Bab 4. Rencana Balapan

1027 Words
"Gue mau hidup penuh kebebasan, sebelum gue menikahi anak orang" .....(Fathur Artha Putra) ***** "Nanti malam jadi turun nggak, Bro?" J bertanya kepada sahabatnya yang tengah asyik menghisap sebatang rokok terselip di bibir kissable tersebut.  Terasa jeda beberapa saat, sebelum suara bass milik pemuda yang ia tanya barusan akhirnya keluar memenuhi area gudang belakang daerah kekuasaan mereka. Tentu saja. "Berapa?"  J mengkerutkan dahi seraya berkata. "Kata bang Jack sih 10, elo mau nggak."  Fathur yang di tanya pun jadi ikut berpikir hanya beberapa detik saja sebelum ia menganggukkan kepalanya setuju. 10 adalah angka yang lumayan menurutnya hanya dengan satu kali aksi saja malam ini. "Bolehlah, emang siapa yang turun?" tanya pemuda itu ingin tahu, lalu membuang asal putung rokok miliknya ke lantai dan menginjaknya. "Gue juga nggak tau, mau gue tanyain dulu nggak?" Tawar J lagi. "Nggak usah." Tegas Fathur menolak. J manggut-manggut mengikuti ucapan sahabatnya itu. "Eh, kemarin elo dapat hukuman apa dari BuRit, Tol?" Suara Tegar yang duduk bersila di atas bekas meja tidak terpakai itu pun ikut menyahut penasaran.  Pemuda yang sudah menjadi sahabat Fathur sejak SMP tersebut, ingin tahu apa akibat yang di terima Fathur setelah menghajar anak orang di sini kemarin. "Nggak di hukum apa-apa. Cuma dapat kecupan cinta dari BuRit." balasnya asal. Huwekkk Tegar langsung memasang gestur ingin muntah, sedangkan J dan Akmal hanya tergelak menertawakan sifat pemuda itu yang meledek Tegar. "a***y! Manis nggak?" Tegar setengah mencibir di tengah raut kesalnya setelah mendengar jawaban Fathur barusan. "Sepet."  Hahaha. Mereka semua tergelak bersama, lalu tertawa terbahak-bahak hingga perut Tegar seketika kram karenanya. "Bangke." umpatnya menatap Fathur menganga. Jam pelajaran masih berlangsung namun ke empat pemuda penguasa SMA Pelita itu justru asyik bersenda gurau di gudang belakang. Tidak peduli, apakah mereka akan ketinggalan banyak pelajaran ataupun tidak hari ini.  Fathur bilang lidahnya pahit saat tiba di sekolah, ia butuh rokok sebelum masuk kelas. Tapi, nyatanya hingga jam hampir memasuki waktu istirahat pertama pun mereka tidak balik ke kelas mereka. Dasar. Tet tet tet 10 menit kemudian alarm bel istirahat pertama pun berbunyi, Fathur langsung  berdiri dari duduknya di ikuti oleh ketiga sahabat pemuda itu.  "Langsung ngantin nggak?" Tanya J di balas gelengan pelan sosok di sebelahnya. "Kalian duluan, gue mau ketemu my baby girl dulu." ucap Fathur menaik-turunkan alisnya menyebalkan dengan tampang pongah.  Mereka semua menggeleng heran, membiarkan pemuda itu keluar lebih dulu dari gudang di iringi seruan ejekan kencang dari Tegar yang di balas acungan jari tengah oleh Fathur di ambang pintu. "DASAR KUCING BUCIN!" ****** Murid-murid baru saja keluar dari kelas kala Fathur Artha Putra sampai di depan balkon kelas XII-IPA2. Gadis-gadis dari kelas tersebut maupun yang melewati koridor tampak melirik pemuda yang tengah bersandar dan fokus pada layar ponselnya tersebut diam-diam. Tak lama langkah kaki berbalut sepatu kets berwarna hitam dengan stiker huruf F, terlihat baru keluar dari ambang pintu. Kepala Fathur sontak mendongak saat melihat sepatu yang amat di kenalnya. Senyum cerah terbit di wajah pemuda itu membuat beberapa gadis di sekitarnya menahan pekikan karena ketampanan dari putra salah satu donatur sekolah mereka terlihat berkali-kali lipat gantengnya. Fathur Artha Putra dengan pastur tubuh yang sempurna menjadi idaman semua para perempuan dimana pun. Namun, tampaknya pandangan pemuda itu kini hanya terfokus pada sosok Fersia Raxenta, kekasih menggemaskannya. "Kantin Sia-ku." ucap pemuda itu terdengar nyaris seperti sebuah pernyataan bukan pertanyaan. Fersia mendesah, saat mengetahui pacarnya tersebut rupanya sudah stay di depan kelasnya. Gadis itu pikir pemuda itu tidak akan ke kelasnya. "Nggak." jawabnya datar. "Kenapa? Hayolah, kita ke kantin sekali-sekali. Kita duduk berdua aja deh, kapan lagi kan kita bisa makan bareng di kantin."  "Aku mau ke Perpus." Sahut Sia, tidak peduli dengan nada membujuk pemuda di depannya tersebut. "Kamu mau di Perpus aja, emang kenyang?" Pertanyaan bodoh dari Fathur terdengar menyebalkan di telinga gadis berwajah datar itu. Sia menggeram dalam hati, kesal dan bosan gadis itu mengangguk seraya berdehem saja sebagai jawaban. Bola mata Fathur membulat dengan kerutan di keningnya terlihat seperti orang yang tengah berpikir keras. "Kamu makan buku di sana. Astaga Sia-ku! Nanti kamu sakit loh." Selorohnya asal setengau memekik. Sia menggeleng-geleng malas, kemudian gadis itu kembali melanjutkan langkahnya yang terhenti karena pemuda itu. Sia enggan meladeni tingkah abstrud Fathur hari ini.  "Yah, kok aku di tinggal sih. Sia-kuuuuuuu tunggu dong." pekik pemuda itu kencang di koridor dengan tidak tahu malu. Fathur cengengesan menatap punggung mungil kekasihnya tersebut. Bisa pemuda itu bayangkan bagaimana ekspresi dingin di hadapannya sekarang meski tidak melihatnya. Fathur pun hanya berjalan di belakang Sia, pemuda itu sesekali meladeni godaan murid-murid perempuan yang di jumpainya di sepanjang koridor dengan senyuman dan kerlingan mata. "Kak Fathur." "Kak, hangout bareng yuk." "Fathur, call me dong." ***** Motor sport hitam berlambang burung elang tampak di body kendaraan roda dua tersebut, Sia turun dari sana. Memberikan helm berwarna putih yang selalu Fathur bawa khusus setiap hari. "Makasih." ujar gadis itu datar. "Kok makasih doang, cium dong Sayang." seru Fathur dengan mimik jenaka. "Bercanda, Sia-ku sayang." Lanjut pemuda tertawa geli. "Pulang sana," usir Sia ingin cepat-cepat istirahat. "Yah, kok di usir." Keluh pemuda itu memasang wajah tertekuk. "Ya udah deh, aku pulang ya. Oh iya, nanti malam aku balapan. Kamu mau ikut?" "Nggak." Tolaknya tanpa berpikir. Fathur manggut-manggut di jok motornya. "Oke, kalau aku menang, aku langsung ke Club buat ngerayain nggak apa-apa kan?" tanya pemuda itu asal saja, dalam hati ia ingin sekali Sia melarangnya sesekali. "Kamu nggak perlu lapor ke aku. Bukannya kamu suka hidup bebas." Balas Sia terdengar malas menjawab. Fathur tidak menjawab hanya saja sudut bibirnya sudah di tarik ke atas miring dengan tatapan yang sulit di jelaskan. "Sia-ku memang terdebest. Kamu selalu tahu apa mau aku. Ponsel aku matiin nanti ya, jangan ganggu loh Sayang." seru Fathur dengan ekspresi aneh. Sia tidak perlu membalas, karena baginya hubungan mereka masih berstatus pacaran saja. Bukan suami istri, jadi apapun yang pemuda itu lakukan semua bukan urusannya.  Merasa tubuhnya lelah, Sia segera masuk ke lobby apartement tempat tinggalnya meninggalkan Fathur yang menatap punggung gadis itu beberapa detik sebelum akhirnya langsung tancap gas pergi dari sana tanpa menunggu kekasihnya benar-benar menghilang dari pandangannya.  Sikap cuek yang di berikan Fersia Raxenta membuat dirinya b*******h dan begitu terobsesi untuk menang balapan malam nanti. Malam ini gue harus menang. ****** Bersambung...
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD