3. Dirundung Rindu

1262 Words
Happy Reading... "Sebab itu wanita yang salehah, adalah yang taat kepada Allah dan menjaga diri ketika suaminya tidak ada, oleh karena Allah telah memelihara mereka." (QS. an-Nisa: 34). * * * Tepat satu bulan mereka membangun bahtera rumah tangga di kota kelahiran sang istri, rumah tangga mereka masih saja berjalan dengan harmonis dan juga damai. Tak ada biang pertengkaran yang terjadi antara mereka, meskipun kadang sedikit perselisihan kecil itu ada namun mereka lebih memilih menyelesaikannya langsung tanpa menunda-nundanya. Kini Aira harus bisa melepaskan kepergian suaminya ke Indonesia, ada beberapa masalah yang harus suaminya urus selama beberapa hari disana. Dia tidak diperkenankan ikut karena suaminya hanya beberapa hari disana dan mungkin akan sibuk sekali, ia sebagai istri harus bisa mengerti kesibukan suaminya. Untuk itulah ia menurut dan memilih tinggal disini bersama sang Ayah selama suaminya berada di Indonesia, suaminya itu juga harus mengurus kepindahannya ke Indonesia tepat satu bulan lagi. "Saya berangkat dulu, pesawatnya sebentar lagi akan terbang." Fahri memeluk sekilas Aira, ia mengusap air mata Aira yang membasahi pipi istrinya yang kini memerah karena tangisnya. "Iya Mas, hati-hati. Semoga saja Mas bisa selamat sampai tujuan, nanti setelah Mas sampai disana tolong berilah kabar pada Aira ya Mas." Fahri mengangguk sambil tersenyum tipis, jujur ia tidak tega meninggalkan Aira apalagi istrinya sampai menangis seperti ini. Namun ia harus pergi karena harus mengurus beberapa masalah yang terjadi disana, bahkan cutinya sebagai dosen mungkin akan habis dan ia harus menambah lagi satu bulan kedepan setelah masalah di Kairo beres ia bisa menetap dan membawa Aira ikut serta pindah ke Indonesia. Keluarganya sama sekali tidak mengetahui jika ia telah menikahi Aira, entah apa yang ia pikirkan hingga menyembunyikan pernikahannya sendiri. Mungkin ia akan memberitahukannya begitu mereka telah resmi pindah, tapi bisa saja ia berubah pikiran. Jujur ada satu nama yang mengganjal pikiran Fahri hingga ia juga merindukan Indonesia, dia Asa. Salah satu mahasiswinya yang ia suruh untuk mengajari adiknya, bukannya ia tidak tau jika adiknya Aby memiliki ketertarikan khusus pada Asa. Bahkan ia pun telah lama mengidamkan Asa dan mungkin mencintai mahasiswinya itu, namun ada suatu alasan hingga ia malah menikahi Aira. Alasan yang masih ia sembunyikan baik dari keluarganya maupun dari istrinya. "Iya, saya berangkat ya." Fahri mencium singkat kening Aira, meskipun tak ada rasa cinta dihatinya namun ia harus memperlakukan istrinya dengan baik. "Assalamualaikum." "Waalaikumsalam." Aira menatap sedih punggung Fahri yang semakin menjauh, suaminya itu kini telah memasuki pesawat. Aira berdiri termenung menatap pesawat yang kini telah lepas landas, wanita itu mengusap sudut matanya sebelum pergi meninggalkan bandara. Selama perjalanan pulang yang diantar oleh supir Ayahnya, Aira tiada henti memikirkan Fahri. Ah padahal mereka baru berpisah beberapa menit namun mengapa rasa rindu itu sudah hadir memenuhi hati dan pikirannya yang tertuju pada satu orang yaitu suaminya. Berat rasanya melepaskan Fahri untuk pergi meskipun itu hanya beberapa hari, ibarat anak muda yang sedang jatuh cinta jika satu hari itu bagaikan satu tahun tak bertemu. Dan sekarang inilah yang ia rasakan, satu menit saja tak menatap wajah suaminya bagaikan satu hari dan satu hari itu bagaikan satu bulan. Aira mengernyit begitu melihat punggung seorang pria yang tengah berdiri sambil mengetuk pintu rumahnya, wanita itu bergegas menghampiri pria itu hingga pria yang semula memunggunginya berbalik. Aira agak terkejut dengan kehadiran pria yang dulu sempat melamarnya didepan sang Ayah ketika statusnya telah berubah. "Farhan?" "Assalamualaikum." "Waalaikumsalam." Aira memperhatikan penampilan Farhan yang sedikit berubah, matanya yang berkantung hitam dan bulu-bulu halus yang tumbuh disekitar dagu dan bawah hidungnya. "Ada apa Farhan? Ah maaf aku tidak bisa mempersilahkanmu masuk Farhan, suamiku sedang tidak ada di rumah sedangkan Ayah juga sepertinya tengah menengok perusahaannya." Farhan mengangguk paham dengan apa yang Aira ucapkan. Rumah keluarga adalah rumah kemuliaan dan kehormatan. Allah perintahkan kedua suami istri saling menjaganya. Terutama istri, yang secara khusus Allah perintahkan agar menjaga amanah di rumah suaminya. Karena istri adalah rabbatul bait (ratu di rumah suaminya), yang bertugas menjaga rumah suaminya. Diantara ciri wanita shalihah, Allah sebutkan dalam al-Quran, فَالصَّالِحَاتُ قَانِتَاتٌ حَافِظَاتٌ لِلْغَيْبِ بِمَا حَفِظَ اللَّهُ "Sebab itu wanita yang salehah, adalah yang taat kepada Allah dan menjaga diri ketika suaminya tidak ada, oleh karena Allah telah memelihara mereka." (QS. an-Nisa: 34). Dan upaya wanita menjaga kehormatan dirinya, harta suaminya, dan rumahnya, merupakan hak suami yang menjadi kewajiban istri. Jabis Radhiyallahu ‘anhu menceritakan, dalam haji wada’, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam menyampaikan pesan dalam khutbahnya, فَاتَّقُوا اللَّهَ فِي النِّسَاءِ ، فَإِنَّكُم أَخَذتُمُوهُنَّ بِأَمَانِ اللَّهِ ، وَاستَحلَلتُم فُرُوجَهُنَّ بِكَلِمَةِ اللَّهِ ، وَلَكُم عَلَيهِنَّ أَلَّا يُوطِئنَ فُرُشَكُم أَحَدًا تَكرَهُونَهُ ، فَإِن فَعَلنَ ذَلك فَاضرِبُوهُنَّ ضَربًا غَيرَ مُبَرِّحٍ ، وَلَهُنَّ عَلَيكُم رِزقُهُنَّ وَكِسوَتُهُنَّ بِالمَعرُوفِ "Bertaqwalah kepada Allah terkait hak istri-istri kalian. Kalian mengambil mereka dengan amanah dari Allah, dan kalian halal berhubungan dengan mereka karena Allah halalkan melalui akad. Hak kalian yang menjadi kewajiban mereka, mereka tidak boleh memasukkan lelaki di rumah. Jika mereka melanggarnya, pukullah mereka dengan pukulan yang tidak menyakitkan. Sementara mereka punya hak disediakan makanan dan pakaian dengan cara yang wajar, yang menjadi kewajiban kalian." (HR. Muslim 1218). Dalam al-Mausu’ah al-Fiqhiyah, من حقّ الزّوج على زوجته ألاّ تأذن في بيته لأحد إلاّ بإذنه ، لما ورد عن أبي هريرة رضي الله تعالى عنه أنّ رسول اللّه صلى الله عليه وسلم قال : ( لَا يَحِلُّ لِلْمَرأَةِ أَن تَصُومَ وَزَوجُهَا شَاهِدٌ إِلاَّ بِإِذنِهِ ، وَلَاْ تَأْذَن فِي بَيتِهِ إِلاّ بِإِذنِهِ ) رواه البخاري ( 4899 ) ومسلم ( 1026 ) . Hak suami yang menjadi kewajiban istrinya, dia tidak boleh mengizinkan seorangpun masuk rumah, kecuali dengan izin suaminya. Berdasarkan hadis dari Abu Hurairah Radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Tidak halal bagi wanita untuk puasa sunah, sementara suaminya ada di rumah, kecuali dengan izin suaminya. Dan istri tidak boleh mengizinkan orang lain masuk ke rumahnya kecuali dengan izin suaminya.” (HR. Bukhari 4899 & Muslim 1026). Seperti hadist serta terjemahan yang Aira pernah baca, untuk itulah Aira berusaha mengamalkan apa yang pernah ia pelajari. Ia tidak bisa membiarkan Farhan memasuki rumahnya ketika suaminya sedang tidak ada apalagi Ayahnya pun tidak ada di rumah, fitnah bisa timbul bagaimanapun caranya apalagi Farhan pernah berniat melamarnya yang berarti pria itu pernah memiliki rasa terhadapnya. Ia hanya mencoba menjaga kehormatannya selama suaminya sedang pergi, bahkan ia mencoba menjaga jarak dari Farhan takut ada syaitan yang menggoda mereka untuk melakukan hal yang tidak disukai oleh Allah. "Aku mengerti Aira, aku tidak akan lama. Aku hanya ingin memberikan ini, tolong terimalah." Fahri menyerahkan sebuah kotak kecil berwarna coklat tua kepada Aira. Aira mendorong kotak itu pelan hingga membuat kotak itu kembali kepada Farhan, seraya menggeleng Aira berkata. "Aku tidak bisa menerima peemberianmu Farhan, aku kini sudah menjadi seorang istrinya yang artinya aku tidak bisa menerima pemberian orang lain tanpa seizinnya. Aku harap kamu bisa mengerti posisiku kini, dan maaf jika lamaranmu pernah aku tolak karena statusku yang tidak memungkinkan jika aku menerimamu." "Terimalah Aira, anggap saja ini salam perpisahan terakhir untukku padamu. Bukankah sebentar lagi kamu akan pergi dari negara ini? Anggap saja ini kenangan dariku untukmu." Farhan berusaha memaksa Aira agar menerima pemberiannya. "Tapi Farhan-..." "Ambil Aira, selamat tinggal. Aku akan selalu mengingatmu, aku pamit. Assalamualaikum." Setelah memaksa Aira menerima pemberiannya, Farhan pergi meninggalkan Aira yang kini memandang pemberian Farhan dan tubuh Farhan yang kian menjauh bergantian. "Maaf Farhan." Gumam Aira sebelum memasuki rumahnya. Bayangan suaminya yang memberikan senyum tipisnya sebelum kepergiannya ke Indonesia membuat Aira tersenyum, aish baru saja ditinggal ia sudah merasa begitu merindukan suaminya itu. Aira menggeleng dan menyimpan pemberian Farhan tanpa membukanya terlebih dahulu didalam lemari kecil miliknya. "Mas, kenapa aku kini sangat merindukanmu?" Ucap Aira sambil memandang pemandangan dari arah balkon kamarnya. (Semua surah bersumber dari Al-Qur'an dan al-hadist yang dikutip dari google)
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD