Arfan dan Abi

1712 Words
   Aylin masih terlelap di ranjang rumah sakit Sampai suara mengagetkannya .. "Apa kau tidak bisa berkerja! Berhenti saja kau jadi dokter, kenapa Aylinkuu belum bangunn."    Saat Aylin turun dari ranjang dia melihat El memarahi dokter itu sampai membuat dokter menunduk itu terlihat jelas dari keringat dingin dan kepucatan wajah dokter itu.     Siapa yang tidak takut bila memarahinya adalah pemilik rumah sakit itu sendiri, jangan berfikir jika dokternya hanya satu. Pria itu memang terlalu berlebihan jika Aylin. Hingga dia memperkejakan 5 dokter sekaligus. Lihatlah sangat lebaynya dan sangat luar biasa.     "Menggelikan sekali .. Dulu saat kau mengabil Arfan dari hidupku saat itu pula kau membunuhku," jerit hati Aylin menderita. Sedetik kemudian dia mengucap "Asstagfirullah hal adzim ya Allah," Tanpa memperdulikan El yang berkoar di luar pintu rumah sakit itu dia langsung membuka pintunya dan siap untuk pulang. "Ay ... Aylin kau sudah sadar sayang." Raut gembira tercetak jelas di wajah tampan itu. Aylin hanya diam berlalu meninggalkan pria itu. "Ay ... Jangan pulang dulu ya, ku mohon kau di rawat di sini dulu," Ucap El memohon, "Aku ingin pulang, ummi bisa kuperbolehkan kalau aku pulang." "Aku akan menghubungi ummimu," kata El mencoba menyakinkan gadis bercadar itu "Tapi aku ingin pulang," "Tapi ... Kamu belum pulih, bahkan kamu belum di periksa oleh dokter Ku mohon di sini saja beberapa hari ya." "Apa kau tidak mengerti ... Aku tambah sakitt jika melihat wajahmu!" Teriak Aylin di sertai bulir air mata yang mulai menetes. Sungguh kesabarannya bisa habis seketika saat bersama pria ini. El hanya menatap diam terpaku. Begitu bencinya kah gadis itu mendesak. Kadang dia ingin menjadi Arfan yang mendapatkan hati gadisnya itu. "Dipindahkan," Ucap El pelan dan langsung diarahkan untuk pulang. "Aku antar," ucap pria itu selanjutnya. "Tak usah ... Aku masih punya uang untuk naik taksi," balas Aylin dingin "Dan aku masih punya mobil untuk mengantarmu," timpak Abdiel tak suka. "Tapi aku tak suka satu mobil dengan yang bukan mahromku," sengit Aylin. Sambil terus berjalan mencari taksi. "Ya sudah kalau begitu aku akan mengiringimu di belakang." Aylin tak balas dan langsung memberhentikan taksi yang terlihat melintas. Setelah beberapa menit taksi yang membawa Aylin berhenti di depan rumah mewah bergaya minimalis dengan taman bunga mawar putih dan lidah buaya. Aylin langsung turun dan langsung menuju pintu rumah tak memperdulikan El yang menatapnya. "Ay ... Kenapa baru pulang? Ummi cemas sekali," Sambut Anisa dengan wajah yang sangat kentara cemasnya. "Maaf ummi, Ay ada urusan yang penting tadi," Ayolah sengaja diambil agar tak ada yang masuk rumah sakit lagi. "Ooh tak apa, tidurlah ini sudah malam, "Iya." Aylin berjalan pelan ke arah kamarnya. Saat iya masuk ke kamarnya dia membuka album poto, ada di sana acara pernikahan yang meriah. Iya semua orang tampak bahagia di sana sampai .. Lima tahun yang lalu ...    Pesta itu terlihat sangat meriah dan terlihat mempelai pria tampan dan gagah jangan lupakan senyuman yang muncul di sana.    Di satu ruangan tampaklah pengantin Wanita yang cantik dan menawan. Aylin dia akan menikah dengan kakak tingkatnya di masa SMA. Rasa cinta dan kagum itu memang sudah terpendam di hati Aylin sejak pertama kali dia masuk SMA kala itu melihat katingnya yang mengaji. Dan membaca doa.    Dan ternyata dia anak sahabat umminya. Sekarang ikatan halal tinggal menunggu waktu. Cerita klise memang, tapi tak ada yang akan membantah cinta bukan. "Apa kau bahagia, Nak?" Tanya Anisa kala melihat gadis itu termenung. "Aku sangat bahagia ummi." Terlihat senyum di mata Aylin "Lalu Mengapa kau melamun?" Anisa mengakup wajah domba sayang. "Aku ... Hanya mau percaya akan segera menikah dan itupun dengan kak Arfan." Kata anisa sangat pelan hingga sangat berbisik. "Hmm jadilah istri yang baik nanti." Pesan Anisa pada anak mata hanya wayang nya itu. "Jangan khawatir sayang, Aylin akan jadi istri yang baik sama seperti suka." Tiba tiba muncul pria berlalu baya mendekati ke arah mereka. "Abi ...." "Anak abi akan jadi istri orang." Ali berucap sambil menangkup wajah mungil putrinya. Sedangkan Aylin hanya tersenyum malu. Bila iya tak memakai cadar maka akan terlihat jelas pipinya yang merona. "Cepat lah siap sayang, acaranya segera mulai." "Iya abi." • ÷ • ÷ • ÷   Detak jantung Aylin berpacu kencang saat ijab sudah mulai berjalan, semua perasaan berkecamuk di gembira. Tapi ada satu perasaan yang membuatnya makin gelisa. Entalah apa itu. Saudara arfan miyaz awwahab bin raizart miyaz awwahab saya nikahkan dan saya kawinkan bersama anak saya yang bernama: Aylin Dalisha Mumtazah dengan maskawinnya terdiri: mas 2 gram dan uang 5 juta uang. "Saya terima nikah dan kawinnya Aylin Dalisha Mumtazah binti endrawan rahendra dengan mas kawin tersebut di bayar tunai ...." Sah? Sah ....! Dorr ..... Dorr ...   Baru selesai Arfan melepaskan Qobulnya suara tembakan menggema di ruangan itu dan peluru itu ...    Menembus kedua lengannya sehinga jabatan tangan itu dilepaskan, darah membanjiri tempat Arfan duduk. Ruangan yang tenang menjadi riuh dan seisi ruangan begitu santai sketika. "Hah pria k*****t !! Berani kau menikahi gadisku ... Maka ini yang kau dapatkan." Arfan maih memegangi bahunya yang penuh darah, terlihat Anisa dan Ana berusaha menghentika darah yang terus mengalir di tangan Arfan. "Siapa yang mau dan apa maksudmu melakukan ini ?!" ucap Ali dengan amarah menggebu "Karna lelaki k*****t itu udah berani berniat menggambil gadisku, Milikku." Pria tampan itu menatap Arfan begis. "Terima kasih salah satu anak muda, Ini pernikahan putriku bukan gadismu." Ali menatap pria di sini dengan kening berkerut. "Dia gadisku Aylin, Aylin itu gadisku." "Asstagfirullahalazim ada apa dengan pria ini!" Tatapan aneh dan heran terarah untuk pria tampan itu. Tentu saja mereka heran, karna tak mungkin jika aylin macam macam karna dia kenal sebagai gadis baik-baik. "Kau salah orang tuan, Karna anak ku tak pernah berhubungan dengan pria manapun." Jelas Ali mencoba tenang. "Ay ... Aylinn!" El, pria itu berteriak bak orang gila. Aylin yang berbicara keributan dan namanya di panggil menjadi heran lalu keluar dari ruangan dia menunggu tadi. "Arfan ..." Air mata Aylin menetes di balik cadarnya, "Ay ... Aylinku ini Aylinku dia gadisku, milikku." El berkata sambil menunjuk Aylin dan segera merangkulnya tapi segera di tepis oleh Aylin. "Maaf tuan, aku tidak mengenalmu." "Ay .. Aku El Abidel kau yang menyelamatkanku waktu itu dan ... Kau itu gadisku." El menatap Aylin tampak meyakinkan "Hei! Apa yang kau lakukan? !!!" Ali merangkul berlalu.     BUGH ... BUGHH ...   Tinju itu melayang dengan indahnya di pipi El siapa lagi klo bukan Arfan yang melakukan. "Berani nya kau," Baku hantam antara mereka tak bisa di hindarkan hingga akhirnya Aylin yang membuatnya itu berakhir ... "El hentikann !!! Kau tak pantas melakukan ini memang siapa pun dirimu yang sangat berani melakukan ini di suamiku! Aku sudah menerima dengan Arfan bukan denganmu. . Pergilah aku tak pernah menginginkanmu. "     Aylin. Tapi tak ada yang tahu kapan kata-kata itu akhir dari segala-nya. "Belum! Kamu belum menikah! Pernikahannya batal!" teriak Abdiel seperti orang kesetanan. "Pernikahannya sah!" balas seseorang di belkangnya yang mampu membuat mata Abdiel memerah karena marah. "Oo begitu, jadi sah ya," Abdiel sering muncul yang mampu membuat bulu kuduk berdiri seketika. "Maka baiklah, akan ku buat pernikahanmu batal!" Dorr ... !!! Dorr .... !!! ARFAN ....! Pria itu jatuh ke lantai dengan darah yang mengucur deras dari kepala dan jantungnya, tentu saja itu dari pistol El yang dengan bangganya menembus kepala Arfan.     Bersamaan dengan itu air mata seluruh kelurga mengucur deras dan mencoba, bergemuruh di ruangan itu. Begitupun dengan Aylin, cintanya diselesaikan hilang lah sudah. Dengan penuh keyakinan Ali meninju El dan terjadi lagi baku hantam saat El sudah lemah polisi datang meringkusnya. Tapi sayang dengan kecepatan kilat Dorr .... Suara tembakan itu kembali terdengar ... "ABI .... !!". Teriak Aylin di tangan bersama Anisa dan seluruh ruangan. "Ay, itu akibat karna kau memilihnya dan pak tua itu membuat masalah, aku akan kembali dan menjemputmu sayang menunggu aku!"    Aylin luruh seketika saat melihat Abi tercintanya bersimbah darah, semua orang sibuk tapi Aylin dia terdiam seolah tak mengerti apa yang terjadi. Di saat semua sibuk polisi memborgol El dan di bawa ke kantor polisi, hmm mungkin El hanya akan bermalam di jeruji besi itu. Ya hanya bermalam memangnya siapa yang berani pada El. Aylin mengambil apa-apa lagi, dia hanya terdiam dalam pil dan menyetujui dan arfan di gotong oleh tim medis yang segera datang. "Ay .. Aylinn ayo masuk mobil nak kita ke rumah sakit," ucap Anisa bergegas dan segera memandu Aylin karna dia tak sanggup lagi berdiri. Sesampainya di rumah sakit semua orang menunggu dengan cemas Tapi semuanya masih menunggu dan berdoa. "Ini semua salah mu Ay!" ucap Ummi Rasya berkata di iringi air mata yang beralih deras. "Kalo kamu tidak punya pacar sebelumnya pasti ini tidak akan terjadi! Anakku seperti itu karna kesalahanmu. Kenapa pria itu berani melakukan itu?"    Aylin terus menunduk sambil mendengarkan kata kata pedas Rasya. "Tidak Ummi, Aylin tidak ada hubungan apa pun di El." kata Aylin pelan sambil menunduk. "Apa kau pikir aku bisa di bodohi? Demi Allah, dia tidak akan suka kalau kau tidak mau tahu apa yang berhubungan," balas Rasya sengit "Rasya, tapi Aylin memang tidak ada hubungan dengan pria itu. Dia selalu diajak oleh pengawal kami, tidak mungkin dia terkait dengan lelaki lain. " ucap Ummi Aylin mencoba membahas putrinya. "Siapa yang tau ..." "Ummi sudahlah, jangan membuat pertengkaran di sini, kita tidak bisa menyalahkan Aylin dia tidak puas dalam hal ini," ucap ayah Arfan berusaha memahami yang "Tidak Meminta ?? !! Arfan ada di dalam dengan peluru di dadanya itu karena pacar Aylin, "kata Rasya dengan dorongan penuh lalu menoleh ke Arah Aylin "Apa kau sudah bermalam? Kau menjual tubuhmu? Apa sekarang kau sudah mengandung ana ... !!." PLAKKK    Tamparan itu mendarat dengan mulusnya di pipi rasya "Kau sudah keterlaluan Rasya, anak ku tidak serendah itu. Bukan hanya Arfan yang hampir mati tapi juga suamiku, maafkan aku lancang tapi kata kata kamu takkan cocok untuk sebutkan." "Berani sekali .. Kau! Hah pernikahan ini di batalkan aku tak ingin menantu seperti anakmu." "Aku pikir ini yang terbaik" ucap Anisa datar lalu kembali memandang ruangan di mana membela diri untuk hidup Setelah membantah itu semua orang menunggu untuk dokter "Keluarga ali," panggil salah satu Dokter yang keluar. "Iya, kami dok, bagaimana keadaan abi saya dok?" tanya Aylin penuh akan disetujui "Maafkan saya, ayahmu ... Sudah tiada." Menyetujui membuat Aylin luruh seketika rasanya dunianya hancur seketika. Aylin dan Anisa segera masuk ke ruangan di mana diminta dengan setianya tutup mata. "Ab ... ABIII !!!
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD