Two

749 Words
Ajang penghargaan paling bergengsi ini dihadiri banyak sekali artis papan atas . Para tamu undangan memiliki kesempatan untuk membacakan nominasi, termasuk aku. Aku dan Park Min Yeol dapat giliran paling pertama untuk naik ke atas panggung jadi kita berdua belum sempat mencari kursi penonton yang akan kita tempati karena sejak pertama datang kita langsung bersiap di belakang panggung. Setelah selesai membacakan nominasi, Minyeol menuntunku menuju kursi setelah diberi tahu posisinya oleh crew. Tangannya berada di belakang punggungku. Aku berjalan dengan amat sangat hati-hati karena gaunku yang panjang membuatku sulit bergerak dengan bebas. Sesekali aku melemparkan senyum dan memberi hormat pada beberapa tamu undangan lainnya yang sudah duduk di kursinya masing-masing. Tanpa sengaja mataku menangkap Jungkook sedang memperhatikanku beberapa baris di atas tempatku berjalan sekarang. Menatap tajam padaku. Dalam hati aku berpikir kenapa dia menatapku seperti itu. Kami tidak ada masalah apa-apa semalam saat bertemu. Namun, aku memutuskan mungkin saja ia memang sedang gugup karena menunggu pengumuman penghargaan ini. Nama BTS masuk nominasi di banyak kategori. Saat aku berjalan menuju deretan kursi yang diduduki pacarku, Jungkook, aku tersenyum pada Jin dan teman -teman yang lain. Namun, saat aku hendak melewatinya tanganku ditarik dengan lembut hingga membuatku menoleh padanya. “Kursimu dimana?” Tanya Jungkook padaku, namun matanya menatap Minyeol. Aku dengan salah tingkah menarik tanganku dan menunjuk ke atas. “Disana.” Padahal aku tidak tahu tempatku dimana. Lalu aku kembali melanjutkan perjalananku dituntun oleh Minyeol yang kebingungan. Apa pria itu gila? kameramen hampir tidak pernah melepaskan perhatiannya dari mereka. Bisa-bisanya dia bertanya dan menyentuh tanganku disaat seperti itu. “Kau kenal dia ya?” Minyeol tidak dapat menahan rasa penasarannya. Aku mengangguk. “Pernah bertemu beberapa kali.” Jawabku. Minyeol mengangguk-anggukan kepalanya. “Kau terlihat akrab dengannya.” Aku mengangkat bahuku tanda tak acuh lalu mengikuti arahan Minyeol untuk duduk dikursi yang ia tunjuk. Tanpa sadar aku menghembuskan napas dengan keras, lebih terdengar seperti mendengus aku rasa. Masih kesal dengan kelakuan Jungkook, aku mengalihkan perhatianku pada performance diatas panggung. Girlband yang sedang naik daun sukses membuatku terpana dengan penampilan mereka. Lalu aku merasalan ponselku bergetar di dalam tas tangan berwarna silverku. Jungkook : Kenapa harus duduk dengannya? Aku mengerutkan kening. Kimberly : Dia lawan main di drama terbaruku, ingat? Aku membalas hampir dengan nada ketus jika saja pesan teks dapat berbicara. Jungkook : aku tahu, memamgnya lawan mainmu hanya dia saja? Kimberly : Hanya dia yang dapat undangan. Jungkook : Kau pulang denganku nanti Mataku membelalak membaca pesan yang baru saja masuk. Anak ini memang sudah tidak waras. Kimberly : Kau gila? Jungkook : Aku akan pulang terpisah dengan member yang lain. Kimberly : Tidak. Jungkook : Aku tidak mau tahu, aku akan menunggumu di belakang panggung nanti. Kita keluar bersama. Kimberly : Tidak mau. Titik. Dengan kesal aku memasukkan kembali ponselku ke dalam tas tangan dan memperhatikan panggung lagi walaupun aku merasa ponselku bergetar lagi karena mendapat pesan teks baru. Namun, aku mengabaikannya. Aku sudah tahu siapa yang mengirimnya. Park Minyeol, di sisi lain, tampak tenang memperhatikan performance. Sepertinya dia tidak menyadari aku sedang kesal setengah mati. Ajang penghargaan untuk para pemusik ini akan berakhir sebentar lagi, lagu penutup baru mulai di nyanyikan. Aku tahu itu karena sempat mengintip rundown sebelum acara dimulai. Aku menoleh pada Minyeol, “Kau masih betah ya?” “Kenapa memangnya?” “Aku ingin pulang lebih dulu.” Kataku. “Ayo, lagipula acaranya akan selesai.” aKu berdiri dan berjalan di sampingnya dengan sedikit tergesa-gesa. Jungkook masih di belakang panggung, di ruang ganti aku yakin. Dia dan yang lain baru saja selesai tampil untuk ke sekian kalinya di atas panggung itu.” RUang ganti dan pintu keluar berada di arah yang berlawanan aku bisa aman melewati malam ini kalau begitu. Minyeol sibuk menghubungi seseorang disampingku. Yang ternyata adalah sopirnya. Terbukti saat aku keluar melewati pintu sudah ada mobil terparkir disana dan Minyeol membukakan pintu untukku. Diam-diam aku menghela napas lega. Aku mengeluarkan ponselku untuk membaca pesan yang sudah masuk sejak satu jam yang lalu. Jungkook : Kenapa, karena kau akan pulang dengan lelaki itu? Jungkook : Kim, jawab! Tanganku membalas pesan itu dengan cepat. Kimberly : Iya, pulanglah bersama member yang lain. Aku sudah pulang lebih dulu. Belum sempat aku memasukkan ponselku kedalam tas, benda itu sudah bergetar panjang. Panggilan masuk. Jika aku mengangkat panggilan ini, ada kemungkinan Minyeol mendengar percakapanku. Jariku mengusap layar ponsel ke kiri. Tanda bahwa aku menolak panggilan itu. “Siapa?” “Eh, temanku. Nanti saja aku telepon jika sudah sampai apartemen.” Jawabku mulus sambil tersenyum.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD