DUA CINCIN

1304 Words

Bagai menulis pada pasir di pinggir pantai. Indah untuk sesaat… namun selalu hilang, tersapu ombak tanpa permisi. Begitulah cinta yang Vin tawarkan pada Hana. Indah. Hangat. Tapi rapuh—karena kapan pun bisa dihancurkan oleh kenyataan. Hana duduk tenang di sofa villa mewah milik Vin di Puncak Bogor. Seluruh ruangan beraroma kayu mahal dan lavender—aroma yang seharusnya menenangkan, namun justru terasa menyesakkan d**a. Selama beberapa jam terakhir, Vin memindahkan barang-barang mereka ke villa itu, seakan menciptakan dunia kecil yang hanya berisi dirinya dan Hana… dunia yang tampaknya hanya dibangun di atas kebohongan dan ketakutan. "Aku mencintaimu," bisik Vin, jemarinya membelai lembut pipi Hana. "Tapi… aku tak bisa berbuat apa-apa selain memberimu cinta yang menyakitkan." Suara

Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD