Bertemu

3021 Words
"Ay ..., ayo bangun nak ini udah siang kamu harus ke kampus" Terdengar suara di balik pintu. "Asstagfirullah hal adzim! Aku bisa terlambat." Aylin segera turun dan siap siap. Ini pasti karna tadi malam aku mikir anak itu. Batin aylin berbicara. Sampai di kampus tentu saja dia terlambat tetapi beruntungnya dia diizinkan masuk karna aylin memang anak rajin dan ini adalah untuk pertama kalinya dia dikeluarkan. Setelah kelas selesai, aylin, siap, siap pulang. Dia menunggu bus di halte sambil mengerjakan tugas dari dosen dengan leptop di pangkuannya. Sedang asik asiknya dia mengerjakan tugasnya. tercium parfum yang sangat tahu, dan dia tahu siapa orang yang memakainya. "Apa mau mu?" Aylin bersuara dingin. "Ternyata kau begitu mengenaliku rupanya," ujar pria itu dengan senyum yang begitu memuakkan bagi aylin. Aylin hanya diam tak berkutik, jantungnya berdetak kencang menandakan kalau dia begitu takut, tapi tak bisa lari santai terasa beku. "Maafkan aku ay ....," Suara pria itu terdengar dengan nada penuh penyesalan. "Aku tau aku salah, tapi itu bukan salahku sepenuhnya, dia sendiri yang mencari mati dengan diselesaikanmu." Aylin masih terdiam, mengingat kelakuan pria itu membuat dia sakit bagai di tusuk belati. 'Meski dia tak mengesali tindakannya' ' Apa yang susahnya kau ada di sisiku ?, apa sebegitu buruknya aku di matamu? Apa kekuranganku ay? " Aylin mengepalkan menggantikan seketika. "Sangat susah, sampai terasa enak aku akan berada di sebelahmu, bukan kah sangat terlihat apa kekuranganmu, Kau melihat cadarku kan, kita sangat berbeda. Dan tak mungkin bisa bersama." Balas Aylin dingin. Kebetulan bus berhenti, dengan segera Aylin naik, bersamaan dengan itu, air menetes, ingat sulit kejamnya prilaku pria itu. 'Aku sangat menyesal membantunya dulu, akankah aku meminta ini, maka aku akan memintanya saja. Hah tapi tidak bisa juga begitu, Allah, manusia, saling tolong menolong. ' batin Aylin kesal sendiri. Entah mengapa pikirannya mulai terbang ke beberapa tahun yang lalu, dimana pertama kali dia bertemu dengan pria aneh itu. Suara rem bus yang berhenti, membawa aylin ke masa depan kembali, dia memejamkan seolah-olah ingin menghindari kejadian itu dan pindah turun ke rumah dan mau percaya diri. "Ay ..., kamu sudah pulang nak, mandi dan segeralah turun ya, kita makan bersama." kata ummi nya dengan lembut dan di sertai senyuman "Iya." Hanya kata yang dapat ia ucapkan dengan lesu "Ada apa nak?" Tanya anisa heran "Tidak ada ummi, hanya saja ...," Aylin diam dan memilih untuk tidak menerima kata katanya. "Hanya saja apa nak?" "Emm bukan Ummi, aku ingin mandi." Setelah mengatakan itu Aylin langsung pergi ke kamarnya. Saat sampai di kamarnya Aylin tak langsung mandi dia duduk di kursi yang ada di balkonya. "Abi, Arfan ... diselesaikan kembali ... tolong kita lanjutkan." Setetes air mata jatuh dari mata indah Aylin. "Rasanya sakitt, saat aku harus menerima kenyataan bahwa kamu sudah tiada, dan aku ... Aku tak bisa melupakanmu." Kata kata penuh akan kesakitan dan penderitaan, terucap dari bibir mungil gadis itu diiringi air mata yang terus bercucuran. Aylin terus menangis sampai Anisa masuk ke kamar tidur dan memeluknya. "Ay ... Lupakanlah nak, jangan baik-baik saja kau terus mengingat pondokmu dan Abimu, mereka tidak akan tenang di sana." Aylin terus menangis sambil menangis. "Jangan-jangan dia semoga dia mendapat tempat terbaik di sisi-Nya." Nasihat Anisa lagi. "Tidak ... Tidak bisa ... "Kita hanya bisa menerima takdir Allah nak, dan Allah sudah mentakdirkan jika kamu akan berpisah mau." Aylin terus menangis kebenaran yang tak akan bisa berubah itu. Hingga beberapa menit kemudian ... "Ay ... Aylinn ... Nak!". Anisa mengguncang tubuh aylin dengan panik karna gadis itu sudah tak sadarkan diri. "Leo .... !!." Teriak Anisa panik mengundang seseorang. "Iya nyonya ada apa?" "Cepat siapkan mobil dan antar aku ke rumah sakit, dan bantu aku bawa Aylin ke bawah. Dengan sigap pelayan itu membawa nyonyanya ke bawah dan segera menuju ke rumah sakit. • ÷ • ÷ • ÷ " Dia hanya bisa stres, ada apa ibu anisa ? Apa dia kembali mengingat masa lalunya? " "Iya, pria itu sudah kembali," Anisa bersuara sendu sambil memandang Aylin prihatin. "Bu Anisa akan lebih baik untuk Aylin jika dia tidak mengerti masa lalunya, karna itu akan membuat stres berlebih, aku berharap kamu bisa memberikan pengertian pada nona Aylin." Jelas dokter itu "Saya akan berusaha dok." "Iya, aku permisi." "Terima kasih dok." Anisa menatap Aylin sendu, kesedihan terpancar jelas di pandang. Brak ...   Suara pintu terbuka kasar itu menggema di telinga Anisa sontak dia langsung menolah dan terlihat lah Pria tampan tengah menatap ke arah Aylin dengan tatapan khawatir. "Ba ... Bagaimana keadaannya Ummi?"    "Tenanglah nak, dia hanya kelewat stres." "Hmm pasti karna aku kan, kami bertemu siang tadi."     Ya pria tampan itu Abdiel. Aylin, pria yang juga sangat menyukai Aylin. "Dia hanya belum bisa berdamai dengan masa lalunya nak, bersabarlah nak dia pasti akan memaafkanmu." Abdiel membalik menatap anisa yang sebelumnya selalu memandang Aylin "Apa ummi juga sudah memaafkanku?" Tanya El dengan tatapan harap "El, aku hanya manusia biasa jika Allah bisa memaafkanmu kenapa aku tidak bisa, aku sudah memaafkanmu, Nak." "Terima kasih Ummi," ucap El tulus bahkan terharu, sungguh mulia wanita ini, setelah apa yang di lakukannya dia masih mau memaafkannya. "Aylin akan segera sadar kau pergi dari sini, "Iya, ummi." Jawab El dengan lesu 'Apa begitu bencinya kah kau denganku Ay ... Aku hanya laki-laki yang memperjuangkan cintaku Pria yang rela mengambil apa saja untuk cintaku Pria yang sangat suka kamu sedang berada di sampingku.' Batin El sedih "Seandainya waktu bisa berputar aku ingin kembali ke masa lalu Ay di mana kau tak perlu menghindariku dan menjauhiku." Pikiran El menarawang ke masa lalu di mana masa itu begitu indah dan berarti buatnya ... 5 tahun yang lalu .. Kilas balik 5 tahun yang lalu Sekitar 10 orang tergeletak tak bernyawa dengan darah yang membanjiri tanah itu, dan terlihat tampan begitu lemah dengan luka di sekitar milik Tentu ini bukan pertama yang membantah, tapi sudah tidak ada yang menentang, tapi lawannya kali ini cukup berbahaya hingga bisa terluka. Dia hanya meringis dan tak sanggup untuk mengobati luka-luka yang bersarang di badannya. Sementara ia yakin, tak lama lagi, pasti rombongan dari orang yang melenyapkannya akan mengejarnya. Pria itu hanya melihat langit jadi pasrah akan tetapnya. Krekk ... Lamunannya beliar kala dengar bunyi robekan kain di panggil. Saat ini ia menoleh seorang gadis kecil tengah menunduk dan merawat lukanya dan membalutnya dengan kain yang di robek dari hasil. "Siapa kau?! Menyingkirlah dari hadapanku, tak usah sok baik, aku tidak mau berhutang budi pada orang lain, jadi menyingkirlah gadis kecil!" Seolah tak mendengarkan, gadis itu tetap merawat luka lelaki di diselesaikan dengan perlahan dan tak diangkat sedikitpun. "Hei! Apa kau tuli cepat menyingkir!" Pria itu langsung mendorong wanita di disetujui hingga tersungkur ke tanah. Saat gadis itu mengangkat, barulah terlihat bahwa aku menggunakan cadar tentu saja hal itu membuat El terkejut karna Selamat lalu baru kali ini aku melihat wanita seperti itu. "Dengar tuan, aku hanya menjalankan tugasku sebagai seorang muslim untuk merawatmu, dan aku tau kau akan berkelahi lagi. Jadi diam dan menurutlah." Kata itu meluncur dengan nada tegas dii bibir perempuan itu. "Soal balas budi, tak usah khawatir aku tak mau mau balas." Setelah mengatakan semua itu dia langsung melakukan pekerjaannya yang tadi tertunda. Tapi dikembalikan sedikit lagi, para rombongan penjahat itu mendekat dan langsung mengepung mereka. "Wah, pangeran kejam kita sedikit terluka ya," Ucap seseorang dengan suara mengejek. Terlihat ada beberapa orang yang berdiri di depan mereka. "Menjijikkan, kalian hanya menang banyak, jika kalian tidak pengecut, tidak mungkin kalian akan mengirim banyak anggota kalian hanya untuk mengepungku, dan lihat semuanya mati". "Terserah apa katamu, aku hanya ingin kau mati !!." balas salah satu di antara mereka di tengah itu gadis bercadar itu merobek gamisnya dan hanya menyisahkan baju atasan dan celana, Tentu saja kelakuan gadis bercadar itu terlepas dari pandangan laki-laki yang sedang dia obati. 'Apa yang gadis ini lakukan perempuan keras kepala ini?' "Oww ... kita melupakan teman pria ji ternyata. Tak apa kau akan bersamanya sampai ke neraka." Kata itu begitu sinis "Hah, semua orang yang menerima tanpa membawa amal pasti akan masuk neraka." Balas perempuan itu dingin. Mendenger suara merdu itu sontak mereka langsung tahu kalau dia perempuan. "Wah, seorang perempuan rupanya, bisa juga, aku bisa memanfaatkanmu untuk bersenang-senang setelah membunuh pangeran itu." Aylin, gadis itu tetap duduk dan membalut tubuh pria dengan kain dari gamisnya, dia tetap tenang sampai selesai merawat semua pria luka di sana. Setelah selesai, dia langsung berdiri dan mengambil seuatu di tasnya, sebuah botol semprot. Saat membalik dia melihat hanya ada 4 preman di sini, dan dengan segera mencairkan jeruk nipis dan cabai itu di semprotkan ke wajah mereka. Saat para preman itu mengusap bayangan karna perih dia langsung menarik tangan pria yang dia obati tadi untuk lari kencang, mungkin bisa sampai pada bis. "Kita akan ke rumahku dulu, kamu harus beristirahat, lukamu blm pulih benar." ucap gadis kecil itu memecahkan keheningan. "Hmm." Hanya itu jawaban yang diberikan pada pria di sebelahnya ini. karna sunguh dia bingung mau bilang apa. "He i ... Namaku Aylin, panggil aku ay, aku bukan pelindung seperti yang ada di kepalmu ya, aku hanya menggunakan sunah rasul sebagai muslim untuk memakai cadar." Gadis itu berkata, “Sudah lama bertemu ”, “Namaku Abdiel, dan terima kasih atas bantuanmu, biarpun pakai cara pengecut. Memangnya, apa yang bisa diharapkan dari seorang wanita,” ucap Abdiel datar. "Cara pengecut !!, beraninya kau tuan Abdiel, karna cara pengecut itu lah kau bisa selamat mengingatnya." Raut sebal kentara sekali di mata indah aylin "Yah itu hanya karna aku terluka, jika tidak aku tidak mungkin lari seperti tadi." "Hah, terserah memang susah berbicara dengan orang tau terima kasih." Aylin bersungut sungut. Keheningan mulai terasa kembali di kursi penumpang itu. Hingga di rumah aylin. Abdiel hanya membeli ponsel yang diundang dan menelpon seseorang. "Di mana alamat rumahmu ?," Tanya El datar sedatar datarnya. Aylin hanya mengerutkan kening yang lalu diajukan runtut. "Terima kasih." balas El lalu mulai alamat tadi ke seseorang yang di telpon. Beberapa menit kemudian, terlihat jejeran mobil dan para pengawal dengan badan kekar dan besar. Saat aylin masih menerima mereka, salah satu dari mereka datang dan langsung menunduk menghargai pada Abdiel, jelas lah mereka adalah Bodyguard Abdiel. "Apa tuan tidak apa apa?" Tanya seseorang dari mereka dengan raut cemas "Tidak, aku ingin pulang, dan hancur kan mereka yang sudah gagal bermain denganku." ucap Abdiel dingin. "Baik tuan." Setelah itu siap naik mobil, dia hanya menganguk sekali pada Aylin dan di balas dengan wajah dingin Aylin. Seperti pertemuan pertama mereka untuk Aylin. Flash Back OFF "Sudah sampai, Tuan." Abdiel seketika terperanjat. Lamunannya tentang bagaimana dia dan Aylin bertemu buyar begitu saja dikepalanya. Dengan lesu Abdiel turun dari mobil dan melangkah cepat ke Arah mengambil tempat. Abdiel membanting dirinya segera di kursi kebesrannya dengan lelah. Berbagai perasaan berkecamuk di suasana hati. Marah, kesal, mendorong. Kombinasi semua perasaan yang membuat mendorong pusing seketika. Ketukan pintu di sebrang sana memungkinkan menongak seketika. "Masuk !." balas Abdiel perlahan. "Tuan, ada masalah, orang yang membawa barang yang membawa kita kirim ke cinta di tangkap polisi." Seketika mata El menggelap. Tujuan dia mendapatkan sasaran yang tepat untuk melampiaskan emosinya. Tanpa kata El pergi ke tempat dimana targetnya berdiam diri. 'Kalian akan sangat menyesal.' batin El kesal dengan melajukan mobilnya dengan kecepatan tinggi. • ÷ • ÷ • ÷ Saat Aylin membuka pemandangan kamar ber kucing putih dengan obat-obatan wangi yang tercium begitu pekat. Aylin melihat Umminya tengah tertidur di sofa rumah sakit itu. "Ummi," Panggil Aylin pelan karna mendadak dia ingin pulang karna dia benci rumah sakit "Aylin ... Kau sudah sadar nak, jangan bergerak terlalu banyak." Anisa mendekat dan menyuruh pindah untuk tidur. "Aku ingin pulang," Aylin bersuara pelan. "Ay ..., Kau belum pulih benar nak, beristirahatlah beberapa hari di sini ya." Kata Anisa lembut dan tersirat nada memohon. "Tapi rumah sakit ini membuat hatiku sakitt ... Aku bisa mati seketika kalau lebih lama di sini." Nada suara begitu pilu dan bulir udara menetes di mata indah itu di belakang cadarnya. "Bolehkan, ummi akan berbicara dengan dokter." Aylin hanya tersenyum di balik cadarnya. Tak ada yang bisa Anisa lakukan selain menurut kemauan lolos itu kalau sudah begini. Atau suatu hal yang buruk akan terjadi. • ÷ • ÷ • ÷ Sesampainya di rumah, Aylin langsung menuju kamarnya dan langsung tidur. Dia terbangun saat seseorang menyebut namanya. "Emm sepertinya tidak bisa nak, kak Aylin baru pulang dari rumah sakit, mungkin bisa pulang saja." "Tapi ummi, semuanya udah kumpul tinggal nunggu mbak Aylin nya datang." "Ini sudah sakit nak, ummi khawatir dia akan kenapa-napa lagi." "Ada apa ummi?" Aylin mendengarkan pembicaraan umminya dan gadis itu dan memanggilnya. "Ay ... Ada kajian dan mereka ingin mengundangmu sebagai ustazah." "Emm iya Ay mau, tunggu bentar ya dek." Kata Aylin di sertai senyuman sambil tak terlihat. "Tapi Ay, kamu baru pulang dari rumah sakit." ucap Anisa khawatir "Tak apa ummi," Aylin berusaha menenangkan. "Kalian tunggu sebentar ya, kakak bersiap dulu." Setelah disiapkan, mereka segera menuju tempat acara. • ÷ • ÷ • "Jangan peduli kau memakai cadar, pasti akan ada orang yang mencintaimu, bukan karna rupamu, tetapi karna ketulusan hatimu. Jangan takut, melihat, karna, kau berhadapan muka cantikmu, dan jangan khawatir kau akan mendapat jodoh yang buruk" karna yang tampan tak akan melirikmu. Karna sejatinya jodoh yang telah di tentukan oleh Allah SWT. Jadi tetaplah pakai cadar kalian Dunia ini pakai karna dunia ini takkan akan menolongmu saat kau bergerak tapi cadar yang kau pakai akan bisa menolongmu di akhirat nanti, "   Kata kata begitu lembut tapi penuh akan kebenaran dan sulit hidup ya .. Kata kata indah itu di sampaikan oleh Aylin karna hari ini dia pembawa materi kajian sakit di salah satu masjid untuk anak anak. "Meminta, kita membuka sesi tanya jawab, apa ada yang ingin ditanyakan?" Sontak seisi ruangan ingin bertanya terlebih dahulu. Ustazah, banyak yang mengatakan bahwa orang pake cadar itu bau dan kumuh apa benar seperti itu? "" Aylin hanya tersenyum lalu menjelaskan dengan lembut "Anggapan seperti itu adalah karna mereka tidak menggunakan minyak wangi akan menerima permintaan yang berpatokan kaku dengan hadist berikut. ٍَََُّْْْ ٍٍََ ٍََْ ٍََ َََ ََ ََ pelَ pel mengenakan pel pel mengenakan mengenakan mengenakan mengenakan HR HR َ َ َ َ َ َ َ َ َ َ َ َ َ َ َ َ َ َ َ َ َ َ َ َ َ َ َ َ َ َ َ َ َ َ َ َ َ َ َ َ َ َ َ َ َ. An Nasa'i, Abu Daud, Tirmidzi dan Ahmad. Syaikh AlAlbani dalam Shohihul Jami 'no. 323 mengatakan bahwa hadits ini shohih] Dan Islam memang tegas dalam hal ini, sangat cocok untuk wanita terhadap pria. Jadi jika sudah terlanjur pakai parfum kemudian ke masjid maka ia diperintahkan agar mandi tidak tercium bau semerbaknya. Nabishallallahu 'alaihi wa sallambersabda, أيما امرأة تطيبت ثم خرجت إلى المسجد لم تقبل لها صلاة حتى تغتسل “Perempuan manapun yang memakai parfum kemudian keluar ke masjid, maka shalatnya tidak diterima sebagai kamar mandi.” [Hadits hasil Ahmad, 2/444; syaikh Al-Albani menshahihkannya dalan Shahihul Jami 'no.2703] Akan tetapi bukan berarti wanita tidak bisa memakai wewangian sama sekali lagi. Ketika sabda Nabishallallahu 'alaihi wa sallam, الن طيب الرجال ما خفي لونه وظهر ريحه ، وطيب النساء ما ظهر لونه وخفي ريحه “Wewangian tidak ada juga tidak bisa diucapkan dengan kata lain. Sementara wewangian perempuan adalah yang warnanya jelas namun baunya tidak begitu nampak. ”[HR.Baihaqi dalam Syu'abul Iman no.7564 dll, hasan. Lihat Fiqh Sunnah lin Nisa ', hal. 387] Maka jika parfum dengan wangi sedikit atau untuk menetralkan bau, seperti deodoran maka boleh. Dan jika untuk suami maka harus berwangi seharum mungkin. Dan perlu diperhatikan bahwa parfum wanita warnanya jelas. "Jadi, bukan perempuan bercadar, itu kumuh, tetapi mereka menerima perintah Rasul." kata Aylin di sertai senyuman di akhirnya. "Terima kasih, ana sudah faham." ucap salah satu anak itu. "Ada lagi yang ingin bertanya?" tanya Aylin kemudian. "Ustazah apa yang harus kita lakukan saat putus cinta?" Pertanyaan itu terlontar dari mulut gadis dengan rupa yang terlihat manis dan imut. "Putus cinta ya ..," Aylin berhenti dan tersenyum seakan menerawang masa lalu, sedetik berikutnya aku sadar. "Apa kau pernah mendengar istilah cinta Allah itu adalah cinta pertama dan terakhir, maka tempatkanlah cintamu pada Allah di hati dan pikiran saat cinta pada manusia tempatkanlah hanya di pikiranmu. Saat kau sakit hati untuk memperbaikinya dan belajar ikhlas." Aylin memejamkan bayangan kata kata yang aku lontarkan barusan menusuk ke emosi. Kenyataan menghantamnya berarti iya tak bisa dilakukan, ya dihapusnya dan belajar ikhlas iya tak bisa. Sungguh ia berhasil sebagai orang paling munafik sedunia. "Ustazah lalu bagaimana cara agar kita melanjutkan?"   Pertanyaan gadis itu buat aylin kesadaran Aylin kembali dan coba fokus ke pertanyaan gadis itu. "Apa resolusi dari pindah itu sendiri bagi kalian? Mencari pacar baru? Dan itu yang akan kalian katakan benar-benar pindah? Kalian salah besar! Cara terampuh agar kalian tidak tersakiti dan bergerak terus berulang kali berhentilah pacaran yang akan membuat luka baru bagi kalian, Berhentilah pacaran dan perbaiki diri untuk mendapatkan kekasih halal kalian kelak di masa depan. " Seisi ruangan terdiam dan membenarkan ucapan Aylin. Setelah menjawab beberapa pertanyaan pada akhirnya Aylin siap untuk pulang, tapi ... "Bagaimana keadaanmu?" Suara itu menggantikan Aylin yang sedang memakai sepatu. Terlihat pria tampan itu lagi yang membuat senang begitu teriris. Aylin hanya diam dan siap mmelangkah pulang. "Ay..." Abdiel memegang tangan Aylin dan langsung di tepis oleh Aylin. "Apa maumu? Apa tidak cukup kamu menyiksaku? Apa belum puas kamu membuatku selalu menderita ?? Berhentilah mengejarku !!" "Ay ... aku mencintaimu ... Aku sangat mencintaimu mengertilah!" "Hah cinta ?? Cinta katamu, apa kau mengerti apa itu cinta? Apa kau mengerti. Berhentilah mengejarku, aku tak ingin lagi melihatmu." "Ay ... Semuanya sudah berlalu dan terlanjur seperti itu, terimalah yang takdirmu bersamaku. Air mata diluncurkan dengan bebas di mata Aylin saat dia mengingat kejadian itu, ya terjadi di mana seoarang El membunuh Arfan Suaminya Di depan beralih. Mengambil itu Aylin kembali merasakan pusing dan dunia hitam di balik. "Ay .. Aylinnn!" El langsung membopong Aylin memasukannya ke mobil "Cepat bawa mobil ini dengan kecepatan tinggi jika kau masih sayang ituwa cepat !!!! Ay ... Ku mohon jangan seperti ini ... Bertahanlah di sisiku, dan terimalah aku bisa mati saat kau terus seperti ini. " Air mata Abdiel meneteskan kala melihat gadis di pangguannya yang tak sadarkan diri.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD