Prolog

415 Words
Damian meletakkan kopernya di sembarang tempat dan mengahambur memasuki rumah. Dia baru saja sampai di rumah keluarganya di Munich, Jerman. Sebuah kota yang sangat cantik dengan ruang hijau yang begitu luas. Mulai hari ini dia akan kembali tinggal di sini. Entah sampai kapan.           Segera saja Damian langsung menuju taman belakang. Dia tahu adiknya pasti ada di sana pagi-pagi seperti. Kemudian, pandangannya terpaku pada sosok gadis cantik yang sedang duduk di kursi roda sambil membaca sebuah buku. Selimut tebal menutup seluruh kakinya. Rambut panjangnya dibiarkan tergerai. Tiba-tiba saja, rasa rindu itu menyesakkan dadanya. Betapa dia sangat merindukan gadis cantik itu.           Seolah sadar sedang diperhatikan, gadis cantik itu menoleh. Mata coklatnya berbinar dan senyuman lebar menghiasi wajah cantiknya. “Kakak,” sapanya dengan riang. Tangannya segera berada di atas roda untuk menggerakkan kursinya.           Damian segera melangkah lebar sebelum gadis itu bergerak. Dia sangat ingin merengkuh tubuh mungil itu di pelukannya. Rasa rindunya sudah tak tertahan lagi. Sudah hampir sebulan dia tidak menemani adiknya di sini karena harus mengurus perwakilan kepengurusan perusahaannya di Indonesia setelah dia pindah.           “Abs, ini coklat panas pesananmu!”           Suara cempreng itu membuat Damian menoleh seketika. Seorang gadis berbadan mungil dan bermata biru sebiru laut lepas menatapnya sambil menganga. Gadis itu berjalan ke arah Abby tanpa memperhatikan langkahnya. Dan ...           “Sugaaarrr!!”           Damian segera menerjang tubuh Abby begitu gadis kecil bermata biru itu tersandung dan coklat panasnya dipastikan akan mengenai kepala Abby. Dan kini coklat panas itu tumpah mengenai lengan bajunya. Damian sedikit mengernyit merasakan sengatan rasa panas di lengannya.           “Kau baik-baik saja, Sugar?” tanyanya sambil menatap Abby khawatir.           Abby mengangguk pelan dan tersenyum menenangkannya.           Damian mengembuskan napas lega dan menoleh melotot tajam ke arah si mata biru hingga membuat gadis itu menunduk ketakutan.           “Siapa kau?”           “Saa... Sa... Sa...”           “Dia Kimmy, Kak, perawatku sekarang,” suara Abby membuat Damian menoleh ke arahnya dan seketika melupakan amarahnya. Dia kembali memeluk erat adiknya itu.           “Aku merindukanmu, Sayang,” ucapnya sambil mencium kening gadis itu.           “Aku juga,” balasnya sambil tersenyum manis. “Kau sendirian?” tanyanya kemudian.           Damian mengangguk. Sekilas, Damian bisa melihat mata coklat itu berkilat sedih. Dan dia tidak menyukainya. Sangat tidak menyukainya.           “Sugar ...”           “Kakak ganti baju dulu sana,” katanya memotong ucapan Damian. Dia menunjuk lengan baju Damian yang basah dan ternoda coklat.           Damian kembali teringat pada si mata biru itu dan dia kembali menatap tajam ke arah gadis kecil yang tertunduk ketakutan itu. “Kau! Dipecat!”  
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD