Pertemuan tak sengaja yang terjadi antara Bara dan Amara di stasiun telivisi bernama ERA TV menjadi hal yang sangat mengejutkan bagi keduanya. Bara yang masih terbelalak menyaksikan kehadiran Amara, mendadak mengerutkan kening dalam. Seakan-akan memperoleh jackpot kembali saat bertemu dengan wanita yang ia anggap sebagai ‘asing’ itu muncul lagi dalam hari-harinya belakangan ini. Ia membatin dalam hati.
Ya Tuhan, apakah ini adalah mimpi buruk untukku? Kenapa wanita itu harus muncul lagi di hadapanku? Kenapa???
Pria macho itu mengeluh dalam hati saat memindai tubuh Amara yang tampak rapi dengan pakaian semi formal yang ia kenakan. Melayangkan pandangan dari ujung kepala hingga kaki untuk menebak-nebak mengapa Amara bisa datang ke sana juga.
Sementara itu Amara tampak lebih syok menyaksikan ada Bara dan Nadia yang tengah berada di acara reality sbow yang menjadi tanggung jawabnya sekarang. Wanita itu meringis saat netra cokekat miliknya bersitatap dengan netra gelap milik Bara. Keduanya mematung dan membisu saat dihadapkan di tempat yang sama lagi pagi ini. Amara pun mendesah pasrah menyaksikan pria yang telah merenggut kehormatannya tersebut ada di depannya sekarang bersama seorang wanita yang diyakini wanita itu sebagai kekasih hati Bara.
Ya Tuhan, sampai kapan aku akan tetap bertemu dengan pria brengsekk ini? Sudah cukup dua hari yang menyiksaku kemarin. Kenapa harus bertemu lagi sekarang? Kenapa???
Amara bertanya dalam hati. Ia mencoba bersikap senormal mungkin di sana. Lalu melanjutkan langkahnya menuju ruangan yang dijadikan tempat syuting reality show bertema kasih sayang tanpa menghiraukan Bara lagi.
Aktivitas Bara yang memperhatikan wanita itu dengan seksama, mengundang pertanyaan yang terlontar dari mulut Nadia.
“Baby, kamu kenapa? Kamu kenal dia?” tanya Nadia yang mulai merasa heran saat menyaksikan ekspresi Bara seolah-olah seperti melihat hantu saat memandangi Amara dari tempatnya sekarang.
Bara meneguk ludah ketika mendengar pertanyaan kekasihnya. Berusaha menutupi kenyataan jika mereka saling kenal. Pria itu hanya menggeleng sambil beralih menatap Nadia.
“Nggak sih, cuma merasa asing saja sama dia. Apa kau tahu dia siapa?” tanya Bara dengan ekspresi datar.
Nadia mengedikkan bahu tak paham.
“Aku nggak tahu, Baby. Mungkin dia kerja di sini. Kalau dari penampilan dan gayanya sih dia seperti seorang pekerja di sini. Coba itu lihat dia tampak terburu-buru jalan,” jawab Nadia sambil menatap lurus ke arah Amara yang tampak tergesa-gesa.
Bara termenung sejenak lalu teringat akan kenyataan jika ERA TV merupakan salah satu stasiun televisi swasta yang dimiliki keluarga Respati bersama dua perusahaan besar lain setelah merger (penggabungan). Jika ditelisik dari situ Bara berpikiran jika Amara pasti memiliki jabatan yang tinggi di tempat kerjanya.
Sesampainya di ruangan reality show, Amara terlihat sangat dihormati oleh para kru stasiun telivisi yang ada di sana. Mereka semua pun menyapa wanita itu dengan sopan dan ramah.
“Pagi, Bu Amara,” sapa salah seorang kru pada acara reality show yang hendak diselenggarakan pagi ini.
“Pagi Mbak dan Mas sekalian. Bagaimana reality show hari ini? Apa sudah siap dimulai?” tanya Amara yang memiliki peran penting dalam mengatur program acara di stasiun televisi yang sahamnya dimiliki keluarganya itu.
“Sebentar lagi, Bu. Menunggu kesiapan dari para bintang tamu yang hadir. Saat ini mereka masih berada di ruang penata rias untuk syuting pagi ini,” jawab kru bernama Sinta sebagai salah satu tim kreatif program.
“Oh iya. Bisa saya lihat profil para bintang tamunya?” tanya Amara.
“Bisa, Bu. Ini …” sahut Sinta seraya menyodorkan sebuah modul yang berisi rencana kerja untuk episode reality show hari ini.
Amara menelisik modul kerja tersebut dan matanya seketika melebar saat membaca nama pria yang membuatnya jantungan. Ia melotot bersamaan saat membaca nama kekasih Bara yaitu Nadia Shafira.
“Bara Gandawasa dan Nadia Shafira … temanya kasih sayang antar sesama rekan kerja di kantor sekaligus selebriti …” ucap Amara seraya membaca tulisan yang ada di modul.
Kali ini mulutnya menganga saat membaca modul kerja tersebut. Hingga mampu membuat tangannya bergetar sampai modul itu terjatuh ke lantai. Apalagi ditambah dengan kemunculan sosok Bara dan Nadia yang telah selesai di-make up. Netra keduanya pun bertemu dan bersitatap dengan tatapan yang tak mampu dipahami satu sama lain.
Jantung Amara serasa hendak copot ketika Bara melewatinya di tempat wanita itu berdiri seraya melirik ke arah wanita yang telah ia tiduri tersebut. Dan parahnya pria itu melewati Amara dengan tangan menggenggam tangan Nadia. Amara hanya bisa terdiam terpaku di tempat tanpa berkata apa-apa selain mendesah pasrah.
“Silakan duduk di sini, Bara dan Nadia,” pinta Tika sebagai salah satu host atau pembawa acara reality show tersebut.
Bara dan Nadia pun memilih tempat duduk di tempat yang disediakan. Sedangkan Amara masih berdiri di tepi lokasi yang digunakan untuk syuting sambil bersedekap. Sejenak Bara mencuri pandang ke arah Amara yang tampak gelisah di tempatnya berdiri.
“Mohon mempersiapkan diri kalian berdua ya, sebentar lagi kita mau take dan acara ini live di stasiun tv ERA TV,” celetuk sang host program televisi reality show yang bernama ‘Ceria Pagi’.
“Iya, Tika,” sahut Bara diikuti anggukan dari Nadia.
Ketika belum take, Nadia sempat berbisik ke telinga Bara.
“Baby, aku senang akhirnya kita bisa take dalam satu acara program. Semoga sering-sering kayak gini ya nantinya,” bisik Nadia antusias.
Bara manggut-manggut. “Iya, Sayang. Sudah-sudah hentikan obrolan kita. Acara mau dimulai.”
Keduanya pun memilih untuk diam sambil fokus pada host yang hendak membawakan acara. Acara reality show pun dimulai.
“Selamat pagi, para pemirsa Cerita Pagi di ERA TV. Seperti biasa di hari Minggu ini kita mengundang bintang tamu yang tengah naik daun di sosial media mereka masing-masing. Terutama untuk yang laki-laki. Ada yang tahu dia siapa? Dia seorang CEO dan Founder sebuah perusahaan yang bergerak di bidang e-commerce yang tengah naik daun di Indonesia yaitu tokolapak, Bara Gandawasa. Selain itu bisnis-bisnis yang ditekuni beliau pun beragam mulai dari clothing line maupun agen perjalanan. Kita sambut Bara Gandawasa dan Nadia Shafira yang juga seorang model majalah serta iklan di televisi.” Host program TV ‘Ceria Pagi’ membuka acara secara panjang lebar sembari mempersilakan para bintang tamu untuk menatap ke arah kamera.
Bara dan Nadia mengembangkan senyum ke arah kamera. Selama ini baik Bara maupun Nadia dapat mengatasi rasa gugup selama syuting berjalan di beberapa stasiun televisi. Namun kali ini dengan adanya Amara di belakang layar, seakan mengganggu konsentrasi Bara untuk menjawab semua pertanyaan yang diajukan oleh host.
“Karena hari ini bertema tentang kasih sayang. Bagaimana kalian berdua bisa menjalin hubungan asmara? Apakah ada rencana untuk melanjutkan ke tahap yang lebih serius?” tanya Tika, sang host.
Bara terdiam sejenak hingga Nadia menyenggol lengan Bara agar segera menjawab. Berusaha menjawab tanpa melihat wanita yang telah ia sentuh di Labuan Bajo itu. Beralih memandang ke arah sang host. Mencoba untuk bersikap tenang yang menghanyutkan bagi Amara.
“O-oh iya, kami memang sudah sekitar tiga tahun berpacaran.. Nadia ini sekretaris saya di perusahaan. Dia yang tahu segala hal tentang saya. Semuanya dan tentu saja saya akan menikahi dia. Bukan yang lain!” tegas Bara yang seakan-akan menekankan bahwa yang akan ia nikahi adalah Nadia Shafira bukan Amara Respati.
Ucapan Bara seketika membuat Amara merasakan campur aduk. Antara sedih, senang, muak, dan benci bercampur jadi satu. Ia merasa senang karena ketegasan Bara untuk berniat menikahi sang kekasih, memberikan angin segar untuknya yakni hidup wanita itu akan terhindar dari pria brengsekk semacam pria itu. Benci karena pria itu sudah mengambil hak suami Amara nantinya di malam pertama. Muak karena selalu bertemu dengan Bara beberapa hari ini. Dan rasa sedih itu muncul karena wanita mana yang mau disentuh-sentuh hingga hilang kehormatan sebagai seorang gadis namun pria itu takkan menikahinya. Sungguh miris dan serba salah sudah berurusan dengan CEO itu. Ia pun berharap setelah kejadian malam itu tak berakibat dirinya hamil.
Amara pun mengatasi rasa yang berkecamuk di dalam dadanya, dengan membuang muka pada Bara. Ia mendesah pasrah lalu mencoba fokus di belakang layar perihal perkerjaannya yang sebagai Kepala Divisi Manager Program dan Produksi yang kali ini bertugas memantau kegiatan program yang berjalan serta mengelola semua yang terjadi pada acara. Bertanggung jawab sebagai pemimpin pada acara yang ia kelola juga.
“Bu, apa Anda merasa tidak enak badan? Bukan seperti Ibu Amara yang biasanya,” tegur Dina yang sejak tadi menemani Amara meninjau lokasi syuting program ‘Ceria Pagi’ miliknya. Dina merupakan sekretaris dari Amara di ERA TV.
Sontak Amara menggeleng. Tak ingin hanya gara-gara pertemuannya dengan Bara lagi membuatnya tidak fokus bekerja.
“Enggak kok, nggak apa-apa. Mungkin gara-gara jetlag saja karena penerbangan semalam,” jawab Amara asal tak ingin sekretarisnya tahu jika ia tak fokus gara-gara Bara Gandawasa.
Dina melongo lalu dengan polosnya bertanya, “Lho Bu, memang Ibu habis dari luar negeri sampai jetlag, kan kemarin liburan di Pulau Komodo saja. Nggak terlalu jauh hingga berjam-jam di pesawat,” protes sang sekretaris.
Deg … astaga perlukah aku bilang pada Dina kalau aku seperti ini gara-gara Bara Gandawasa … Batin Amara.
Seketika jantung wanita berdarah Indonesia - Turki serasa berhenti berdetak. Tak mampu bertahan di sana lebih lama apalagi saat ada adegan romantis yang harus dilakukan Bara dan Nadia saat sesi-sesi terakhir syuting reality show pagi ini.
“Sekarang waktunya sesi melamar sang kekasih. Bara bisa mencoba melamar Nadia sekarang. Jangan lupa tunjukkan rasa cintamu pada Nadia,” pinta Tika seraya mengejapkan mata sebelum acara berakhir.
Permintaan host pun dilakukan oleh Bara yang mendadak bangkit dari tempat duduk untuk bergeser ke depan Nadia yang tengah duduk sambil berlutut. Ia meraih tangan sang kekasih untuk dikecup lembut seraya berkata, “Sayang, aku sangat mencintaimu. Maukah kau menikah denganku? Maukah kau menjadi pendamping hidupku dan jadi ibu untuk anak-anakku kelak?”
Akting Bara saat melamar Nadia tersebut sukses membuat Amara merasa rapuh secara tiba-tiba hingga menitikkan air mata. Wanita itu sudah tak mampu lagi melihat adegan mesra dan romantis yang diperlihatkan Bara bersama kekasihnya pada khalayak ramai. Ia pun memilih segera keluar dari tempat itu dan berjanji pada diri sendiri untuk tidak mau bertemu dengan Bara Gandawasa lagi.
Cukup untuk hari ini. Aku tak mau melihatmu lagi, Bara. Jangan pernah muncul lagi di hadapanku! Aku benci padamu …
Amara memberontak dalam hati. Ingin rasanya menghilang sejauh mungkin untuk tidak bertemu dengan pria menyebalkan itu lagi. Wanita itu pun berlari ke tempat sepi untuk menenangkan diri sendiri. Ia sadar bahwa pertemuan-pertemuannya dengan Bara hanya membawa luka untuk dirinya. Amara merutuki nasibnya yang sial ini adalah mimpi buruk yang tak ingin hadir kembali.
Ketika Amara pergi meninggalkan lokasi syuting, Bara mendesah lega. Dalam hati ia memang tak ingin jika wanita yang ia tiduri itu menaruh hati padanya karena hati Bara milik Nadia.
Baguslah kau pergi. Berharap kau pergi jauh dari kehidupanku. Karena kesalahan malam itu bersamamu sudah membebani pikiranku. Biarkan saja kau membenciku. Terserah kau. Aku hanya ingin menikah dengan Nadia bukan Amara. Titik.
Bara bergumam dalam hati. Harapan kedua orang yang terjebak cinta satu malam itu terngiang-ngiang di pikiran mereka masing-masing. Tak ingin berurusan lagi satu sama lain. Namun apakah itu terwujud? Bisa ditunggu satu bulan kemudian.