Part 1: Gadis Absurd itu Calon istriku

1209 Words
"Assalamu'alaikum abang calon imam." suara cempreng seorang gadis cantik yang tiba-tiba muncul dari kaca jendela mobil sport yang sejak  tadi terparkir di luar sekolahnya. "Waalaikumsalam." jawab laki-laki tampan yang nampak fokus dengan game di ponsel pintarnya. “Buruan masuk.” Titah Cakra Ellia mengangguk, gadis cantik itu berlari mengitari mobil milik Cakra lalu mendudukan dirinya dikursi penumpang. "Gimana? Bisa ngerjain soalnya?" tanya Cakra pada Ellia yang sedari tadi mengamati Cakra dengan tatapan penuh cinta, dan kekaguman. Gadis itu benar-benar tak mmengizinkan nikmat Tuhan ini terlepas dari penglihatannya barang sedetik saja. "Hmm, biasa aja, yang bisa aku kerjain ya aku kerjain, sisanya aku cap cip cup." Jawab Ellia santai dengan senyuman polos dan tulus khas dirinya. Ia tak peduli lagi, yang penting ia usdah berusaha. Sejauh ini ia masih memegang prinsip ‘Datang, Kerjakan,Pulang, dan Lupakan’ dalam menghadapi ujian. Dan tak terlalu buruk, buktinya ia selalu naik kelas kok. Cakra mendengus "Kamu kok kaya nggak niat gitu sih sekolahnya? Ini UN loh El, jangan main-main." omel Cakra, sejak hari dimana ia resmi menerima perjodohannya dengan Ellia tepatnya setahun lalu, kini mereka menjalani proses pacaran, entahlah apa maksudnya, Cakra hanya menuruti apa keinginan Ellia, meski kadang ia terganggu dengan sikap posesif dan kekanak-kanakan Ellia yang semakin menjadi-jadi. "Abang ganteng deh, Ellia jadi makin cinta." ucap Ellia tak peduli dengan pertanyaan yang dilontarkan Cakra tadi. "Terserah." dengus Cakra sebal, ia tak ingin melanjutkan perdebatan tak berujung ini, yang ada nanti ia mati muda karena darah tinggi. Ellia tersenyum kecil, ia menarik satu tangan Cakra lalu menciumnya dan menggenggamnya hangat, tangan kecil nan halus milik Ellia begitu berbanding terbalik dengan tangan Cakra yang berotot, besar dan sedikit kasar, namun justru dari tangan mungil ini lah Cakra merasakan ketenangan yang tak ia dapat dari siapapun, kecuali mommy-nya. "Otak El cuma pas-pasan Bang, setiap hari Ellia belajar tapi El tetep aja oneng. Tapi El bisa pastiin El bakalan jadi istri yang baik buat abang, dan ibu yang hebat buat anak-anak kita besok." ucap Ellia tanpa keraguan sedikitpun di dalamnya, ucapan itu mungkin terdengar seperti bualan semata, namun siapa yang tau bahwa gadis itu henya memiliki satu mimpi, mimpi sederhana dimana ada Cakra di dalamnya. Cakra mengehela nafas pendek, ia lemah  saat dihadapkan dengan keluguan dan kepolosan Ellia yang seperti ini. Gadis itu begtu naif, ia selalu bermimpi tanpa beban sedikitpun selayaknya di negeri dongeng. Sejurus kemudian lelaki itu menoleh dan tersenyum pada Ellia, ia mengusap pucuk kepala Ellia dengan lembut. Mereka pun saling menggenggam tangan satu sama lain, dan sungguh hal kecil ini membuat hati Ellia berbunga-bunga. Ellia begitu bahagia, sejak makan malam setahun lalu, saat ia dan Cakra dijodohkan, sedikit banyak Cakra mulai berubah menjadi lebih hangat padanya, meski terkadang sifat galak, dingin, dan bossy nya sering kali mendominasi, tapi Ellia tetap merasa bahagia. "Abang Calon Imam.." panggil Ellia manja sambil terus mengusapkan tangan Cakra di pipi putih dan chubby miliknya. "Hmm?" jawab Cakra yang masih fokus menyetir dengan kecepatan sedang, membelah jalanan kota Jakarta yang cukup macet. "Laper nih." keluh Ellia memandang Cakra dengan tatapan memelas miliknya, perutnya kini benar-benar keroncongan. Semenit, dua menit, tiga menit, bermenit menit kemudian.  Cakra hanya diam tak menimpali. Lelaki itu terus melajukan mobilnya dengan santai, seolah tak mendengar rengekan Ellia. Tiba-tiba Cakra menghentikan mobilnya di sebuah area parkir. "Turun." titah Cakra sambil melepas sabuk pengamannya dan milik Ellia. "Eh? Ngapain?" Tanya Ellia bingung. "Katanya laper, buruan, kamu harus cepet pulang." Titah Cakra dengan nada bossy menyebalkan miliknya, namun entah mengapa Ellia begitu menyukainya. Ellia pun membuka pintu mobil itu, matanya berbinar kala melihat Restoran seafood favorit nya. "Buruan!" teriak Cakra yang sudah berjalan mendahului Ellia. "Calon imam!! Tunggu!!" Ellia mensejajarkan langkahnya dengan Cakra yang kini berdiri di depan meja pemesanan. “Biasanya ya Bro.” Ujar Cakra ramah pada salah seorang karyawan restoran itu, keduanya kini duduk menunggu pesanan di meja favorit mereka, ditemani dengan ocehan Ellia, hingga pesanana mereka datang. Cakra menahan senyumannya ketika melihat gaya makan Ellia yang bisa dibilang luar biasa untuk ukuran gadis seperti Ellia, bahkan gadis itu memiliki badan yang begitu mungil, kemana larinya makanan-makanan itu? "Malu-maluin ya?" Tanya Ellia meringis tak enak hati, ia kikuk sendiri dipandang sedemikian intens oleh Cakra, ia benar-benar takut membuat Cakra malu. Cakra menggeleng, "Lanjutin, nih.." Cakra menyuapkan daging lobster ke mulut Ellia dan langsung dilahapnya dengan senang hati, bahkan tanpa sungkan Ellia mengecup jemari Cakra yang masih berada di dekat mulutnya. Tuhh kan.. Ellia bilang juga apa, walau dingin gitu Cakra tuh juga bisa romantis, walaupun romantis nya kaya serangan jantung alias tiba-tiba, tapi Ellia benar-benar suka. Sesampainya dirumah Ellia, Cakra tidak diperbolehkan pulang oleh gadis itu. “Kan nanti sore juga abang kesini lagi, daripada bolak-balik  mending nggak usah pulang sekalian.” Ujar Ellia memberi alasan. Akhirnya mereka menonton televise hingga sore. Dan tibalah kini saat-saat yang paling dibenci Ellia. Belajar! "Nggak ngerti ihh." gerutu Ellia sebal. "Masa nggak ngerti sih? Ini soal yang minggu lalu abang kasih ke kamu loh." ucap Cakra tak kalah sebal. "Bodo amat! Nggak ngerti pokoknya nggak ngerti." Ellia pun merebahkan badannya di karpet. Satu bulan sebelum UN, Memang Bunda Ellia meminta tolong Cakra untuk mengajari Ellia belajar, karena Alif kembaran El yang berotak cerdas itu sudah angkat tangan dengan otak kental milik Ellia, ditambah lagi gadis itu tak pernah kooperatif saat diajak belajar. "Yaudah kalo nggak mau belajar nggak papa." ucap Cakra santai, ia pun ikut rebahan di samping Ellia. ‘Tumben’ batin Ellia heran. Namun gadis itu tak peduli, bagus Cakra tak memaksanya. Cakra memiringkan tubuhnya menghadap Ellia yang nampak telentang sambil memejamkan matanya "Padahal kecerdasan seorang anak itu menurun dari ibunya, aku kadang mikir, Bunda kamu pinter, kok bisa ya punya anak.. "Iya bang iya,El emang oneng." potong El santai, sudah ke seribu kali dalam seminggu ini Cakra membicarakan itu. Apakah Ellia sakit hati? Tentu tidak, ia terlalu santi menanggapi hal remeh temeh seperti itu. Cakra mengangkat kedua alisnya acuh, "Padahal aku pengennya punya anak pinter." bisik Cakra pada El, membuat tubuh El merinding seketika, gadis itu beringsut sedikit menjauh dengan tatapan tak terbaca. Cakra pikir setelah ini Ellia akan kembali belajar, namun.. Tiba-tiba Ellia membalikan tubuhnya menghadap Cakra dan menatap Cakra lekat, "Nanti pas proses bikin, Ellia bakalan berdoa terus sama Allah, biar anak kita pinter kaya Papahnya" Ellia meraba d**a Cakra, membuat Cakra melotot seketika, "Trus cantik kaya Mamahnya." sambung Ellia lagi sambil menempelken hidung bangir miliknya ke rahang Cakra. Cakra segera bangkit dari rebahannya dan menatap tajam Ellia, dan dibalas cengiran oleh Ellia. "Sabarr... Sabar..." batin Cakra, ia pun segera keluar dari kamar Ellia. “Abang mau kemana?” teriak Ellia dengan nada geli. “PULANG!” sahut Cakra sewot. Ellia pun tertawa puas melihat ekspresi Cakra. Kinanthi yang sedang duduk bersantai diruang tamu bersama sang suai menatap wajah Cakra yang memerah dengan tatapan heran, “Kemana bang?” tanya Kinanthi. “Pulang bun, yah.” Ujar Cakra lalu menyalami kedua orangtua Ellia. Pandji dan Kinanthi kompak menahan tawanya, pasti Ellia menbuat ulah lagi. “Abang sayang! Kunci mobil, HP, sama dompet abang ketinggalan!” Seru Ellia dari jendela kamarnya saat  melihat Cakra yang sedang kebingungan meraba-raba kantong celananya, “s**t!” Cakra mendongak, menatap Ellia yang kini berdiri ditepi balkon. “Kaki Ellia sakit bang, jadi Ellia nggak  bisa turun. Abang naik lagi aja.” Teriak Ellia dengan tatapan jahilnya.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD