6. Siapa Dia?

1186 Words
'Hati ini sakit ketika bukan namaku yang bersemayam di hatimu melainkan orang lain.' * * * Seharian ini yang dilakukan Aira adalah membuat berbagai masakan dan kue-kue khas Indonesia untuk memanjakan lidah suaminya, ia mencari berbagai resep masakan disalah satu channel youTube yang pemiliknya berasal dari Indonesia. Sebenarnya Aira cukup tau banyak mengenai masakan Indonesia namun ia ingin mengembangkan bakatnya dalam memasak masakan yang sangat digemari oleh suaminya itu yang sangat cinta tanah air. Aira tidak tau apakah ia akan mencintai negara asal suaminya dan Ayahnya itu, kita lihat saja saat nanti Fahri akan memboyong Aira menuju Indonesia. Senyumnya mengembang sempurna karena kue-kue yang dibuatnya ah atau yang ditirunya dari youtube sudah jadi, ia membuat kue dadar gulung, serabi, dan perkedel kentang. Ia mengambil salah satu buatannya yaitu kue berwarna hijau dengan isian parutan kelapa dan gula merah dan mengarahkannya kedalam mulutnya, dalam kunyahan pertama ia langsung jatuh cinta dengan kue berwarna hijau karena perasan pandan ini. Sungguh sangat enak, manis dari gula merah dan gurih dari kelapa parutnya sangat memanjakan lidahnya. Untunglah Aira diberikan kecerdasan berupa daya ingat yang luar biasa sehingga ia dengan mudah menghafal resep yang sebelumnya ia lihat dan kini ia peragakan. "Ternyata kue ini enak juga dan cara buatnya sangat gampang." Gumam Aira sambil mencicipi kue yang lainnya. Aira menata kuenya diatas meja dan menutupnya, ia akan membuat masakan yang lainnya. Namun belum sempat ia membuka laman percarian di youtube, ponselnya kehabisan baterai membuat Aira pergi ke kamarnya untuk menchargernya. Aira yang akan keluar dari kamarnya terhenti ketika melihat ponsel Fahri tergeletak diatas tempat tidur, suaminya memang sengaja tak membawa ponsel atau ponselnya tertinggal? Pikirnya. "Aku pakai ponsel Mas Fahri aja deh untuk cari resepnya." Ucap Aira kemudian mengambil ponsel Fahri. "Gak dikunci ternyata." Gumam Aira, wanita itu akan membuka aplikasi berwarna merah putih itu namun terhenti. Rasa penasarannya lah membuatnya mengutak-atik ponsel berwalpaper berwarna biru muda itu, ia menggeleng karena tidak ada aplikasi yang menarik di ponsel suaminya. Hanya aplikasi bawaan ponsel dan beberapa yang isinya hanya membahas tentang pekerjaan, begitu pula ketika ia membuka aplikasi chat yang ia temui hanya SMS dari rekan dosen, rekan bisnis ataupun dari keluarga suaminya. Ia menggulir ponsel itu hingga rasa penasaran membawanya menuju aplikasi galeri, ia tersenyum begitu melihat foto pernikahan mereka ada didalam ponsel suaminya. Senyumnya tiada henti mengembang melihat foto-foto suaminya dan keluarganya, suaminya memiliki tiga orang saudara yang usianya terpaut jauh dari suaminya. Dan begitu menggulir bagian bawah dari semua foto, senyumnya luruh dan tubuhnya mematung melihat sebuah foto wanita cantik yang diberikan tanda hati oleh suaminya. "S-siapa dia?" Lirih Aira sambil melihat foto seorang gadis cantik yang tengah tertawa, sepertinya fotonya diambil tanpa sepengetahuan gadis itu. Dilihat dari wajahnya, usianya lebih muda darinya. Aira mengerjap ketika melihat tempat dimana foto itu diambil, seperti sebuah kampus. Apakah dia salah satu mahasiswi suaminya? Ya Allah mengapa rasanya sakit sekali, tidak mungkin jika gadis ini adalah adik dari suaminya mengingat apa yang Ayahnya pernah ceritakan kalau Fahri memiliki dua saudara yang berjenis kelamin laki-laki semua. Jadi siapa dia? Apakah suaminya mencintai orang lain? Lalu untuk apa Fahri menikahinya? Aira menekan dadanya kuat-kuat ketika rasa sesak itu kembali hadir, perlahan-lahan airmatanya mengenang membasahi sudut matanya hingga ke area dagu lancipnya. Rasanya sakit sekali mendapati kenyataan bahwa suaminya mencintai orang lain, apalagi foto ini belum hilang dari galeri ponsel suaminya. Ia melihat tahun dan tanggal diponsel suaminya dimana ternyata foto ini diambil dua tahun yang lalu, sudah selama itu foto gadis cantik, manis nan imut menghiasi galeri foto suaminya. "Astaghfirullah." Aira bersegera beristighfar ketika setan-setan akan menggodanya dengan melakukan hal-hal yang buruk yang nantinya akan menjerumuskannya kedalam lubang