Ruangan itu mendadak berubah menjadi panas. Kemarahan Safira dan tamparannya pada Kai membuat Danis ternganga tak percaya. Anak perempuan Januar itu ternyata sangat berani. Danis sampai tak bisa berkata-kata. Sementara Kai jelas merasa geram dengan apa yang dia terima dari Safira. Tamparan mendadak itu nyatanya meninggalkan rasa panas yang teramat di pipi Kai, dan mungkin saat ini sudah berbekas telapak tangan. "Elu kenapa, sih, Fir? Dateng-dateng main nampar gue. Elu kesambet, iya? Sialan, lu!" Pipi yang terasa memanas itu, Kai usap-usap sambil memicing tajam ke Safira. Andai saja, yang memukulnya seorang laki-laki, Kai pasti sudah membalas sejak tadi. ck! "Kamu, ya! Bisa-bisanya punya pikiran licik kayak gitu?" Telunjuk Safira menuding ujung hidung Kai. Amarahnya belum memudar, bahk

