinanthi adalah pemilik yayasan dimana Ellia bersekolah, rasanya memang tak pantas saat melihat putri darin kepala yayasan menempati peringkat terakhir dalam ujian nasional. "Ini salah Al pah, Al nggak ngajarin El dengan baik, jangan marahin El yah." bela Alif tulus, sungguh ia tak rela dan tak iklas melihat kembaran nya menangis sesenggukan seperti sekarang ini. "Kalian sama-sama salah!" gertak Pandhu, menatap Alif dengan tatapan tajam. "Apa ini gara-gara perjodohan kamu? Kamu jadi nggak fokus ujian?" tanya Pandji penuh selidik. Ellia menggeleng keras, "ini salah El yah, El emang bodoh.. Otak El emang cetek! Bang Cakra selalu bujukin El buat belajar, tapi kemampuan El cuma sampai disini Yah, El emang bodoh. Jangan salahin orang lain please." Tangis El tercekat, bukan karena ia kecewa dengan nilainya, tapi karena ia telah mengecewakan orangtuanya, terutama Ayahnya. Kinanthi sudah tidak tahan lagi melihat putrinya yang menangis sesenggukan. Masa bodoh dengan otak pas-pasan Ellia dan nilai-nilai merahnya selama ini. Yang penting gadis itu tumbuh sebagai gadis baik hati, penyayang dengan hati yang begitu tulus. Banyak hal yang dimiliki Ellia yang tak dimiliki gadis pintar lainnya. Kinanthi segera menghampiri Ellia dan memeluknya erat, "Bunda tau kamu sudah berusaha keras." Bisik Kinanthi tepat ditelinga Ellia. "Bunda menghargai semua usaha kamu. Stop crying sayang." Ellia menenggelamkan wajahnya ke dekapan sang bunda, tempat ternyamannya. "El, ayah nggak marah, sudah.. Jangan menangis saying. Maafkan ayah." Ellia mendongak menatap wajah Ayahnya yang kini berjongkok di hadapannya dengan senyuman tipis yang begitu tulus. Ellia langsung memeluk sang Ayah, puluhan kali ia merapalkan kata maaf, "sudah sayang.. Sudah." Lirih Pandji sambil membalas pelukan sang putri. Mereka bertiga berpelukan, tak lama Alif menyusul, dan selalu seperti ini, sebesar apapun masalah yang keluarga ini hadapi pasti berakhir dengan momen saling berpelukan dan saling memaafkan. “Kampret lu El! Gue jadi ikutan termehek-mehek gini.” Desis Alif disela-sela momen haru keluarga mereka. Malam menjelang, semua nampak sudah kembali normal. Tak ada lagi yang membahas kejadian siang tadi ataupun nilai memalukan milik Ellia. "Marah aja kali Bang kalo mau marah.. El emang bodoh." ucap El santai sambil menikmati kebab yang dibawakan oleh Cakra, malam ini mereka bermalam minggu dirumah Ellia. Tepatnya di kamar Ellia. "Hemm.." desah Cakra. "Udah sih, marah aja, biar sekalian seharian ini aku udah drama banget masalah hasil UN, jadi kalo abang mau marah-marah mending sekarang aja, soalnya besok aku udah nggak menerima omelan apapun masalah ini." jelas El yang nampak santai, kadang Cakra sendiri bingung, manusia model apa Ellia ini? Padahal sore tadi ia mendapat kabar bahwa keluarga ini sedikit terlibat ketegangan dan hujan air mata karena hasil nilai ujian nasional milik kembaran Alif tersebut. "Enggak, aku nggak mau marah." jawab Cakra, Ellia reflek menoleh menatap Cakra. “Tumben banget, biasanya urusan ngomel selalu nomor wahid.” Ceplos Ellia. Cakra tersenyum simpul sambil mengelap ujung bibir Ellia, "Aku tau kamu udah berusaha." ucap Cakra tulus, ia tau selama ini Ellia diam-diam selalu begadang setiap malam untuk belajar. Selama setahun belakangan ini Bik Rut, pembantu di rumah Renata selalu menelfon Cakra setiap malam untuk melaporkan kegiatan apa saja yang Ellia lakukan, dan ya.. Termasuk belajar itu tadi. "Unchh.. Calon bojo (suami) co cowit banget sihh..  Duhh buruan halalin adek bang." ucap Ellia gemas, ia pun menarik tangan Cakra dan mmenempelkannya di pipinya. "El emang siswi ter-oneng Bang, tapi El janji kelak El bakal jadi istri terbaik untuk abang." ucap Ellia tulus, hal itu murni datang dari hatinya, dan ia sudah berjanji untuk itu. "Jangan lupa jadi ibu terbaik untuk anak-anak kita." imbuh Cakra, hati Ellia berbunga seketika, ia sangat bahagia mendengar ucapan Cakra baru saja. Ellia pun merapatkan duduknya dengan Cakra, ia pun memeluk Cakra erat, "I love you Bang." “BUNDA!! NIKAHIN EL SAMA BANG CAKRA SECEPATNYA!!” Teriak Alif heboh saat memasuki kamar Ellia, dan mendapati kedua sejoli itu nampak sedang berpelukan. Kembaran Ellia yang berstatus jomblo dan sayangnya tampan itu memang selalu menjadi orang ketiga diantara Ellia dan Cakra. Beberapa bulan setelahnya, saat persiapan pernikahan penuh drama Ellia dan Cakra sudah hampir selesai.. "Pernikahan kamu sama El tinggal seminggu lagi boy." ucap Nick saat dirinya bermain catur dengan putra tunggalnya. "Yes I know Dad." jawab Cakra yang nampak fokus menyusun strategi untuk mengalahkan daddy-nya. Nick menatap Cakra serius "Kamu yakin boy?" Cakra menjalankan pionnya, lalu balik menatap Nick serius "Cakra belum pernah seyakin ini Dad." Nick tersenyum bangga, "You look like a gentleman, little boy." "Stop call me little boy Dad. You know I dont like it." jawab Cakra datar. "Calon syuamikk... Calon Daddy mertua.. Masakan El udah siapp!!" teriak Ellia dari ruang makan. "Calon istrimu memang low dalam urusan pelajaran, tapi kalau urusan perut,lidah, rumah dia juaranya." kekeh Nick, pasalnya sudah 2 hari ini Ellia menginap dan menghandle semua pekerjaan rumah, karena Renata yang sibuk mengurusi segala macam perintilan pernikahan El dan Cakra yang sampai sekarang belum kelar. “Waduh.. calon menantu daddy yang paling cantik emang pali the best.” Puji Nick kala menatap meja makannya penuh dengan hidangan yang diplating dengan begitu menarik. Ellia terkiki geli “Nggak sia-sia dong selama ini Ellia memilih kursus masak daripada ikut bimbel.” Jawab Ellia dengan polosnya,  membuat Nick tertawa kencang sambil menatap Cakra yang nampak seperti orang yang putus asa. Harusnya memang Cakra benar-benar bersyukur memiliki calon istri yang sangat mencintainya seperti Ellia. Meskipun kadang otak pintarnya masih tak habis piker dengan jalan pikiran absurd milk Ellia.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD