“Jasmine, lain kali kalau bertemu lagi dengan Uncle itu, kamu menghindarlah dan cepat pergi,” seru Catherin saat mereka telah sampai di rumah.
“Kenapa Mom? Uncle itu baik kok sama Mine,” seru Jasmine.
“Pokoknya turuti saja kata-kata Mommy. Jangan bicara dengan orang asing. Kamu paham?” seru Catherin.
“Yes Mom,” seru Jasmine.
“Sekarang pergilah ke kamarmu dan mandi,” seru Catherin yang di angguki Jasmine.
Jasmine walau masih sangat kecil, usianya bahkan belum genap 5 tahun tetapi dia begitu pintar dan sudah masuk sekolah. Bahkan dia begitu mandiri. Catherin memang tidak bisa selalu bersamanya setiap saat karena tuntutan pekerjaan.
“Mouli,” seru Catherin pada wanita paruh baya itu. “Ke depannya jangan sampai Jasmine lepas dari pandanganmu. Dan kalau pria yang selalu di sebut Uncle tampan itu datang menghampirinya, segera kamu bawa Jasmine pergi.”
“Baik Nyonya,” seru Mouli.
Catherin berjalan masuk ke dalam kamarnya. Ia menghela napasnya. Sekuat apapun dia menyembunyikan Jasmine, akhirnya Aiden bertemu dengannya juga. Apa ini memang sudah suratan takdir?
Tetapi Catherin akan berusaha menutupi apa hubungan Jasmine dengan Aiden. Untuk saat ini hanya Jasmine lah pelipur laranya, ia tidak ingin Aiden merebut Jasmine dari dirinya.
5 tahun yang lalu, setelah kejadian malam itu Catherin berusaha melupakannya dan menyibukkan dirinya sendiri dengan berbagai kegiatan dan pekerjaan. Tetapi sebulan berlalu sebuah fakta mencengangkan, dimana dirinya positif tengah mengandung. Seorang janin tumbuh didalam rahimnya. Anak yang bahkan tidak tau apapun mengenai apa yang terjadi dengan Ibu juga Ayah biologisnya. Anak yang tidak berdosa.
Setelah mengetahui dirinya mengandung, Catherin memutuskan pergi dan mengasingkan dirinya, bersembunyi dari Aiden. Ia tidak ingin bertemu kembali atau berhubungan lagi dengan Aiden. Tetapi ternyata takdir sudah merencanakan hal lain. Kini Aiden telah bertemu dengan Jasmine. Apa yang akan terjadi kalau Aiden sampai mengetahui kalau Jasmine adalah putri kandungnya.
Ꙭ
“Jadi kamu bertemu lagi dengannya?” tanya Harry menuangkan wine ke dalam gelas berkaki.
Saat ini Aiden tengah berada di klab milik Harry dan mereka duduk bersama di atas sofa yang ada di ruangan kerja Harry.
“Ya, aku nggak nyangka bisa bertemu lagi dengannya setelah 5 tahun berlalu,” seru Aiden menerima gelas wine dari Harry dan meneguknya begitu juga Harry.
“Bagaimana reaksinya? Apa sekarang kalian menjalin hubungan kembali?”
“Hanya dalam mimpi,” jawab Aiden. “Dia berbeda dan berubah. Dia bukan lagi wanita yang dulu aku kenal,” seru Aiden menerawang ke depan.
“Ck, paling dia hanya menjaga egonya saja karena gengsi. Kamu kayak nggak paham perempuan saja,” ucap Harry meneguk minumannya dengan santai. “Kamu hanya perlu berusaha sedikit merayunya, lama kelamaan juga dia akan luluh sendiri."
“Tidak Har, aku rasa ada sesuatu yang membuatnya enggan berhubungan lagi denganku.” Aiden menghela napasnya dan melihat ke arah Harry. “Dia bukan perempuan kebanyakan yang mudah di rayu.”
“Kamu sangat mengenalnya,” seru Harry.
“Ya, aku tau dia bukan seperti perempuan kebanyakan,” ucap Aiden.
“Lalu apa langkahmu selanjutnya?”
“Emm entahlah. Mungkin kami tidak akan pernah bertemu lagi. Tapi mengetahui dia baik-baik saja, itu sudah cukup membuatku tenang,” seru Aiden meneguk minumannya.
“Ini nih, ini kekurangan kamu, Aiden. Karena sikapmu yang seperti ini membuat wanitamu di rebut pria lain,” seru Harry membuat Aiden mengernyitkan dahinya bingung.
“Jangan menyerah gitu aja, perjuangin cinta kamu. Ayolah, bermain sedikit saja buat dapetin hatinya lagi,” seru Harry terlihat gemas sendiri.
“Catherin bukan kekasihku, dia hanya-“ ucapan Aiden menggantung di udara.
Catherin itu apa bagi Aiden sebenarnya? Kalau memang sahabat atau teman, apa hubungannya sampai harus seintim itu. Tetapi kejadian malam itu sungguh di luar dugaan.
Aiden menghela napasnya. “Sudahlah jangan di bahas lagi.”
“Baiklah lupakan Catherinmu itu. Sekarang untuk percobaan bagaimana kalau kamu dekati si Lala. Dengan hanya sapaanmu saja dia sudah akan menyerah di atas ranjangmu.”
“Ck, aku tidak tertarik,” seru Aiden tampak enggan.
“Come on Aiden. Sampai kapan kamu akan menjadi seperti manusia alim yang tidak menyentuh perempuan? Kau masih normal, bukan?” tanya Harry. “Apa jangan-jangan kamu-?“ Harry sedikit mundur dengan menyilangkan tangannya di d**a.
“Berengsek! Aku belum se-frustasi itu,” jawab Aiden terkekeh kecil.
“Wait! Kamu terkekeh?” seru Harry tampak `kaget.
“Memangnya ada yang salah?” tanya Aiden.
“Kamu sehat, bukan? Apa kamu kerasukan roh halus atau sejenis vampir?” seru Harry.
“Come on Harry! Ekspresimu konyol sekali.” Aiden masih tersenyum seraya meneguk minumannya.
“Aku mengenalmu berapa lama sih? Tapi ini perdana aku melihatmu terkekeh begitu, sungguh sialan ganteng!” seru Harry membuat Aiden semakin tertawa.
“Apa kamu sedang mencoba merayuku, Har?” seru Aiden hanya bisa menggelengkan kepalanya. “Sayangnya aku tidak tertarik.”
“Ck sayang sekali punya aset spesial buat luluhin para wanita, tapi nggak kamu gunain dengan baik,” keluh Harry. “Si Catherin itu memang berpengaruh besar padamu.”
Aiden tidak menjawabnya lagi dan hanya fokus menikmati wine nya. Mengabaikan Harry yang terheran-heran.
Ꙭ