bc

Mak Comblang

book_age18+
993
FOLLOW
5.5K
READ
BE
fated
friends to lovers
drama
comedy
sweet
illness
secrets
stubborn
sacrifice
like
intro-logo
Blurb

Naura Salsabila, adalah seorang Mak Comblang yang terkenal di setiap penjuru universitasnya. Ia sudah banyak menyatukan pasangan-pasangan jomblo di kampusnya.

Hingga suatu ketika, ia harus mencomblangkan Pak Arga dengan Bu Felly. Naura menyanggupinya.

Tapi, segala cara dan upaya ia lakukan, agar misinya kali ini tidak berhasil.

Lalu kenapa Naura melakukan semua itu?

Cover by me

Gambar by Pinterest

Font by Phonto

chap-preview
Free preview
Mak Comblang
Naura, menatap tajam kearah lelaki di depannya. Lelaki yang mungkin 15 senti lebih tinggi darinya. "Jadi Pak Arga mau saya jodohin sama Bu Felly?" ucap Naura. "Ya, kalau kamu bisa sih," jawabnya dengan gayanya yang cool. Naura semakin menatap tajam Dosen di depannya. "Kenapa natap saya kaya gitu? Gak mau bantuin saya?" ujarnya tidak suka mendapatkan tatapan tajam dari Naura. "Bapak, beneran suka sama Bu Felly?" ucap Naura sama sekali tidak menghiraukan ucapan Arga. "Hm." Naura diam, rasa sesak di dadanya seketika membuncah. "Kalau gitu, saya pikir-pikir dulu deh," jawab Naura sembari melangkah pergi meninggalkan Arga. "Hey, kok pergi sih. Saya butuh bantuan kamu? Bisa gak?" ucap Arga menyusul Naura. Naura menghentikan langkahnya secara mendadak. Membuat Arga kaget. Arga mendengus kesal, ia merasa malu melihat beberapa pasang mata menatap kearah mereka berdua. "Bisa gak, gak berhenti mendadak?" bisik Arga di telinga Naura. Tidak menjawab, Naura membalikkan tubuhnya menatap Arga. "Pak Arga ngapain ngikutin saya?" "Ck.... " Arga berdecak kesal. "Gimana sama yang tadi. Kita belum selsai bicara loh." "Kan saya bilang mau mikir-mikir dulu," jawab Naura. "Pokoknya kamu harus mau membantu saja mendapatkan Felly. Saya lihat kamu cukup dekat dengan Felly," ujar Arga. "Hem, iya deh. Tapi ada bayarannya," ucap Naura. "Apa? Kamu minta apa? Saya akan kasih. Asal Felly bisa jadi milik saya," ucap Arga. "Buset, nafsu amat," cibir Naura. Arga mendengus kesal. Sementara Naura sedang memikirkan bagaimana cara agar ia bisa menolak permintaan Arga. Setelah lama terdiam, Naura mendapatkan ide yang bagus. Yang ia yakini, Arga tidak mampu mewujudkannya. "Lulusin saya di mata kuliah Bapak. Gimana? Bisa?" ucap Naura menatap Arga. Naura sangat kenal Arga, dia tipe Dosen yang pelit dengan nilai. Gadis itu tersenyum lebar. Menunggu Arga mengatakan tidak. Arga terdiam sebentar, sebelum akhirnya ia mengangguk dengan mantap dan berkata, "Oke." Senyuman lebar di kedua sudut bibir Naura mulai meredup. Ia tidak menyangka sebelumnya, kalau Arga menyetujui ucapannya. Arga tersenyum, ia menepuk bahu Naura. Dan pergi meninggalkan Naura sendiri. Naura menepuk keningnya. "Duh Pak Arga bener-bener tergila-gila sama Kak Felly!" **** Jam kelas berakhir, Naura melangkah keluar kelas dengan sisa-sisa tenaganya. Semangatnya sudah hilang sejak pagi. Sejak pertemuannya dengan pak Arga tadi pagi. Gadis itu duduk di kursi panjang di pinggir koridor. Airin menatap Naura dengan tatapan yang sulit di artikan. "Kenapa lo?" ujar Airin. Karena tidak biasanya Naura seperti ini. "Gue bingung," jawab Naura. Ia menatap lurus ke depan. "Kenapa? Nilai lo jeblok lagi?" tebak Airin, Naura terdiam, "Gue kan udah pernah bilang. Berhenti jadi mak comblang! Gini nih nilai lo jadi gak keurus. Sama kaya hidup lo." "Pak Arga, Rin... " ujar Naura tiba-tiba. Membuat Airin kaget dan mengerutkan keningnya. "Ha? Kenapa sama Pak Arga?" jawab Airin. "Dia minta, buat gue nyomblangin dia sama Bu Felly!" ucap Naura mengerucutkan bibirnya sebal. "Ha? Serius?" Naura mengangguk, mengigit buku tebal dalam dekapannya. "Dia tahu kalau Bu Felly kakak lo?" Naura menggelengkan kepalanya. "Dia tahu lo suka sama dia?" ucap Airin lagi. Naura pun menggelengkan kepalanya lagi. "Berarti.... " "Gue harus gimana.... " rengek Naura memotong ucapan Airin. "Udah ah, lo berhenti aja jadi mak comblang. Mending lo fokus sama nilai-nilai lo. Lo mau lulus kan tahun ini?" ucap Airin. "Gue udah terlanjur janji sama dia. Buat bantuin dia, gimana dong?" "Gila! Lo gila Ra, dah ah males sama lo. Gue pergi aja," ucap Airin. Airin beranjak dari kursi dan pergi meninggal Naura sendiri. "Rin.... " panggil Naura sedikit merengek. Tapi Airin tidak memperdulikan Naura. *** "Naura!" teriak seseorang lelaki dari kejauhan. "Eh Kelvin, gimana? Udah jadian sama Chika?" tanya Naura. "Udah dong! Makasih banget loh Ra, berkat lo gue bisa jadian sama Chika. Cewek yang gue taksir sejak SMP," ucapnya. "Buset, lama amat lo naksir si Chika!" ucap Naura sembari tertawa. "Iya dong, cinta kan harus butuh kesabaran, keberanian, dan pengorbanan," ucapnya. "Eh by the way, ini sisa yang kemarin. Sekali lagi makasih, ya." Lelaki bernama Kelvin tersebut memberikan sebuah amplop kepada Naura. Naura menerimanya. "Iya sama-sama." "Gue duluan, ya by.... " Ia pergi. Seketika Naura teringat dengan ucapan kelvin tadi. 'Cinta butuh kesabaran, keberanian, dan pengorbanan." "Bener juga yang di bilang Kelvin," gumam Naura. "Jadi gue harus sabar, gue harus berani, dan gue harus berkorban," gumam Naura lagi. Setitik semangat muncul di dalam hatinya. "Maaf, dengan mbak Naura Salsabila Atmajaya?" ucap seorang driver ojek online. "Iya Pak, saya sendiri," ucap Naura. Naura pun langsung duduk di atas ojek yang ia pesan. Butuh sekitar 30 menit untuk sampai di rumahnya. Naura langsung membayar uangnya. Dan segera masuk kedalam rumah. "Assalamualaikum, Naura pulang," ujarnya masuk kedalam rumah sembari berteriak. "Wa'alaikumsalam, gak usah teriak-teriak, Ra. Mami dengar, kok," jawab Nayla, Mami Naura. "Hehe, maaf, Mi," jawab Naura tertawa. "Kak Felly udah pulang?" Nayla menggelengkan kepalanya. "Belum. Kamu kenapa sih gak pernah mau bareng sama Felly? Dia kakak kamu, loh." "Kalian juga satu kampus," sambung Nayla. Naura melepas sepatu yang ia pakai. "Kalau Naura nunggu Kak Felly. Lama, kan Kak Felly harus ngajar dulu." "Assalamualaikum, Felly pulang," ucap seseorang masuk kedalam rumah. "Wa'alaikumsalam... " "Ini Felly, kalian pulangnya barengan gitu kok," ujar Nayla. "Mi, Naura masuk ke kamar dulu ya. Mau ngerjain tugas," jawab Naura. Ia memilih minghindar. Gadis itu berjalan menaiki anak tangga. "Tugas apaan? Tumben mikirin tugas," ucap Nayla sedikit berteriak. Namun Naura tidak menghiraukannya. **** Naura merebahkan tubuhnya di atas ranjang. Banyak hal yang ia pikirkan. Tapi bukan perkara tugas yang menjadi alibi tadi. Melainkan, bagaimana cara agar ia bisa menggagalkan percomblangan pak Arga dengan Felly, kakaknya. Tok.... tok.... tok.... "Dek, Kakak masuk ya," ucap Felly yang berada di luar kamar. "Iya, masuk aja," jawab Naura. Naura mengubah posisi rebahannya menjadi duduk di tepi ranjang. Felly membuka pintu dan menatap Naura. "Kamu kenapa sih?" "Kenapa apanya?" ucap Naura membalas tatapan Felly. "Kamu kenapa ngehindarin Kakak? Kakak ada salah sama kamu?" ucap Felly memperjelas ucapannya. "Gak ada. Gue juga gak ngehindarin lo," jawab Naura seadanya. "Kamu kalau kenapa-napa cerita sama kakak, kalau ada yang gangguin kamu di kampus juga, cerita sama kakak." Felly melepaskan tangannya yang memegang bahu Naura. Naura pun hanya mengangguk. "Kalau gitu, Kakak ke kamar dulu ya," ucap Felly. Ia pun keluar dari kamar Naura. Naura menutup, dan mengunci pintu kamarnya. Lalu duduk di meja belajar. Gadis itu mengambil kertas, dan menulis sesuatu. Ia sedang menyusun strategi, agar percomblangan Arga dan Felly gagal. "Gue tau, apa yang harus gue lakukan!" ucapnya. Setelah mendapat ide cemerlang. ***** Makan malam di keluarga Atmajaya terlihat sangat baik. Hanya ada 5 orang di meja makan ini. Tuan Atmajaya, istrinya Nayla, Felisha Putri Atmajaya sebagai anak pertama. Naura Salsabila Atmajaya sebagai anak kedua. Dan terakhir si bungsu yang tidak pernah bisa terlepas dengan game, Pangeran Putra Atmajaya. "Gimana Fel, susah ngajar di kampus?" ucap Atmajaya yang sedang melirik Felly, anak pertamanya. "Gak susah kok, Pi. Malah Felly seneng-seneng aja, mahasiswanya asik-asik dan Dosennya juga bisa di ajak kerja sama," jawab Felly. Atmajaya mengangguk, paham. Kedua bola matanya beralih menatap si bungsu. "Pangeran, Papi dengar kamu hampir di keluarkan dari sekolah? Kenapa?" Pangeran menatap Papinya. "Gak sengaja mukul temen." Atmajaya hanya menggelengkan kepalanya tidak habis pikir dengan anak bungsunya. "Udahlah, aku mau ke kamar," ucap Pangeran lebih dulu meninggalkan meja makan. Karena ia tahu, sebentar lagi pasti ia akan mendapatkan amukan dari Papinya. Atmajaya menghela nafas, lalu menatap Naura. Naura yang masih fokus dengan makannya. "Nilai kamu jeblok, lagi?" ucap Atmajaya. Naura mengangguk sembari mengunyah makannya. "Naura.... " "Iya Papi, Naura tahu. Naura harus belajar lebih giat, harus lulus tahun ini, dan harus pinter kayak Kak Felly, kan? Udah hafal Naura, mah," jawab Naura memotong ucapan Atmajaya, Papinya. "Kalau kamu hafal, kenapa kamu gak ngelakuin itu?" ucap Atmajaya dengan nada yang lebih tinggi. Naura kesal, ia meletakkan sendoknya di atas piring. Dan tentu saja menimbulkan dentingan yang lumayan keras. "Capek Pi, di banding-bandingin terus sama Kak Felly. Aku Naura, bukan Felly yang semuanya bisa nurutin kemauan Papi." Setelah mengucapkannya, Naura lantas pergi dari meja makan. Tidak menghiraukan teriakan dari Papinya. Ia memilih masuk kamar untuk menenangkan dirinya. "Selalu aja Kak Felly yang di bangga-banggain! Arghh.... Kenapa sih!" ucap Naura yang mulai gusar. "Kenapa? Pak Arga juga ikut suka sama Kak Felly! Kenapa!" ucap Naura kesal. Gadis itu hanya dia di balik pintu. Kedua matanya sudah panas. Dan mulai meluruh, mengeluarkan air mata. Bagi sebagian orang selalu ingin di posisinya. Menjadi bagian dari keluarga Atmajaya, tapi tidak dengan Naura. Baginya menjadi bagian dari keluarga Atmajaya adalah kekurangan yang ia terima dalam hidup. "Apa gue kabur aja dari rumah?" gumamnya. Namun sedetik kemudian, ia menepis pikiran tersebut. "Ah percuma! Orang suruhan Papi, pasti bakalan nemuin gue!" "Terus gue harus gimana!" **** "Eh Arga udah pulang?" ucap seorang wanita paruh baya yang duduk di sofa ruang keluar. "Udah Ma, Mama kesini gak bilang-bilang?" ucap Arga yang mencium tangan Mamanya dan duduk di sebelah Mamanya. "Kalau Mama bilang, pasti kamu gak mau kan nemuin Mama?" ucapnya sembari tersenyum. Sementara Arga hanya diam, merasa tidak enak dengan Mamanya. "Bukan gitu loh, Ma.... " "Sttt.... kamu itu anak Mama, darah daging Mama. Mama lebih mengenal kamu Arga." Diam, Arga tidak bisa mengelak ucapan Mamanya lagi. "Gimana? Kamu udah deketin wanita yang kamu ceritakan ke Mama itu?" ucap Dina Mama Arga. "Udah Ma," jawab Arga. Karena dia tidak ingin mendengar omelan Mamanya. "Ah semoga, dia mau nikah sama kamu. Kamu tau kan, umur Mama gak lama lagi. Sebelum Mama meninggal Mama pengen liat kamu nikah, " ucap Dina. "Ma, Mama ngomong apa sih? Arga gak suka dengernya. Lagian yang nentuin umur Mama itu Tuhan, bukan Dokter," ucap Arga. Dina hanya diam, membiarkan putra sulungnya masuk kedalam kamar. Wanita paruh baya itu menghela nafasnya. Mungkin kalau bukan penyakit yang ia derita ia tidak akan terus-menerus menekan Arga. Tapi ia tau, umurnya tidak lama lagi. Sementara di umur 30 tahun, Arga belum juga menemukan pasangan. Padahal Dina ingin sekali menimang cucu. "Maafin Mama, tapi Mama pengen liat kamu menikah, sebelum Mama meninggal."

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

Dinikahi Karena Dendam

read
206.1K
bc

Single Man vs Single Mom

read
97.1K
bc

My Secret Little Wife

read
98.6K
bc

Tentang Cinta Kita

read
190.6K
bc

Siap, Mas Bos!

read
13.5K
bc

Iblis penjajah Wanita

read
3.6K
bc

Suami Cacatku Ternyata Sultan

read
15.5K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook