Visi dan Misi

1530 Words
"Jadi Misi dan Visi lo apa?" tanya Airin menatap Naura di sampingnya. Naura tersenyum lebar. Sembari melirik ke Airin. Airin mendekatkan telinganya dengan bibir Naura. Menunggu Naura membisikkan sesuatu. "What! Lo gila!" ucap Airin sedikit berteriak. "Enggak sih kalau gila, tapi kalau masalah Pak Arga. Tergila-gila banget," ucap Naura. "Ra, gimana kalau semester ini lo gak lulus mata kuliahnya Pak Arga lagi? Gara-gara ulah lo ini? Lo mau jadi mahasiswa abadi?" ucap Airin. "Mahasiswa abadi? Berarti selamanya gue bakalan ketemu Pak Arga dong? Ah gue mau banget tuh!" ucap Naura sembari membayangkannya. Airin menepuk keningnya. Lalu mengacak-acak rambutnya sendiri. Ia sudah lelah menghadapi kelakuan Naura akhir-akhir ini. Menurut Airin, Naura sudah di luar batas. Dugaannya benar, Naura hampir gila karena Pak Arga. "Gak tau deh, gue harus ngomong pake bahasa apalagi! Capek gue!" ucap Airin. Benar-benar menyerah degan sikap Naura. "Capek istirahat, bolos sana lo," usul Airin. "Argh.... bukan itu maksud gue Naura!" teriak Airin dengan suara yang lebih kencang. Naura sampai harus memegang telinganya yang sakit, akibat teriakan dari Airin. *** "Eh Naura.... " panggil Arga yang tidak sengaja bertemu Naura di koridor kampus. "Iya Pak, ada apa?" ucap Naura. "Gimana, kamu sudah mulai mencomblangkan saya dengan Felly, kan? " ucap Arga. "Duh Pak, saya lagi sibuk nih. Nanti deh saya coba atur lagi jadwalnya," jawab Naura. Arga menggaruk kepalanya yang tidak gatal. "Saya mau secepatnya, ya!" "Oke Pak, " jawab Naura. Arga ingin pergi namun di cegah oleh Naura. "Eh Pak, tunggu dulu." Arga mendongak menatap Naura. "Nomor Bapak? Saya kan gak punya nomor bapak, masak iya, saya chat bapak pake email. Gak lucu ah!" Arga menghela nafas. Ia mengambil ponsel milik Naura. Dan mengetik 12 digit nomor ponselnya. "Udah, " ucap Arga. Naura mengangguk senang. Arga pun pergi meninggalkan Naura yang masih kesenangan menerima nomor Arga. "Akhirnya! Gue dapat nomornya Pak Arga!" ucap Naura dalam hati. "Gue jual nomor ini sama senior. Auto kaya gue!" ucapnya. "Eh enggak deh. Kan gue udah kaya. Nomor Pak Arga kan cuma gue yang punya." Naura berjalan ke kelasnya dengan senyum yang mengembang. "Nanti malam gue chat Pak Arga ah, udah makan belum? Jangan lupa minum ya, nanti seret." Naura tertawa sendiri dengan tingkah kekonyolannya. Dia juga tidak menghiraukan orang-orang di sekitar yang menatapnya aneh. Naura memasukkan ponselnya dalam tas. Lalu ia melihat seseorang yang ia kenal di tengah koridor. Siapa lagi kalau bukan Rahma. "Woy Rahma!" teriak Naura. Naura segera berlari menghampiri gadis bernama Rahma tersebut. "Nih oleh-oleh buat lo. Gue cariin gak ketemu-temu," ucap Rahma memberikan sesuatu kepada Naura. "Anjir! Pesenan gue di beliin juga ternyata!" ucap Naura tersenyum senang. "Iya lah. Bisa-bisa gue di babat ama lo karena gak nurutin kemauan Tuan Putri Naura Salsabila Atmajaya!" "Please deh, gak usah spill nama gue gitu," ucap Naura. Menatap Rahma kesal. "Sorry-sorry lupa," ucap Rahma cengengesan. "By the way, Airin mana? Gue juga bawa oleh-oleh buat dia," ucap Rahma menunjukkan sesuatu yang ia bawa. "Tahu, kayaknya dia ada kelas sih," ucap Naura. Naura mengajak Rahma untuk duduk di taman saja. Keduanya pun duduk di taman, di bawah pohon yang rindang. "Lah lo darimana? Bolos lagi, lo?" ucap Rahma. "Tadi nitip absen," jawab Naura dengan gampangnya. "Astaga! Kelakuan orang kaya emang beda!" cibir Rahma. Keduanya larut dalam obrolan. Kebetulan sekali, Rahma baru pulang dari kampung halamannya. Tentu saja keduanya sangat rindu bercengkrama. **** Siang hari di kantin kampus. Tiga orang gadis tengah duduk di kerumunan kantin. Tampak asik menatap makanan mereka. "Lo lahap banget Ma, makannya kayak sebulan gak makan," cibir Airin. Gadis itu mengambil tisu untuk mengelap bibirnya. "Maklum, pasti dia kangen sama makanan kantin." Bukan Rahma yang menjawab melainkan Naura. "Heh Ra, lo kok bolos lagi sih?" ucap Airin. "Ya gimana gak bolos. Tadi gue mau masuk kelas di tahan sama Pak Arga." Ucapan Naura membuat Rahma hampir saja menyemburkan makanannya di depan wajah Airin. "Sialan! Untung gak kena gue!" gerutu Airin. "Sorry Rin! Perasaan telinga gue sering gue bersihin deh. Gue gak salah denger tadi? Pak Arga nahan lo masuk kelas? Kenapa? Lo gak bawa tugas?" ucap Rahma bertanya-tanya. Naura diam, membiarkan Rahma menebak-nebak. "Oh gue tau, lo di hukum kan? Sama Pak Arga?" ucap Rahma lagi. "Enggak. Gue gak di hukum, gue juga lagi gak ada matkul (mata kuliah) Pak Arga hari ini," jawab Naura dengan santainya. "Lah terus kenapa?" "Gue di kasih nomor Pak Arga," ucap Naura memelankan suaranya. Rahma tersedak lagi, bahkan ia benar-benar kaget. "Demi apa? Lo gak bohong? Lo mimpi apa Naura!" ucap Rahma dengan hebohnya. "Bagi gue dong nomornya!" ucapnya lagi. "Enak aja! Enggak!" ucap Naura menyembunyikan ponselnya. "Sialan Ra, ah please lah. Lo mah... " "Gak akan gue bagi!" ucap Naura membuat Rahma kesal. "Naura... " panggil seseorang. Membuat ketiganya menatap kearah seseorang tersebut. "Eh pak Arga. Ganteng benget Pak hari ini," ucap Rahma merapihkan rambutnya "Ye genit banget lo, " sindir Airin. Sementara Rahma cengengesan sembari mengedipkan matanya kearah Arga. "Eum, Naura, saya ada perlu sama kamu. Kamu ikut saya sekarang juga," ucap Arga. Naura pun mengangguk. "Loh Pak, cuma Naura doang?" ucap Rahma. "Pak, nilai saya juga jeblok loh. Saya suka bolos, gak di panggil nih?" ucap Rahma namun Arga tidak menghiraukan ucapan Rahma. Lelaki itu terus berjalan. Naura melambaikan tangannya kearah Rahma. Agar Rahma semakin iri dengannya. "Ih, kok Naura aja sih. Kan gue juga mau," ucap Rahma. Airin pun memijat kepalanya yang terasa pusing. Bukan hanya Naura yang tergila-gila dengan Arga. Tetapi juga Rahma. "Ya Allah, ambil aja nyawa teman hamba ya Allah, " ucap Airin. "Aamiin... " ucap Rahma malah mengaminkan ucapan Airin. Airin pun kaget mendengarnya. "Loh kok aamiin, sih?" ucap Airin bingung "Naura kan?" "Lo juga," jawab Airin. "Sialan! Gak jadi ya Allah!" Lama-lama Airin bisa gila. Menghadapi Rahma. *** "Kenapa Pak, saya kan belum mulai penyelidikan tentang Bu Felly," ucap Naura ketika sampai di dalam ruangan Arga. Arga tidak menjawab, ia memberikan beberapa berkas kepada Naura. Naura mengambil salah satu map, berwarna hijau. "Saya gak tau, bagaimana caranya meluluskan kamu dalam mata kuliah saya," ucap Arga. "Makalah, yang kamu buat saja tidak membantu sama sekali." "Jadi gak jadi nih? Saya comblangin sama Bu Felly?" ucap Naura. Ya itu adalah hal yang di inginkan oleh Naura. "Saya mau, kamu membuat makalah yang baik dan benar," ucap Arga menatap Naura. Naura mengerutkan keningnya tidak suka. "Kok gak nyambung sih Pak? Saya nanya apa, Bapak jawab apa," ucap Naura kesal. "Sudah jelas, ya Naura Salsabila. Saya minta kamu buat makalah yang baik dan bener, mengerti?" Naura menggelengkan kepalanya. "Pak Arga kan tinggal nulis nilai saya semau bapak. Kenapa pake makalah-makalah segala?" "Gak bisa begitu, ada prosedurnya Naura." Kesabaran Arga hampir habis menghadapi Naura. "Tapi saya gak mau, Pak. Capek tau gak bikin makalah," ucap Naura. "Kalau gini sama aja dong saya sama mahasiswa lain. Mending saya gak usah bantuin Bapak deh buat deket sama Bu Felly." Arga menghela nafas. Mencoba meredakan emosinya. "Baiklah, saya akan bimbing kamu membuat makalah. Besok siang jam 2 saya tunggu di Melati Cafe." "Beneran Pak?" "Iya. Awas aja kalau kamu gak datang," ucap Arga. Naura tersenyum senang mendengarnya. "Iya pak, saya pasti datang kok!" Naura begitu senang. Rencananya berhasil. Ya walaupun ia tau ini adalah awal dari semuanya. Tapi Naura tidak bisa menyembunyikan kesenangannya. "Heh, ngapain kamu masih di sini?" ucap Arga. Naura mendongak menatap Arga. "Pak Arga ganteng banget sih." "Naura Salsabila!" panggilan Arga mengagetkannya. "Eh iya Pak, saya permisi dulu." Naura pun pergi dari hadapan Arga. Dengan perasaan yang berbunga-bunga. *** "Makasih ya, Pak," ucap Naura menyerahkan helm yang baru saja ia pakai kepada tukang ojek online yang mengantarkannya. "Ra, naik ojek lagi?" ucap Nayla yang memergoki anaknya di depan rumah. Naura hanya mengangguk. "Ma, Kak Felly udah pulang?" "Baru aja dia pulang, " jawab Nayla. "Ya udah. Naura masuk rumah dulu," ucap Naura. Gadis itu masuk kedalam rumah. Langsung menuju kamar Felly. Tok.... tok.... tok.... "Kak Felly," ucap Naura sembari mengetuk pintu kamar Felly. "Iya Dek, masuk aja," jawab Felly dari dalam rumah. Naura pun segera masuk. Kedalam kamar Felly. Kamar Felly sangat Bagus, dengan design hello kitty menambah kesan perempuannya. Naura menemukan Felly yang sedang membaca buku di ruang baca yang ada di kamarnya. "Kak Felly sibuk ya? Kalau sibuk nanti aja deh," ucap Naura. Karena ia melihat Felly yang begitu fokus membaca buku. "Enggak kok Dek. Kakak lagi santai aja, kenapa? Ada apa?" tanya Felly. "Aku mau nanya sesuatu sama Kakak," ucap Naura serius. Dan Felly menunggu Naura mengutarakan pertanyaannya. "Kriteria cowok Kakak kayak gimana?" tanya Naura. Hal itu tentu saja membuat Felly bingung. Tidak biasanya Naura menanyakan hal seperti ini. "Kamu kenapa nanya itu? Tumben banget," ucap Felly. "Kak jawab dong. Aku lagi butuh inspirasi nih," ucap Naura merengek. "Inspirasi?" Naura mengangguk. "Tipe cowok aku itu yang baik, pinter, tanggung jawab, dan yang paling penting aku nyaman sih sama dia," jawab Felly. "Ha? Udah kak? Cuma itu doang?" ucap Naura. Felly mengangguk. "Ya udah deh makasih ya!" ucap Naura. Ia pun masuk kedalam kamarnya. Naura langsung menulis semua tipe cowok Felly. "Sekarang mikirin gimana caranya biar Kak Felly ilfeel sama pak Arga. Atau sebaliknya, pak Arga yang ilfeel sama Kak Felly. " "Gimana ya?" "Ah gue tau! Gue harus apa," ucap Naura. Ia pun menuliskan sesuatu di secarik kertas. "Semoga rencana gue berhasil!" ucap Naura.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD