One of the worst things isn't being unloved, its being FORGOTTEN....
- Chalknot.com -
*****
Mia memandangi dirinya dalam pantulan cermin di depannya. Hari ini ia akan berusaha mengabaikan siapa Nathan di masa lalunya. Kalau Nathan menginginkan ia juga menghilangkan kenangan mereka, maka itu yang akan dia dapatkan! Tekadnya.
Sudah satu minggu sejak pertemuan terakhirnya dengan Nathan malam itu di restoran. Hari ini adalah jadwal rapat proyek baru mereka dan bertempat di Petra Enterprise Building, yang mana adalah tempat Nathan.
Teman bisnis, ya mereka hanyalah teman bisnis, tidak lebih dan tidak kurang.
Mia melapisi bibirnya dengan lipstik berwarna peach yang senada dengan warna pakaiannya. Blazer dan rok selutut berwarna peach lembut yang kontras dengan warna kulitnya yang putih cerah. Mia meraih sepatu ber-hak 7 cm berwarna pink pucat dan menelusupkan kaki jenjangnya ke sana.
Perfect!
Dia akan bersikap profesional di depan Nathan dan yang lainnya. Ya, memang seperti itu seharusnya.
..
Yonki membukakan pintu untuknya dan mempersilakannya turun dengan gaya yang sangat gentlemen. Kemudian mereka berjalan berdampingan memasuki gedung Petra Enterprise.
"Kamu tahu Mia, kamu cantik sekali hari ini, aku serius"
Mia tersenyum mendengar pujian Yonki yang tulus, "Aku tahu itu, thanks!" balasnya sambil tertawa kecil.
Yonki ikut tertawa, "Ya, tentu..." --- "tapi aku lebih suka melihat rambut panjangmu tergerai" lanjutnya.
"Aku berdandan seperti ini bukan untukmu, Yon. Percayalah"
"Oh ya? Lalu untuk siapa? Nathan?"
Jantung Mia hampir berhenti ketika Yonki dengan tepat menebak isi hatinya. Ia hanya memberi tatapan aneh pada Yonki.
"Oh, please Mia. Jangan tergoda olehnya. Dia itu heart breaker, kau tahu apa itu?"
"Apa itu?" tanya Mia pura-pura butuh penjelasan.
Mereka masuk ke dalam lift dan lift meluncur naik dengan cepat.
"Jangan bilang kau benar-benar tertarik padanya, Mia!" tatapan Yonki terlihat cemas.
"Oh ayolah Yon. Apa sebegitu kentaranya kalau aku tertarik padanya?" tanya Mia terus terang. Mia merasa nyaman berada di dekat Yonki, dia bisa menceritakan apa saja dan merasa terhibur dengan komentar yang Yonki lontarkan. Satu hal yang belum ia ceritakan pada Yonki adalah tentang siapa Nathan di masa lalunya. Yonki tahu Mia pernah meninggalkan seseorang, tapi tidak tahu kalau Nathanlah pria itu.
Yonki mengangkat bahunya, "Kalau itu bisa membuatmu melupakan pria masa lalumu, aku bisa apa? Tapi di dahimu tertulis jelas kalau kau begitu tertarik padanya sejak pertama kali bertemu!"
Mata Mia membesar, "Yonki! Serius??" Mia terdengar cemas dan dengan reflek menutup dahinya.
Yonki tersenyum kecut, "Aku tidak mau kau sakit hati, Mia. Jangan Nathan" ujarnya.
Dan pintu lift terbuka sebelum Mia menyuarakan tanyanya, kenapa?
..
Ruang rapat sudah dipenuhi para investor dan para ahli dibidangnya, Zack juga hadir dalam ruangan tersebut. Pintu terbuka dan Nathan melangkah masuk dengan langkah tegap dan cepat menuju ke kursinya. Ia meletakkan tab dan ponselnya di meja dan membuka rapatnya. Ruangan dingin itu menjadi panas tatkala Nathan memperhatikan interaksi yang sangat akrab antara Mia dan Yonki di depannya.
Rahangnya berkali-kali mengeras ketika melihat Yonki mendekati telinga Mia dan mendesiskan sesuatu dan Mia tersenyum.
Brengsek! Maki Nathan dalam hati.
Ketika rapat selesai dan semua orang mulai membubarkan diri, Yonki dan Nathan sedang serius membahas sesuatu, suara BRUGH! Membuat semua yang tersisa dalam ruangan memekik kaget. Mia tersungkur lagi karena jatuh. Yonki melesat dengan cepat dan membantu Mia untuk bangun, karena meringis kesakitan, Yonki membopong Mia untuk duduk di kursi.
Nathan menghampiri mereka, "Apa jatuh jadi hobi barumu sekarang?" ketusnya.
"Iish!!" desis Mia kesal sambil
Yonki tidak kalah sewotnya menatap Nathan. "Kau bisa bersimpati sedikit saja tidak sih?"
Nathan mendengus dan menyingkirkan Yonki dari hadapan Mia, kemudian berganti ia yang bersimpuh dan melihat kaki Mia. Kaki yang sama lagi, pikirnya. Ia menatap Mia sambil menggoyang-goyang kaki Mia, "Sakit?"
"Sedikit"
"Kalau kamu enggak bisa pakai high heels, pakai saja sepatu kets..."
Terdengar Yonki yang berdecak.
"Zack, minta Anna cari obat untuk Mia!" perintah Nathan pada Zack yang tertegun melihat adegan di depannya.
Zack mengangguk segera pergi dari ruangan.
"Biar dia di sini saja, nanti supirku bisa mengantar dia ke kantormu" ujar Nathan pada Yonki.
Tapi mata Yonki malah membesar, "What? No! Aku bisa membawanya!" semburnya sambil berniat menghampiri Mia, tapi tubuh Nathan dengan cepat menghalanginya.
"Dengar Nath, Mia mitraku. Aku yang seharusnya bertanggung jawab. Aku bisa membawanya pulang" tukasnya dengan mimik serius.
"Ini terjadi di kantorku, dan aku yang harus bertanggung jawab!" balas Nathan.
Mia memperhatikan ketegangan antara mereka berdua. Entah apa maksud Nathan ingin menahannya di sini.
"Tunggu, apa kalian ribut karena aku?"
Keduanya berpaling ke Mia dan menjawab, "Bukan!" secara bersamaan.
Oke, baiklah, sahut Mia dalam hati.
"Kalau begitu biar Mia yang memutuskan..." usul Yonki, "kau pulang bersamaku atau tetap di kantor ini, Mia?" tanya Yonki dengan harapan Mia akan pulang bersamanya.
Keduanya menatap Mia bersamaan, ini membuat Mia gugup dan canggung, "Aku lebih baik pulang bersama Yonki..."
Mata Nathan membesar menatap Mia tidak percaya. Apa Mia sedang menguji kesabarannya atau sengaja membuatnya cemburu?
Cemburu?
Apa Nathan sedang cemburu sekarang?
"See? Kau dengar sendiri kan Nath? Mia mau pulang bersamaku" ujar Yonki bangga penuh kemenangan.
Yonki meraih pinggang dan kaki Mia bersamaan, kemudian dia membopong Mia di depan Nathan. Di tambah hari ini Mia menggunakan rok!
Dada Nathan meradang melihatnya dan itu tidak bisa ia pungkiri. Namun ia bergeming dan tidak mengambil tindakan apapun. Semua tertahan oleh satu hal, gengsi.
Zack kembali dengan tergesa dan mendapati ruangan sudah kosong, hanya ada Nathan yang sedang menunduk sambil menarik rambutnya sendiri dengan kedua tangannya.
"Kemana Mia-nya?" tanya Zack polos.
Nathan mendongak dan menatap Zack seperti ingin menerkamnya, "Apa lo pikir gue perduli?!"
"Bangke lo Nath! Jangan sok enggak perduli! Gue tahu banget lo masih cinta sama dia! Lo kejar dia atau gue yang akan kejar?"
"Sialan! Pergi-pergi ah!" usir Nathan.
Zack mendengus dan menghampiri sahabatnya itu. Ia terlalu mengenal Nathan dan Mia. Ia tahu mereka masih saling mencintai, Zack tahu Nathan sedang merasa frustrasi mengatasi perasaan cemburunya.
"Lo rela Mia diambil Yonki?" bisik Zack dan ia rela jadi bulan-bulanan Nathan selanjutnya.
That's what friends are for, kan?