Tadinya, setelah pekerjaannya di Bar selesai, Safira ingin langsung pulang ke rumahnya saja. Kembali ke rumah meski harus bertemu dengan Januar. Sampai detik ini kemarahan dan kekecewaannya pada sang ayah tak kunjung memudar. Entah bagaimana keadaan Januar saat ini, karena Safira tak pernah melihatnya datang lagi ke Bar. Mungkin ayahnya itu masih bersenang-senang dengan sisa uang dari Kai, dan mencari tempat judi lain. Ck! Mengingat nama Kai, perut Safira tetiba merasa mual. "Kalo gak inget masih ada barang-barangku, sebenernya aku males ke sini. Ck!" Safira menatap gedung apartment yang menjulang tinggi setelah turun dari ojek. Termangu sesaat, dan mengatur napas supaya tidak kembali emosi. "Semoga aja orangnya belum pulang. Jadi aku gak harus liat mukanya." Dengan gontai, kaki S

