2. Mental Disorder

1056 Words
Beberapa hari ini halusinasi Serly semakin parah dan sangat menyiksanya. Langkah awal, Dion dan Fina menghubungi Rico, paman Serly agar melihat kondisi wanita itu. Sebelumnya Dion sudah mengancam Serly untuk menulis surat wasiat agar NCM Company jatuh ke tangannya. “Serly, kamu kenapa, Nak?” Rico khawatir melihat keponakannya memukul-mukul kepalanya. Pria itu memperhatikan lebam di tangan dan kaki Serly, tanpa dosa Dion dan Fina mengatakan bahwa itu karena ulah wanita itu yang menyiksa dirinya sendiri. “Tenang Nak, ini Om Rico.” Rico berusaha menenangkan Serly dengan memeluknya. Serly menoleh, lalu terdiam menatap mata Rico. Namun, detik kemudian ia kembali histeris ketika melihat Dion dan Fina. Rico tidak menyadari reaksi itu. “Dion, sudah berapa lama ini terjadi? Kenapa kamu tidak memberitahu Om?!” Rico kesal. Mengapa hal sebesar ini ditutupi darinya? “Sekitar sebulan Om. Sudah dibawa ke dokter dan diberi obat, tapi keadaannya tetap semakin parah. Maaf Om, ketika Serly sadar, aku minta izin untuk menghubungi Om, tapi Serly sendiri yang mencegahnya karena tidak mau membuat Om khawatir," jawab Dion berpura-pura sedih. Mereka tidak pernah mengobati Serly dan sebenarnya sudah lima bulan mereka meminumkan obat yang membuat perempuan itu berhalusinasi. “Kenapa Serly bisa jadi seperti ini?” Rico bertanya kembali menatap sedih keponakannya. “Kata Dokter kemungkinan Serly stres karena masih memikirkan mendiang orang tuanya, Om. Aku sudah berusaha agar Serly nyaman tinggal di sini, tapi dia semakin pendiam dari hari ke hari," jelas Dion yang penuh kebohongan. “Di mana sahabat Serly yang namanya Wulan?” Rico ingat sekali Serly punya pelayan sekaligus sahabatnya yang bernama Wulan yang ia bawa untuk tinggal di rumah Dion juga. “Dia sudah pulang ke kampungnya setahun yang lalu," balas Dion. Sebenarnya gadis bernama Wulan itu sudah terbunuh. “Rico, bagaimana kalau Serly dirawat di rumah sakit agar ada yang lebih mengawasi dia? Aku punya teman yang menjadi direktur rumah sakit jiwa, pelayanannya bagus dan penanganannya juga cepat. Kita bisa minta dokter paling handal dan ruangan paling aman agar Serly tidak bisa menyiksa dirinya," saran Fina. Rencananya dia akan memindahkan Serly ke RSJ yang sudah ia suap lalu membunuhnya di sana. “Oke, saya setuju. Tolong Dion, Fina awasi Serly. Saya juga akan berusaha sering berkunjung," ungkap Rico sambil memeluk keponakannya yang masih meringkuk di pojok kamar. Tanpa Rico sadari Dion dan Fina tersenyum licik. Beberapa hari kemudian, Serly dibawa ke RSJ, diberi ruangan besar dan nyaman serta pelayanan yang baik, tapi itu terlihat dari luarnya agar Rico tidak curiga. Sebenarnya dokter dan perawat yang menangani Serly di rumah sakit itu telah disuap agar tetap memberi obat-obat yang semakin memperparah kondisi Serly. “Serly, Om datang, bagaimana keadaan kamu, Nak?” Serly hanya diam, tidak menanggapi Rico, dia ingin berbicara, tapi mulutnya susah untuk digerakkan dan mengeluarkan suara. Tangan serta kakinya juga sangat lemah rasanya tidak bisa bergerak. Entah apa saja obat yang diberikan kepadanya. “Kenapa kamu tidak bilang dari awal sama Om kalau sakit begini, Om bisa merawat kamu juga. Om khawatir kalau kamu sudah sampai separah ini.” Serly tetap diam. Namun, air matanya menetes di wajahnya yang pucat. Hampir setiap hari Rico selalu berkunjung, tapi seperti biasa Serly tetap diam. Wanita itu sebenarnya sedikit banyak mengerti apa yang dikatakan Rico. Serly juga ingin memberitahu pamannya agar menjauhi Dion dan Fina. Namun, mulutnya bahkan tidak bisa berkata-kata dan tubuhnya susah untuk digerakkan. Rico mulai curiga mengapa tidak ada perkembangan dari keponakannya, Ia sudah menanyakan Dokter dan beliau berkata semua butuh proses dalam penyembuhan. Maka dari itu, sekarang Rico merencanakan memindahkan pengobatan Serly ke luar negeri. Hari ini Fina, sang ibu mertua yang kejam datang berkunjung. “Tampangmu benar-benar sangat menjijikkan seperti ibumu! Aku sudah malas bermain-main denganmu lagi. Kita akhiri saja permainan ini. Apa kau punya kata-kata terakhir sebelum kau terkubur dalam tanah? Oh, tentu saja tidak, kau saja tidak bisa bicara lagi, hahahaha ...," hina Fina. Rasanya Serly ingin memukul mulut jahat Fina yang menghina bundanya. Ada rasa sedih dan benci saat menatap ibu mertuanya itu. Dalam hatinya penuh tanya, "Kenapa Ibu dan Dion menyiksaku selama hampir tiga tahun ini? Apa salahku? Aku tulus menyayangi Ibu dan Dion. Kalau ingin harta, bisa langsung membunuhku, kenapa harus melakukan hal seperti ini?" “Kau tau kenapa aku dan Dion melakukan ini, semua karena ibumu si jalang sialan itu. Suamiku mencintai ibumu dan setelah usahaku, lalu kami menikah pun dia tetap mencintainya, tidak memedulikanku bahkan menjodohkanmu dengan anakku agar kamu bisa menjadi anaknya juga, benar-benar menggelikan! “Bagaimana rasanya punya suami yang tidak mencintaimu? Kau juga tau rasanya 'kan menantuku," ungkap Fina pada Serly. Dulu memang semasa kuliah Leo, ayah dari Dion menyukai Nabila, bunda dari Serly. Namun, cintanya tak terbalas karena Nabila menyukai Nicholas, sahabatnya. Leo berusaha merelakan, tetapi ia tidak ingin dijodohkan dengan Fina karena ia tahu Fina wanita egois dan suka merendahkan orang lain. Fina mencari cara agar bisa bersama Leo, dia menaruh obat ke dalam minuman Leo agar pria itu tidur dengannya. Setelahnya, Fina hamil dan Leo terpaksa menikahi Fina. Malam pun tiba, Serly tahu hari ini ia akan dibunuh oleh mereka. Hari terakhir ia di dunia, tapi ada tekad kuat dalam dirinya berjuang untuk hidup, setidaknya dia harus memberitahu Om Rico tentang kejahatan Dion dan Fina. Suster datang ke ruangan Serly membawa obat yang sebenarnya itu racun. Serly tahu hal ini akan terjadi dan ia berusaha mengumpulkan tenaga untuk memukul Suster itu. Lalu ia mengambil gunting dari dalam kotak yang dibawa oleh Suster. Entah kekuatan dari mana Serly bisa keluar dari ruangan itu sembari tertatih. Mungkin karena sudah tiga hari ini ia tak meminum obat-obatan. Saat Serly turun ke lantai bawah, ternyata banyak bodyguard Dion di lantai dasar dan Serly ketahuan oleh mereka. Wanita itu berusaha kabur menuju lantai atas dan mereka mengejarnya sampai ke atap gedung rumah sakit. Serly mencoba melawan sambil memajukan gunting kepada orang-orang yang ingin maju menangkapnya. Bodyguard Dion semakin mendekat hingga Serly mendekati bagian pembatas. Wanita itu berpikir tidak akan bisa selamat kali ini. *** Sementara Serly di dimensi lain, sedang berada di club malam menghilang stres di kepalanya. Hari ini ia tau bahwa suaminya Revaldo sudah menyerah akan dirinya, pria itu ingin menceraikannya. Memang sang suami belum memberitahukan, hanya saja tampak Revaldo sedang mengurus surat-surat itu. Serly senang, tapi dalam hati kecilnya ada perasaan yang tak bisa ia mengerti. Padahal suaminya itu orang yang keji, tapi mengapa dirinya terjebak dengan perasaan seperti ini.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD