Amara cepat-cepat turun dari pesawat ketika telah berhasil landing. Tak ingin terjebak lagi bersama Bara, ia bergegas berjalan menuju area kedatangan Terminal 3 Bandara Soekarno – Hatta sebagai Business Airport. Wanita itu mengambil langkah seribu setelah antri mengambil koper.
Netra cokelat milik wanita berdarah Indonesia - Turki tersebut mencari-cari keberadaan sang sopir pribadi yang hendak menjemputnya untuk segera pulang di kediaman mewah milik keluarga Respati di Permata Hijau – Senayan, Jakarta Selatan.
Ketika Amara mengendarkan pandangan ke seluruh penjuru terminal kedatangan penumpang untuk mencari sang sopir pribadi, secara tidak sengaja iris cokelat miliknya menangkap pemandangan yang membuat wanita itu mendadak jadi gerah.
Sebuah adegan pelukan dan ciuman di kening yang dilakukan lagi sosok pria yang mengusiknya beberapa hari ini. Siapa lagi kalau bukan Bara Gandawasa dan Nadia Safhira yang berjumpa di sana layaknya sepasang kekasih yang saling merindukan.
Amara merasa malam ini dilanda rasa muak yang kedua kali dari tempatnya berdiri saat menyaksikan adegan romantis sepasang kekasih yang dimabuk asmara itu. Ia pun berusaha tak memperlihatkan dirinya. Mencoba bersembunyi pandangan Bara dan Nadia seraya mencari-cari keberadaan sopirnya.
“Hai Baby, aku merindukanmu. Apa kau juga?” tanya Nadia sambil bergelayut di tubuh Bara. Pria itu pun mendekap kekasihnya dengan manja.
“Iya, Sayang. Tentu saja aku merindukanmu juga. Coba kau bisa ikut ke Labuan Bajo kemarin. Aku pasti bahagia,” balas Bara seraya mengelus-elus rambut panjang Nadia. Tampak jika ia begitu mendambakan kekasihnya yang seorang model dan sekretaris itu.
Nadia hendak menanggapi ucapan Bara sembari memperlihatkan giginya yang rapi dan putih.
“Itu kan pesta bujang Rio yang melarang membawa pasangan masing-masing kan, Baby. Kamu enjoy kan pesta di sana?” tanya Nadia dengan tatapan sayang pada Bara.
Bara membalas tatapan sayang pada Nadia dengan merangkul bahu wanita yang berbadan tinggi semampai dan seksi itu.
“Iya dong, Rio Dewangga memberikan sebuah pesta yang tak terlupakan. Villa yang disediakan pun bagus sekali untukku,” jawab Bara yang seketika muncul bayangan one night stand bersama Amara akibat kalimat ‘pesta yang tak terlupakan’ terlontar dari mulutnya.
Pesta yang terlupakan karena aku telah menyentuh Amara Respati secara tidak sadar … Batin Bara.
Sejenak Bara mendengkus sebal akibat teringat peristiwa malam itu. Peristiwa tak terduga yang harus diakui telah dinikmati oleh kedua orang tanpa status tersebut.
“My Baby Bara, kamu melamun? Ada apa?” tanya Nadia penasaran.
Bara langsung menggelengkan kepala. “Eh maaf … nggak ada apa-apa sih. Cuma teringat sama kerjaan besok pagi,” sahut Bara memberikan alasan logis agar tak didesak untuk bercerita tentang malam yang dilaluinya bersama Amara.
“Memang kerjaan besok apaan? Besok kan masih hari libur. Belum waktunya kerja di kantor,” tanya Nadia yang paham jadwal Bara mengingat ia ada sekretaris pria itu di kantor.
Bara menjawab santai, “Besok ada undangan syuting ke salah satu stasiun TV dengan program reality show mereka. Acaranya pagi.”
Nadia membuka mulut lebar-lebar. “Hah? Ada acara apa di stasiun TV? Makin ngartis saja deh kamu, Baby. Sampai diundang sana-sini.”
Pria bertubuh atletis itu gemas pada Nadia lalu mencubit kedua pipi halus sang kekasih.
“Baru diundang tiga kali tapi kamu bilang diundang sana-sini. Sebenarnya bisa saja aku tolak. Tapi jika dengan sering muncul di televisi bisa menaikkan pamorku dan perusahaanku, tidak ada salahnya kan aku datang. Kamu nggak suka aku banyak job? Bisa bikin aku makin kaya dan terkenal ini.”
“Ya jelas suka. Sapa yang nggak suka sih punya pacar seperti Bara Gandawasa yang seorang CEO dan selebgram terkenal. Yang punya fans juga. Jelas aku senang, Baby.” Nadia berkata sembari melingkarkan lengan di tangan Bara.
“Ya sudah, ayo kita pulang. Aku capek hari ini. Ingin tidur,” ajak Bara yang tampak kelelahan.
Nadia mengangguk. “Mau pulang kemana? Ke rumahmu apa apartemenmu?”
Bara menatap lekat Nadia lantas berbisik, “Ke apartemenmu saja. Aku malam ini ingin menginap di Kalibata. Nggak mau menginap di Kemang. Kepalaku pusing.”
Bara langsung menarik tangan Nadia untuk diajak pergi meninggalkan terminal kedatangan penumpang. Mereka berdua pun beranjak dari sana sambil bergandengan tangan mesra. Benar-benar terlihat seperti pasangan kekasih yang dimabuk cinta.
Sementara itu, Amara yang bersembunyi agar tak dilihat Bara maupun Nadia bergegas keluar dari tempat persembunyian untuk lekas mencari Doni selaku sopir pribadi keluarga Respati. Sempat terdengar sekilas obrolan Bara dan Nadia mengenai pulang ke apartemen wanita itu. Tentu saja Amara terlonjak saat membayangkan pria itu dan kekasihnya akan bermalam di tempat sama.
Amara bergidik mengingat apa yang telah terjadi dengan Bara semalam di resort. Mereka berdua melakukan hubungan suami istri dalam keadaan tidak sadar. Malam ini Bara meminta untuk menginap di apartemen kekasihnya yang artinya tidak menutup kemungkinan pria itu untuk menyentuh Nadia.
Wanita cantik berdarah Indonesia – Turki itu hanya mendesah pasrah. Tampak frustasi membayangkan apa yang telah dilakukan oleh Bara padanya semalam akan dilakukan lagi pada wanita lain. Sungguh menyesakkan hati dan pikiran Amara. Ia mengumpat dalam hati.
Dasar laki-laki sialan! Semalam sudah menyentuhku, malam ini secara terang-terangan mau menginap di rumah kekasihnya. Pasti dia akan menyentuh wanita itu …. Batin Amara seraya mengepalkan tangan kesal.
Pikiran Amara tentang Bara dan Nadia seketika berakhir ketika ada yang memanggil namanya.
“Nona … Nona Amara …” panggil Doni yang baru saja melihat putri majikan yang terdiam terpaku di terminal kedatangan penumpang.
Amara terkesiap mendengar panggilan sopirnya.
“Eh iya, Pak Doni. Tadi saya cari-cari Bapak,” celetuk Amara.
Doni menggaruk-garuk kepala. “Maaf Nona, tadi saya kesasar di terminal sebelah. Maklum jarang sekali naik pesawat jadi nggak paham.”
“Iya, nggak apa-apa, Pak. Kalau begitu ayo sekarang kita pulang. Aku lelah sekali. Capek setelah berpergian,” keluh Amara yang memang terlihat letih.
Doni mengangguk. “Baiklah Nona, mari saya antar pulang. Kopernya saya bawa ya, Nona.”
Amara dan Doni pun bergerak maju meninggalkan tempat mereka berdiri. Lekas mengantarkan sang putri majikan untuk pulang ke kediaman megah keluarga Respati yang terletak di Permata Hijau, Jakarta Selatan. Amara hanya ingin cepat-cepat beristirahat di kamarnya tanpa ada bayang-bayang Bara yang selama dua hari ini telah mengusik batinnya.
***
Keesokan paginya, Bara cepat-cepat bangun dari ranjang kamar Nadia. Mentari pagi menyusup ke dalam jendela kamar wanita itu ketika jam sudah menunjukkan pukul 07.00 WIB. Bara dan Nadia kesiangan. Pria itu terperanjat dan mendesah lega saat mengetahui ia masih berpakaian lengkap bersama Nadia yang juga terlelap di sampingnya. Bara mencoba mengingat yang telah terjadi semalam bersama kekasihnya.
“Baby Bara, makasih ya, aku senang malam ini bisa berduaan sama kamu. Akhirnya kamu temani aku di sini. Jadi aku nggak kesepian lagi,” celoteh Nadia saat didekap Bara di dadanya.
Mereka berdua tengah bersantai sambil menonton televisi di sofa apartemen Nadia dengan memeluk manja wanita yang duduk di sampingnya tersebut.
“Sama-sama, Sayang. Aku juga sama denganmu. Merasa sangat nyaman berada di sini,” sahut Bara seraya menguap karena mendadak dilanda rasa kantuk.
“Kamu ngantuk ya, Baby?” tanya Nadia.
Bara manggut-manggut. “Iya nih, ngantuk banget. Capek aku, Honey. Izinkan aku tidur di kamarmu ya,” harap Bara.
“Iya, kau tidurlah. Aku juga mau tidur juga.”
Ketika Nadia hendak bangkit dari sofa, Bara meraih tangan wanita itu. Membawa wanita itu duduk di pangkuannya seraya berkata, “Aku mencintaimu, Sayang.”
Setelah mengucapkan kalimat cinta tersebut, Bara melabuhkan ciuman di bibir Nadia. Menyusuri setiap sudut bibir merah Nadia dengan ciuman panas hingga turun di leher wanita yang berprofesi sebagai sekretaris dan model iklan itu. Membelai hangat wanita yang semalam diharapkan hadir di pesta bujang namun tak ada. Hingga Amara yang ia pikir sebagai Nadia menggantikan posisinya saat Bara mabuk.
Nadia pun membalas ciuman mesra kekasihnya itu dengan napas terengah-engah. Saling meraba-raba tubuh satu sama lain di atas sofa apartemen dan belum beranjak ke dalam kamar apartemen. Ketika keduanya hendak melanjutkan ke tahap selanjutnya, tiba-tiba Bara terperanjat akan bayangan Amara yang secara mengejutkan hadir dalam benak pria itu. Seolah-olah menyiksa batin Bara secara perlahan-lahan melalui pikirannya. Bayangan malam yang menggairahkan itu hadir.
Apalagi saat Bara berusaha menanamkan benih yang keluar dari dalam tubuhnya secara spontan ke dalam tubuh Amara pada saat penyatuan terjadi. Ia meneguk ludah saat bayangan semalam itu hadir memenuhi pikiran sang selebgram. Merasa tak nyaman dengan hal itu, Bara segera melepaskan diri dari tubuh Nadia.
“Lho, kenapa, Sayang? Katanya mau bikin anak sama aku? Nggak jadi???” protes Nadia.
Bara menggeleng-gelengkan kepalanya. “Maaf Sayang, nggak jadi. Aku nggak sanggup. Aku nggak bisa. Maafkan aku.”
Nadia mendesah kecewa. “Ya sudah, Baby, aku paham mungkin kamu lelah. Terserah kamu saja.”
Bara menaruh tangan kanannya di pipi Nadia. Lalu mengusap-usap pipi sang kekasih.
“Maafkan aku ya, Sayang. Mungkin saat ini bukan saat yang tepat. Kita tidur saja dulu. Tapi izinkan aku tidur di sampingmu. Aku nyaman bersamamu,” pinta Bara.
Nadia manggut-manggut. “Iya, Baby. Yuk tidur ke kamar aku.”
Mereka berdua pun bergeser ke kamar Nadia. Tidur bersebelahan di atas ranjang Nadia tanpa melakukan hubungan bercinta satu sama lain hingga pagi.
Bayangan semalam bersama Nadia itu berakhir ketika ponsel Nadia berdering di atas nakas hingga membuat wanita yang terlelap itu terjaga dan segera beringsut dari ranjang. Nadia lekas mengambil ponselnya.
“Ada apa, Sayang? Apa yang terjadi?” tanya Bara penasaran saat melihat gelagat Nadia yang antusias melirik ke arah layar ponsel.
“Wah, Baby, ada pemberitahuan dari manajerku nih. Aku diundang di reality show bersamamu di stasiun televisi ERATV pagi ini. Temanya kan hari kasih sayang, mereka tahunya kita kan sepasang kekasih. Yuk, kita siap-siap, Baby …” ajak Nadia.
“Oke-oke, aku siap-siap dulu.”
Mereka berdua pun bersiap-siap diri untuk mendatangi salah satu stasiun televisi yang dikenal dengan nama ERA TV yang merupakan penggabungan atau merger pada tiga stasiun televisi yang dimiliki oleh tiga perusahaan yakni Efron, Respati, dan Airlangga.
Beberapa menit kemudian, Bara dan Nadia telah siap beranjak menuju ke stasiun televisi yang berlokasi di Jalan Asia Afrika, Jakarta Pusat. Mereka tampak rapi dan santai dengan pakaian yang dikenakan sesuai dresscode hari kasih sayang. Warna merah jambu menjadi colour dresscode yang diminta.
Sepasang kekasih tersebut pun sampai di gedung tinggi yang dijadikan sebagai kantor pusat stasiun televisi ERA TV dan dipergunakan untuk syuting beberapa program televisi seperti news maupun reality show. Kali ini reality show yang diikuti Bara dan Nadia termasuk siaran langsung.
Bara dan Nadia berjalan santai memasuki gedung stasiun televisi. Baru pertama kali untuk Bara datang ke stasiun televisi ini. Kalau Nadia pernah waktu diundang menjadi guest star (bintang tamu) acara fashion show yang diikuti oleh para model tanah air.
“Baby, kamu baru pertama kali ke sini ya?” tanya Nadia saat berjalan sembari mengedarkan pandangan ke sekitar gedung.
Bara mengangguk. “Iya, aku ikut syuting baru tiga kali ini, Sayang. Sebelumnya stasiun TV yang ada di Kebon Jeruk dan Jalan Fatmawati saja,” ungkap Bara.
“Sepertinya lebih menarik di sini. Semoga saja membuahkan hasil untuk kita,” harap Nadia.
Mendadak langkah mereka terhenti ketika Bara menyaksikan sosok wanita cantik berpakaian semi formal yang baru saja datang dari pintu masuk stasiun televisi ERA TV. Seketika matanya melebar melihat wanita itu. Nadia yang tak paham dengan sikap Bara hanya bisa menghentikan langkah ketika kekasihnya mendadak berhenti berjalan.
“Baby, ada apa? Kok berhenti jalan?” tanya Nadia penasaran.
Bara hanya membisu dan netra gelap miliknya masih fokus menatap lurus ke arah wanita yang telah mengusik pikirannya semalam. Ia tetap melayangkan pandangan pada wanita itu sampai mata mereka bertemu satu sama lain.
Wanita yang tengah berjalan itu adalah Amara Respati yang tampak anggun dan menawan dengan blazer abu-abu yang ia kenakan. Bara dan Amara saling bersitatap. Terutama Amara yang terlonjak saat melihat pria yang sudah menjebaknya itu hadir di tempat yang sama dengannya lagi. Hingga ia bergumam dalam hati.
Astaga, kenapa harus bertemu denganmu lagi? Apakah ini mimpi? Sampai kapan aku harus bertemu dengamu lagi? Aku muak denganmu Bara Gandawasa. Muak denganmu dan kekasihmu.
Amara masih mematung di tempat dengan mata terbelalak. Masih tak menyangka jika beberapa hari ini sosok Bara benar-benar sudah mengganggu hidupnya. Bayangkan saat ini ia harus bertemu pria brengsekk itu di tempat kerjanya. Kira-kira apa yang akan terjadi selanjutnya? Apakah Bara dan Amara akan dihadapkan lagi satu sama lain oleh takdir?