neraka. "Mas, kenapa kamu lakukan ini kepadaku?" Lirih Aira dengan air mata yang tiada henti membasahi pipi putihnya yang kini menjadi berwarna merah. "Kenapa kamu menikahiku jika cintamu untuk wanita lain?" "Apa kepulanganmu yang tertunda karena gadis itu Mas? Aku disini menunggumu pulang sedangkan kamu malah mencintai gadis lain, rasanya sakit Mas." Aira menepuk-nepuk dadanya sambil melafalkan kata-kata yang menyayat hati bagi siapa saja yang mendengarnya. Untunglah Ayah dan Fahri tidak ada dirumah jadi Aira bisa menangis sepuasnya, menghilangkan siksa batin yang mendera hatinya. Ia berharap setelah puas menangis hatinya akan lebih tenang, berkali-kali ia menyebut Allah ketika prasangka buruk menghinggapi hatinya. Setelah lelah menangis Aira menghapus jejak airmatanya yang mengering kemudian memandang ponsel itu, perlahan-lahan ia menyunggingkan sebuah senyum tulus. "Kamu boleh mencintai siapa saja Mas, tapi yang menjadi istri kamu adalah aku bukan gadis ini ataupun orang lain. Aku akan membuktikan kepadamu bahwa cintaku ini tulus Mas, dan semoga kamu bisa membalas cinta tulusku sama tulus dan besarnya." Senyumnya begitu tulus, menandakan bahwa ia tidak akan marah dan menghakimi suaminya. Bukankah cinta itu tidak bisa diprediksi akan jatuhnya pada siapa, jika saja Aira boleh memilih ia akan memilih jatuh cinta pada Farhan dari dulu bukan pada suaminya namun yang menjadi kenyataannya adalah ia jatuh cinta pada Fahri disaat pertama kali Ayahnya mengenalkan pria itu padanya. Ia akan memperjuangkan cintanya, ia akan menunggu agar Fahri bisa melihatnya. Ia akan memperlihatkan cinta tulusnya untuk Fahri agar suaminya itu bisa balas mencintainya dan melupakan gadis yang ada didalam foto itu. "Aku bertekad Mas, atas nama Allah dan untuk keluarga bahagia kita. Bahwa aku akan memperjuangkan cintaku hingga kamu balas mencintaiku, aku tidak akan kalah dan menjadi wanita cengeng yang hanya menangis melihat foto ini. Aku akan menjadi wanita kuat yang akan membawamu menuju cintaku, bukan cinta wanita lain." "Kamu sudah berjanji pada Allah dan Ayah bahwa akan menjagaku seumur hidupmu, untuk itulah aku meminta janjimu itu Mas. Aku ingin kamu menjaga aku seumur hidupmu, dengan cinta dan kasih sayangmu dan aku akan balas dengan cinta tulus dan kesetiaanku padamu." Tak ada air mata yang membasahi pipinya lagi, hanya tekad yang kuat untuk mempertahankan rumah tangga yang baru seumur jagung ini. Aira menaruh ponsel Fahri ketempatnya semula, moodnya kali ini hancur. Ia tidak akan bisa membuat masakan dari tanah kelahiran suaminya itu disaat perasaannya sedang kacau balau, yang ia butuhkan hanyalah istirahat. Tapi ia langsung menegakkan tubuhnya yang akan berbaring, ia harus menjadi istri yang baik dan melayani suaminya jika memang ia ingin dicintai balik oleh suaminya. Untuk itulah Aira memilih kedapur, ia tidak akan memasak menggunakan resep. Ia akan memasak masakan yang biasanya ia buat, ayam goreng dan tumis brokoli sepertinya tidak buruk disaat perasaannya yang sedang buruk. Ia tersenyum melihat masakannya yang jadi, bertepatan itu pula Fahri pulang dan menghampirinya. Aira menarik tangan Fahri untuk menyalaminya kemudian meraih jas yang tergantung dilengan suaminya dan tas kerjanya, menaruhnya di kamar dan kembali kedapur dengan cepat. "Mas lihat deh, aku tadi buatin kue khas Indonesia loh. Cobain dong." Tatapan Fahri tidak mengarah pada kue yang dibuat Aira melainkan menatap mata sembab istrinya, apa dia habis menangis ya? "Kamu nangis?" Aira langsung gelagapan mendapati pertanyaan itu, apalagi suaminya menatapnya begitu intens. "Eh enggak kok Mas." Kilah Aira sambil mengusap kedua matanya. "Jangan bohong." Aira merasa takut ditatap begitu tajam oleh suaminya. "Iya aku habis nangis." Akhirnya Aira jujur. "Kenapa?" "Sedih aja Mas, kalau aku ikut Mas ke Indonesia kan aku akan pisah dari Ayah." Ucap Aira setengah berbohong. "Jangan sedih, kita bisa mengunjungi Ayah ketika ada waktu luang." Fahri menghampiri Aira dan mengusap kepalanya. "Iya Mas, yuk kita makan." Aira menyuruh Fahri duduk dan ia menyiapkan segala kebutuhan Fahri, ia harus menjadi istri yang berbakti jika ingin Fahri balas mencintainya.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD