Guncangan emosi Malika belumlah stabil, apalagi setelah melihat meja kerja Sita. Sejak kapan mereka begitu mengumbar perselingkuhan itu? Malika benar-benar tak habis pikir bagaimana bisa urat malu sama sekali tidak berfungsi lagi pada Aris dan Sita. “Nona, saya akan mengirimkan rekaman yang Anda minta dan tolong jangan —” Sela menghentikan kalimat ketika tangan Almas mengisyaratkannya untuk diam. “Tolong buatkan minuman untuk kami. Anda minum kopi, Nona?” tanya Almas lembut sekali. “Coklat. Sepertinya aku butuh itu atau makanan manis lainnya,” jawab Malika tak memelankan langkah, tak berbalik juga. Ia tak fokus lagi selain tentang Aris dan Sita. Sela yang belum pernah mendapat permintaan semacam itu langsung berkata, “Tapi kita tidak —” Almas menggeleng, lalu mengusir Sela pergi d

