Bab 2

802 Words
Bel istirahat memekakkan telinga. Kantin di Aksara pun seketika menjadi ramai. Istirahat memang waktu yang paling ditunggu-tunggu oleh siapapun. Entah penjaga kantin atau bahkan para guru. Di kelas ipa tiga, seluruh muridnya mulai berhamburan keluar kelas. hanya ada beberapa yang menetap dikelas. Salah satunya Faya, gadis itu memang sedang berpuasa sekarang. Kini ia tengah sibuk dengan buku matematika, mencoba menjawab satu saja pertanyaan, yah sekalipun nanti berakhir dengan kepusingan yang luar biasa. Faya memang payah dalam mata pelajaran ini. "Hallo," ucap seseorang yang membuat Faya menoleh dan ia mendapati Miska bersama cecunguknya, tengah tersenyum angkuh. Faya mendengus, dalam hatinya dia sudah mengomel kesal. Kenapa lima orang ini selalu datang. "Ada apa?" Alis Miska terangkat, jika Faya kesal maka Miska muak. Emosinya selalu naik jika melihat wajah polos gadis di hadapannya ini. "LO KENAPA MASIH MASUK SEKOLAH SI?" bentak miska tepat dihadapan Faya. Faya memejamkan matanya, mencoba bersabar. Dia selalu sabar untuk menghadapi Miska, semoga. "Nih rasain," tangan Miska mengambil spidol dan mencoretkannya ke baju putih Faya. Faya menghindar, gadis itu menghindar sekuat tenaga namun cecenguk Miska yang berjumlah empat itu mengunci tubuhnya. "AAA...Jangan..!!" pekikan suara Faya diabaikan begitu saja oleh beberapa orang di kelas. Bagi mereka lebih baik diam, dari pada mereka campur tangan dan mendapatkan imbasnya. "Haha, rasain lo!" Seragam Faya yang tadinya putih bersih, kini di area lengannya dipenuhi coretan spidol yang tentu saja tidak bisa hilang. "Asal lo tau ya Fay, selama elo masih ada di sini gue pastikan hidup lo akan menderita." bisik Miska di telinga Faya. Mendengar hal itu, Faya hanya memejamkan mata dan menahan tangisnya. "Dasar anak p*****r!" tawa Miska kini memeuhi kelas. semua orang terdiam, mencerna dengan baik apa yang baru saja diucapkan Miska. Faya anak seoraang p*****r? Benarkah? "CUKUP!" Faya bangkit dari duduknya. Gadis itu menerobos kerumunan dan berlari, tangisnya sudah tak bisa ditahan. Miska memang keterlaluan, namun kini puzzle yang baru telah ditemukan. Sedikit demi sedikit alasan Miska membenci Faya sejak kelas satu, akan terkuak. ~Kekasih Halal~ Jika Faya menghabiskan waktu istirahatnya dengan belajar dikelas maka Gema lain lagi. Cowok itu kini tengah menikmati indahnya langit dan panasnya matahari. Ia kini berada di atap gedung sport center yang berada tak jauh dari area kantin. Berada di bawah sinar matahari membuat Gema terlihat bercahaya, apalagi rahangnya yang tegas, alisnya yang tebal, bak perpaduan yang indah dan menciptakan sosok cameron dallas ala indonesia. Ia benar, Gema memang mirip sekali dengan Cameron Dallas, bedanya kulit Gema sedikit gelap. Hanya sedikit gelap bukan hitam, dan itu membuat Gema terlihat lebih 'laki' dari pada kelima sahabatnya. Tak heran jika dia memiliki banyak fansgirl yang siap mati untuknya. Sedikit lebay, tapi itu kenyataan. "Woy!" Gema yang tengah khusyuk menikmati panas matahari kini menoleh ke sumber suara, ia mendapati Rizal dengan wajah cengengesannya. "Lo ngga denger bel masuk?" Gema melihat jam yang ada di tangan kirinya. Dia baru sadar jika jam sudah menunjukkan pukul sebelas. Artinya bel masuk istirahat sudah berdering tiga puluh menit yang lalu. "Yuk cabuut," ucap Gema seraya turun dari tempatnya. Kebiasaan Gema, jika sedang jenuh atau galau atap gedung sport center inilah yang menjadi sasarannya. Ibaratnya tempat ini tempat rahasia yang tidak ada seseorang pun tau kecuali Gema dan teman-temannya. Tempat ini juga tempat kenangan. Kenangan? Ah lagi-lagi cowok itu teringat hari-hari indah itu disini. Hari indah yang sudah berlalu satu tahun yang lalu. "Lo kangen Seira ya?" ucapan Rizal tepat sasaran, seketika itu jantung Gema berdetak lebih cepat. Rizal tau betul, jika Gema naik ke atap itu artinya dia rindu Seira. Karena disinilah kenangan itu ada. "Lo ngomong apa sih?" elak Gema. Cowok itu berjalan cepat menuruni tangga. Meninggalkan Rizal sendirian di atap. Melihat gelagat Gema, Rizal tau pasti jika cowok itu tengah merindukan Seira. Cinta pertama Gema. ~Kekasih Halal~ Gema berjalan cepat menuruni tangga gedung berlantai lima itu. Di belakangnya Rizal mengomel apapun agar Gema mau berhenti. Namun ternyata tak mempan, Gema masih saja mengambil langkah panjangnya dan mengabaikan ucapan Rizal. Hingga pada akhirnya.. DUK! "AWWWWWW!!" Rizal meringis, dia mengelus kepalanya yang terbentur dengan kepala Gema. "Kalau berhenti kasih abaaba kek." "Bentar, lo nggak denger suara orang nagis?" ucap Gema seraya mencari tau sumber suara yang ia yakini berada di sekitarnya. "Suara apaan?" Gema masih sibuk mencari dimana si pemilik suara berada, ia menyusuri koridor gedung itu. Mereka kini berada di lantai satu pintu utara. Ruang penyimpanan alat olahraga. seketika tempat itu terpikirkan oleh Gema. Dia pun berlari menuju ruangan itu. Dibelakangnya, Rizal pun semakin kebingungan. "Gema, mau kemana!" "Sstt.." desis Gema seolah mengisyaratkan untuk diam. "Gue denger ada yang nangis, tapi kita pergi aja yuk. Gue takut." "Tsk!" "HUHUHU" "Gemaa.." lirih Rizal saat suara tangis itu terdengar lebih jelas. Rizal memang sangat penakut. Dengan cepat, Gema menghampiri ruangan itu dan membukanya. Dan betaapa terkejutnya, saat ia benar-benar menemukan perwujudan orang dihadapannya. Apalagi orang itu perempuan dan teman sekelasnya--Faya? TBC komen plis~ tertanda, muffnr
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD