Bab 2. ABG NAKAL

1801 Words
'b******k sama calon masa depan orang lain boleh aja, asal jangan sama cewek yang elu cinta. Karena elu hanya boleh jadi b******k sama dia kalau sudah sah aja, lebih nikmat' .. Fathur Artha Putra .. ****** Malam hingar bingar penuh keramaian menyambut kedatangan empat pemuda malam itu. Keempatnya melangkah masuk dengan santai setelah melewati beberapa penjaga berseragam hitam dan berbadan kekar di depan pintu masuk. Keempatnya tersenyum lebar saat melihat lautan manusia tengah asik menggoyangkan tubuh mereka di bawah dance flour mengikuti alunan musik EDM dari DJ yang tengah beraksi di atas panggung. Mereka berjalan menuju sopa berwarna merah menyala di sudut ruang. Tenpat yang memang sudah di pesan lebih dulu oleh salah satu dari mereka. Tak lama berselang setelah keempatnya mendaratkan b****g, seorang pelayan cantik dan seksi menghampiri meja keempatnya. Si pelayan mencatat apa saja yang di pesan ke empat pemuda tampan itu. Kerlingan genit di layang pelayan itu pada salah satunya dan di balas senyum manis dari remaja tampan itu. Sontak membuat hati si pelayan berbunga-bunga. Pasalnya banyak pelayan di tempat ini yang sering memperhatikan kumpulan remaja itu ketika datang berkunjung ketempat mereka. Wajah keempatnya yang terbilang tampan membuat mereka  selalu menjadi pusat perhatian di tempat remang-remang tersebut. Kepergian si pelayan membuat gelak tawa keempatnya pecah. "Gila nggak di sekolah, nggak di sini pesona seorang Fathur emang nggak ada yang bisa ngalahin." sindir setengah mengejek dari pemuda yang lebih dikenal dengan nama J. Padahal nama lengkapnya Johan Alfiansyah. "Biasa aja." sahut Fathur yang sedang dielu-elukan santai. Ketiga temannya tertawa mengejek mendengar jawaban cowok itu. Tangan pemuda itu merogoh saku celananya mengeluarkan rokok beserta pemantik dari dalam sana. Kemudian menyelipkan rokok di antara celah bibir tebalnya, tangannya menyalakan pemantik. Asap mengepul keluar dari mulut serta hidung pemuda itu usai menyesap tembakau tersebut. Punggungnya di sandarkan ke sofa empuk di belakangnya, sebelah tangannya ia rentangkan di kepala sofa sedangkan sebelah ia gunakan untuk mengapit tembakau di jari tengah dan telunjuknya. Mata tajamnya melihat sekitar yang terlihat semakin ramai seolah mereka tidak ada kegiatan lebih bermanfaat selain meliuk-liukkan tubuh. "Ngomong-ngomong si Sia tahu elu kesini nyet." tanya salah satu temannya lagi, Akmal Firdaus pemuda berkulit coklat gelap dengan t**i lalat di bawah bibir. Fathur bergumam menjawab di sela kegiatan merokoknya. Kepala pemuda itu sesekali terangguk-angguk mengikuti alunan musik yang memekakkan telinga namun terasa enak. "Parah. Si Sia nggak ada ngelarang elu gitu Tol." ujar Tegar Maulana sahabat Fathur sejak jaman SMP. Karena hanya Tegar yang berani memanggil dirinya dengan celenehan Tol padanya. Biasanya anak-anak yang lain hanya berani memanggil Bro, Sob, atau namanya langsung. Fathur terkekeh, ia tengah membayangkan wajah gadis itu ketika dirinya bilang akan hangout bersama yang lain. Jangan harap gadis itu akan cemberut, atau marah saat mendengarnya. Ekspresinya sudah pasti hanya lempeng. Fathur selalu di buat gemas dengan reaksi gadisnya itu. Flashback on. "Aku mau hangout sama anak-anak nanti malam. Nggak apa-apa kan?" Fersia atau lebih akrab di panggil dengan nama Sia itu hanya diam saat pemuda di depannya berkata demikian. Fersia diam bukan karena sedang memikirkan cara melarang kekasihnya itu pergi. Ia hanya bosan. Mendengar kata itu itu selalu. Pergaulan bebas Fathur Artha Putra memang tidak bisa di hapuskan dengan mudah, bahkan selama 1 tahun mereka menjalan hubungan. Sia hanya diam saja dan melihat apa pemuda itu masih punya kesadaran diri dan rasa malu. Tapi, semua NOL BESAR. Nyatanya tidak pernah. Bahkan Sia sering memergoki Fathur berciuman dengan banyak gadis di sekolahnya, tentunya tanpa sepengatahuan pacarnya itu. Fathur dan kata bebas seperti sudah menyatu ibarat tulang rusuk yang sudah menemukan pasangannya. "Kamu marah Sia-ku. Ayolah. Nanti malam itu pesta aku sama teman-teman ngerayain kemenangan adu balap motor kemarin." "Boleh kan Sia-ku." lanjutnya bernada manja. Sia-ku. Kata yang selalu pemuda itu gunakan untuk merayunya layaknya anak kecil yang di sodorkan permen lollipop. Iming-iming memohon kata Sia-ku justru seperti sebuah ancaman terakhir pemuda itu kepadanya. Seperti bermaksud kamu tidak bisa melarangku. Itu yang selama ini Sia pikirkan setiap Fathur memanggilnya dengan sebutan nama Sia-ku. "Kenapa kamu ijin sama aku?" pertanyaan balik pertama kali darinya membuat pemuda itu terkekeh pelan. Keduanya masih berdiri di depan pintu apartement dimana Sia tinggal. Karena mereka baru saja sampai usai makan siang bersama di luar. "Kamu kan Sia-ku." balas pemuda itu dengan mata berkilat aneh. Sia mendengus pelan. Ia menekan pin enam digit apartementnya, terdengar bunyi Bip membuat Sia memegang handle pintu lalu membukanya perlahan. Fathur tetap memperhatikan apa yang tengah di lakukan gadis itu dalam diam. Ada rasa geli yang ia rasakan saat melihat wajah itu. Yang semakin terlihat datar saja. "Aku mau istirahat. Kalau kamu mau pergi. Silahkan. Tapi jangan mampir kesini setelah dari tempat itu. Karena aku nggak suka bau alkohol." finalnya tegas. Fathur menyeringai. Pemuda itu maju 2 langkah dan berdiri tepat di ambang pintu menghalangi pergerakan Sia yang akan menutup pintu. Kepalanya terunduk sedangkan kekasihnya balas mendongak dengan tatapan seperti biasanya. "Kalau aku nyasar ke tempat lain boleh." bisik pemuda itu berkata dengan suara serak dan dalam penuh makna. Bulu kuduk Sia merinding. Tapi ia berusaha terlihat tidak ada yang berubah dari ekspresinya. Gadis itu memang handal memanipulasi wajahnya. Tidak ada yang tahu seperti apa jati diri Fersia Raxenta sebenarnya. Bahkan Fathur Artha Putra yang sudah 1 tahun berada di sekitarnya masih di buat penasaran dan gemas olehnya. "Sepertinya pertanyaan itu nggak perlu aku jawab. Karena aku yakin 100% kalau kamu sendiri tahu jawabannya." "Sana pulang. Aku mau istirahat." usirnya. Sia mendorong d**a pemuda itu pelan, dan menutup pintu apartementnya tidak lupa menguncinya dengan kunci tambahan yang sudah ia pasang beberapa hari lalu. Sia hanya tidak mau Fathur tiba-tiba datang dan masuk ke apetementnya dengan seenak jidat jika dalam keadaan mabuk. Seperti sebelum-sebelum. Bahkan ia kesal bukan main karena sudah berapa kali mengganti pintu apartement yang di rusak Fathur setiap berkunjung. Sebelum pintu benar-benar tertutup suara lembut pemuda itu sempat terdengar dan sedikit mengganggu indra pendengaran Sia. "Good night my angel." Bahkan Sia bisa melihat kedua sudut bibir pacarnya itu tertarik ke atas usai mengucapkannya. Dasar gila. Cibirnya. Flashback off. Hahaha. J, Akmal dan Tegar menatap aneh kearah Fathur yang sedang tertawa di sela aktivitas cowok itu. Kemudian serentak menggeleng kepala saat tahu pasti siapa yang membuat teman mereka itu bersikap seperti orang gila. Bahkan wajahnya terlihat menggelikan dimata ketiganya. Mungkin jika Fathur memiliki kulit putih bukan sawo matang, wajahnya akan terlihat bintik-bintik merah di pipi pemuda itu seperti layaknya gadis-gadis ketika tersipu malu. "Yaelah Tol. Ngebayangin cewek elu terus. Noh liat cewek-cewek disana pada ngeliatin elu dari tadi kaya kucing kelaparan." celetukkan Tegar membuyarkan lamunan wajah gadisnya yang mungkin saat ini sudah tidur lelap di atas kasur. Fathur mendengus sebal, namun matanya tetap mengikuti arah yang di bilang Tegar. Seringai kecil muncul menghiasi wajahnya. Dalam hati tertawa senang saat kumpulan tiga cewek itu tersenyum malu kearahnya. Fathur tentu tidak akan menyia-nyiakan kesempatan yang selalu datang padanya. Ketika para perempuan gampang tertarik dengan tampang dan penampilannya. Fathur mengangkat tangannya memanggil pelayan laki-laki yang tengah berdiri tidak jauh dari tempat duduknya, kemudian berbisik pelan. Si pelayan mengangguk paham. Tak butuh lama perintah yang ia ucapkan pada si pelayan pun siap. Fathur melihat dari tempat duduknya ketika ketiganya menerima minuman yang ia pesan tadi kepada si pelayan. Dari jauh terlihat mereka begitu senang. Membuat pemuda itu membusungkan dadanya ketika cewek-cewek nakal dan genit itu masuk dalam triknya. Hanya butuh 1 menit meja mereka kini di datangi para gadis berpakaian seksi tadi. Raut senang dan gembira teman-temannya membuat pemuda itu terkekeh geli. "Hai makasih ya buat minumannya." ucap gadis berpakaian seksi dan cantik yang sejak tadi begitu menggoda di mata Fathur dengan nada manja. Perempuan itu memakai dress dengan potongan tali sabrina berwarna pink pastel di atas paha. Kulitnya mulus, wajahnya yang di poles tidak terlalu tebal menambah kecantikkan gadis itu di tengah remangnya lampu Bar. "You're welcome." balas Fathur tersenyum hangat. "Kalian kenapa berdiri ayo duduk aja disini. Masih muat kok." lanjut pemuda itu menepuk-nepuk sofa di sebelahnya pelan. Ketiganya terlihat saling melirik satu sama lain sebelum akhirnya setuju mengambil tempat duduk di sela-sela pemuda-pemuda tampan yang berada di meja ini. "Aku Celin." "Fathur." Keduanya berkenalan dengan nada senang. "Ohya ini teman-teman aku Yola dan Dara." ucap Celin memperkenalkan kedua temannya yang tidak kalah cantik dari gadis itu. J, Akmal dan Tegar pun ikut berkenalan. Tatapan Fathur tidak pernah lepas dari sosok gadis cantik di sebelahnya. Apalagi raut malu-malu Celin membangkitkan sisi kenakalan seorang Fathur malam ini. Mereka semua terhanyut dalam euphoria gemerlap malam. Entah sudah berapa botol alkohol habis ditegak ke tujuh manusia yang sedang mencari kenikmati duniawi itu. Tidak peduli jika mereka sudah mabuk dan teler sekalipun. Yang mereka rasakan hanya kebebasan jiwa yang teras terbang melayang keawan. Celin dan Fathur masih setia duduk berdekatan. Sedangkan teman-teman mereka sudah melimpir di dance flour. Meninggalkan dua sejoli yang saling memandang gairah di sofa merah. "Kamu tinggal dimana?" tanya Celin manja wajah perempuan itu sudah merah karena terlalu banyak minum. Fathur hanya tersenyum penuh arti. "Kenapa? Kamu mau mampir ke rumah ku." balas pemuda itu dengan kekehan geli. Celin ikut terkekeh, perempuan itu menatap dalam pemuda tampan di sebelahnya. Tangannya terulur menyentuh tulang rahang pemuda yang berbeda 2 tahun di bawahnya lembut dengan gerakan s*****l. Fathur mendesis, ia memejamkan mata sejenak menikmati sentuhan yang ia dapatkan saat ini. Matanya kembali terbuka, sorot mata sayu dan berselimut gairah terpampang di depan wajahnya. Pemuda itu menarik sudut bibirnya tipis. Hawa dingin AC, lampu yang remang-remang serta backsound sorak sorai pengunjung yang asik berjoget bagai soundtrack untuk keduanya melakukan aksi lebih jauh lagi. Entah siapa yang mulai bibir keduanya sudah bertemu saling berpagut nafsu, menyecap sensasi satu sama lain menikmati saliva dan lidah yang saling berbelit di dalam rongga mulut. Tangan Fathur tidak tinggal diam rasa manis bibir di depannya membuat sisi keliaran Fathur berontak-rontak minta lebih dan lebih. Fathur mengangkat pinggul Celin cepat, membuat gadis itu berpindah duduk di atas pangkuannya tanpa melepas pagutan bibir mereka. Keduanya terus saling berpagut s*****l tanpa peduli sedang berada dimana. Fathur menjauhkan wajahnya saat dirasa gadis di pangkuannya kehabisan napas, ia tersenyum di balas senyum malu-malu Celin. Di kecupnya sekilas bibir manis itu. "Manis." bisiknya seksi. Celin melambung ke atas langit saat di puji demikian. Tangan nakal gadis itu meraba kemeja putih milik Fathur dengan lembut dan pelan. Namun, tangan Fathur mencekal cepat pergelangan gadis itu saat hendak membuka kancing kemejanya. "Sorry. Gue cuma lagi minat ciuman doang. Bisa turun dari paha gue." ujar pemuda itu santai. Celin melongo. Hasrat yang tadinya menggebu-gebu tiba-tiba menyusut tidak tersisa selain kata malu. Buru-buru gadis yang dressnya sudah naik-naik itu berdiri, merapikan terburu-buru. Sedangkan Fathur hanya menatap dengan alis terangkat. "Kenapa. Mau marah?" tanya pemuda itu polos. Wajah Celin yang merah padam, hanya mampu mengepalkan tangannya kesal. Tanpa menjawab pertanyaan untuknya tadi. Celin memilih pergi dengan tergesa-gesa, meninggalkan Fathur yang sudah kembali menyulut rokok di bibir tebalnya yang terkena lipstik merah milik Celin. Dasar murahan. Cibirnya. ***** Bersambung
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD