Heru, Dosen muda.

705 Words
Kampus Universitas Agung Bakti Harapan, Nata tengah duduk di salah satu kantin bentuk desain-nya hampir seperti ala Kafe-kafe Luar Negeri. Menunggu kedua sahabat baiknya yakni, Indri dan Marina. Sebelum masuk ke kampus, ia selalu nongkrong lebih dulu di kantin ini. Indri dan Marina baru saja datang dan menghampiri sahabat cantiknya satu ini. Nata tengah mengetik sesuatu di ponselnya. Andre ingin mengajak Nata ke suatu tempat untuk lokasi masih belum disebutkan olehnya. Indri dan Marina sedang heboh membahas soal tentang dosen ekonomi yang namanya Heru Saputra, dosen termuda di kampus UABH. Nata juga mendengar sedikit dari mahasiswi yang lewat tadi. Kalau dosen termuda itu ganteng, pintar terus misterius. "Kamu dengar enggak waktu anak fakultas keuangan tidak sengaja menumpangkan minuman di baju dosen muda itu?" tutur Indri mengaduk jus alpukat. "Dengar, dicueki sama dia, kan," sambung Marina, Indri mengangguk. "Gila saja, terbuat apa sih, itu dosen. Sudah ganteng, cueknya itu. Benaran pengin dicium biar enggak cuek kali." Seru Marina lagi. Nata selesai bermain dengan gadgetnya lalu dilanjutkan minuman jus jeruk yang sudah meleleh tak terlihat es batu cairan kuning itu. "Masuk, yuk!" ajaknya saat melihat jam arlojinya. "Sebentar, belum habis juga." Balas Marina. Menunggu kedua sahabat ini memang super siput, lambat banget. Marina tidak sengaja melihat sesuatu di leher sahabat cantik ini. "Eh, sebentar, deh!" Marina menarik kerak bajunya, Indri juga ikut kepo. Mereka terperangah hingga bekap mulutnya. "Kalian kenapa?" tanyanya terheran. "Kamu berhubungan dengan siapa?" Indri balik bertanya, Nata mengerut alis tidak mengerti pertanyaan dari Indri. "Maksudnya?" "Tanda di lehermu, merah-biru-unguan. Tanda kissmark setiap wanita berhubungan dengan lawan jenis," jelas Indri. Nata mengambil kaca dan melihat sendiri, terkejut dia tidak sadar kapan itu tercetak. Mengingat kembali kejadian dengan abangnya. "Sama siapa?" Tidak sabaran Marina ingin tahu. "Sama..., bang Andre," jawabnya malu-malu kucing. "APA?" Marina dan Indri berteriak bersamaan buat Nata menutup kedua telinganya. Marina mencondongkan tubuhnya lebih dekat, ingin tahu hubungan nikmat itu. Ia pun sebenarnya malu mengatakan kepada kedua sahabat ini. Tapi, tidak ada salahnya mungkin rahasia ini akan aman. ••• Ketika berada di kelas, mata kuliah ekonomi, dosen muda yang terhangat oleh para kaum hawa saat ini. Nata masih chit-chat dengan Andre. Benar bikin Natasha kesemsem sama gombalan itu. Ketika Heru sedang menerangkan pembahasan perekonomian tatapan matanya terfokus pada salah satu mahasiswi sibuk dengan ponselnya. Marina dan Indri menyenggol siku Nata, dia pun menoleh kode dari Indri bahwa ada seseorang tengah berdiri disampingnya sedang memperhatikan kegiatan itu. Nata mendongak, kedua mata tajam dari Heru membuat ia diam tak bersuara. "Setelah mata kuliah selesai, kamu ikut saya ke kantor!" katanya tegas dan dingin. Nata terbengong, "Eh?" Heru kembali didepan whiteboard. Membuat ia tidak berkutik seketika bel kampus berdering memekakan telinga para mahasiswa-mahasiswi di sini. Heru keluar dari kelas tanpa menoleh sedikit pun, Nata, apa lagi menciut bibir tidak bersalah itu harus bangkit dari kursinya membawa beberapa buku di tangannya. Indri dan Marina hanya bisa menatap iba nasib sahabatnya itu. "Jangan  masukkan ke hati, dia memang begitu. Mudah-mudahan hukumanmu ringan, ya,” ucap Indri iba. Ia mendengkus panjang lalu keluar meninggalkan kedua sahabatnya. Menyusul ke kantor dosen killer itu. Sebelum masuk, ia menarik napas dalam-dalam kemudian dibuang perlahan-lahan. "Masuk!" Belum juga untuk mengetuk pintu, ia terbengong kembali. Menggenggam gagang pintu, lalu didorong sedikit untuk mengintip. Sedikit ragu ia pun masuk dan menutup kembali daun pintu itu. Natasha terdiam menatap wajah dosen itu cukup lama. Ditelan air liurnya pelan-pelan, sebutir biji kelereng sulit untuk menelannya. Dilihat sih, ganteng. Enggak ada bedanya sama ganteng bang Andre. Tapi, sok cold-kas. Lebih mancung, sih, bang Andreas daripada Dosen ini. ~ batinnya dalam hati. Heru mendongak menatap wajah cewek manis itu yang dari tadi berdiri. Dia pun berdiri berjalan mendekati cewek manis ini. Nata was-was takut sesuatu buat dia sulit beradaptasi di ruangan ini. Wangi maskulin di tubuh dosen ini buat Nata terhipnotis. "Nama kamu siapa?" tanya Heru, suaranya berat dan dalam selayak menekankan. "Natasha Nikita Almiranda," jawabnya. "Umur berapa?" tanya Heru lagi. "Kok, jadi tanya umur saya, Pak! Langsung saja, sebenarnya kesalahan saya, apa, Pak?" pungkas Nata. BRAK! Nata tercekat, apa enggak sakit tuh tangannya?  pikirnya. Wajah Heru lebih dekat lagi dan lagi, buat ia diam menarik napas sedalamnya. Soalnya seumur hidup tidak pernah ada dosen lakuin hal seperti ini. Heru tersenyum lalu menjauhkan wajah darinya.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD