Devil Hunter 01

1261 Words
Pagi yang cerah di kota Stockholm dengan keindahan bangunan dan arsitekturnya, dikelilingi banyak air yang bersih dan terbuka, serta memiliki banyak taman. Dan  terdengar pula bunyi burung bersautan semakin membuat kota Stockholm terlihat indah dan nyaman. Angin bertiup sepoi-sepoi menerpa wajah Felicia. Felicia merentangkan tangannya menikmati setiap hembusan angin yang menerpanya. Menghirup udara pagi yang bersih tanpa polusi. Menikmati apa yang sudah diberikan Tuhan pada alam semesta.            “Felicia Klara” gadis cantik berkulit putih dengan hidung mancung dan bibir sperti chery. Kecantikan yang sempurna untuk seorang wanita. Sifat pendiam dan tidak terlalu banyak bicara membuat Felicia sangat dihormati oleh para anak buahnya. Ketangkasannya dalam bertempur, membuat Felicia dijuluki sang Devil Hunter. Jika orang yang tidak pernah bertemu Felicia, tidak akan pernah menyangka kalo Felicia adalah seorang mesin pembunuh.           Hari-hari Felicia dilalui seperti layaknya gadis seumurannya. Meskipun Felicia tergolong gadis yang introvent. Buat Felicia tidak masalah dirinya menjadi wanita yang tertutup dan tidak banyak teman. Karena buat Felicia selagi Alehandro masih bersamanya, itu sudah lebih dari cukup. Karena  Alehandro adalah segalanya untuk Felicia. Felicia sangat menyayangi Alehandro layaknya seorang Ayah. Karena berkat Alehandro, Felicia bisa hidup sampai saat ini. Masa lalu yang pahit membuat Felicia tumbuh menjadi gadis yang tertutup dan penyendiri. Tanpa ada yang tahu kalo Felicia mempunyai keistimewaan yang tidak dimiliki oleh orang lain. Dengan menatap mata orang yang mengajaknya bicara, Felicia bisa membaca fikiran dan aura orang tersebut. Karena keistimewaan itu, Felicia sangat percaya dengan Alehandro.           Felicia menatap lurus kedepan, memikirkan langkap apa yang akan dia ambil setelah Alehandro memberikan dia sebuah kepercayaan besar untuk memegang salah satu perusahaan milik Alehandro.           “Apa yang sedang kau fikirkan?” Suara Alehandro memecahkan lamunan Felicia.           “Tidak ada.” Ucap Felicia singkat. Felicia menatap pria paruh baya yang berdiri di sampingnya. Yang sudah ia anggap seperti Ayahnya sendiri.           “Kau adalah penerusku, kerajaan bisnis yang aku punya nantinya akan menjadi milikmu. Jangan terlalu banyak yang kau fikirkan. Apa selama ini kau tidak mengganggapku sebagai orang tuamu sendiri?” Alehandro menatap Felicia dengan penuh tanya. Terlihat ada keraguan dimata Felicia. Tatapan mata yang tak bisa terbaca oleh siapapun.           “Bukan seperti itu Dad! Apa harus aku yang memegang perusahaan itu? Itu terlalu cepat buatku mengemban tanggung jawab itu Dad.” Ucap Felicia dengan penuh penekanan. Alehandro duduk dibangku kayu yang dekat dengan Felicia berdiri. Ia menatap gadis yang sudah ia anggap seperti putrinya sendiri. Setiap Alehandro menatap Felicia dari belakang ia selalu teringat dengan Maria. Wanita yang sangat ia cintai dengan sepenuh hati. Karena sebuah kebodohannya, ia harus kehilangan Maria untuk selamanya.           “Jangan terlalu banyak berfikir, ini perintah dari Dady, Feli.” Alehandro tahu kalo Felicia tidak akan membantah perintahnya. Meskipun dia menjabat sebagai ketua Mafia di Swedia, dan terkenal kejam. Alehandro tetaplah pria paruh baya yang kalah kalo bersangkutan dengan Felicia. Gadis yang sudah ia anggap seperti putrinya sendiri. Kasih sayangnya untuk Felicia tidak bisa tergambarkan dengan apapun. Terlalu besar kasih sayang Alehandro untuk Felicia.           “Baiklah kalo itu perintah, aku bisa berbuat apa!” Ucap Felicia singkat. Ia pun berjalan pergi meninggalkan Alehandro yang masih duduk di bangku kayu yang ada di taman Mansion miliknya.           “Jika bukan mulai sekarang perusahaan Dady mulai kamu pegang, kapan lagi Feli. Dady tahu kemampuanmu, jika kamu yang memegang perusahaan Dady, pasti perusahaan semakin berkembang pesat.” Ucap Alehandro dengan lirih. Alehandro menarik nafas panjang dan menghembuskannya secara perlahan. Alehandro berdiri dan berjalan menuju ke dalam Mansionnya. ***           Felicia berjalan menuju ruangan latihan fisik miliknya. Ruangan yang sekaligus ruang kerja milik Felicia. Felicia membuka pintu, dan masuk kedalam ruangan. Ruangan bernuansa abu-abu yang tidak terlalu banyak barang-barang. Cuma ada meja dan kursi kerja, kursi sofa panjang dan alat-alat untuk latihan. Tak banyak orang yang tahu kalo Felicia mempunyai hoby mengkoleksi berbagai macam senjata. Dari mulai senjata laras panjang, pistol, katana, sampai senjata-senjata langkah yang cuma ada dibeberapa negara. Felicia menaruh semua koleksinya di dalam ruangan yang khusus ia buat di belakang lemari buku miliknya. Sebuah ruangan rahasia yang ia miliki.           Felicia menghempaskan tubuhnya kesofa panjang yang ada diruangannya. Meluruskan punggungnya sejenak, sambil menatap sudut ruangan favoritnya, yang berisi satu-satunya kenangan yang diberikan ibunya sebelum penyekapan itu terjadi. Penyekapan yang menjadi trauma tersendiri untuk Felicia. Melihat secara langsung bagaimana ibunya disiksa oleh beberapa pria berjuba hitam yang menggunakan penutup kepala.           “Mom...Jika waktu bisa diputar mundur, ingin rasanya Feli lari bersama Momi. Entah siapa yang sudah menyekap kita dulu. Pria berjubah hitam yang berjumlah lima orang. Yang membuat kita harus terpisah seperti sekarang ini. Entah Momi sekarang masih hidup apa sudah tiada. Momi dulu Cuma sering mengatakan kalo Dady orang hebat, banyak yang mengincar Dady dan Momi, karena sebuah kekuasaan. Sampai aku tidak sengaja mengetahui sebuah kebenaran. Kebenaran yang Cuma aku sendiri yang tahu. Aku merindukanmu Mom...!” Ujar Felicia dalam hati.  Tak terasa air matanya menetes membasahi wajah cantiknya. Felicia sangat merindukan ibunya. Sudah 20 tahun semenjak dia berpisah dengan ibunya. Felicia belum pernah berjumpa lagi dengan ibunya. Meskipun ia sudah berusaha untuk mencarinya dengan mengunakan semua kekuasaannya. Felicia masih belum bisa menemukan ibunya. Wanita yang sangat ia kasihi dengan sepenuh hati.           Setelah cukup untuk meluruskan punggungnya, Felicia bangkit dari rebahannya dan segera melakukan pemanasan untuk meregangkan otot-ototnya yang sudah mulai kaku. Felicia masuk kedalam ruangan pribadinya dan mengambil dua katana yang ia pesan langsung dari pandai besi pembuat katana. Dua katana khusus yang dibuat seperti kemauan Felicia. Felicia mulai menarik katana miliknya dan mulai memainkannya. Felicia mengikuti ayunan pedang, bergerak lincah kesana kemari. Melenturkan tubuhnya mengikuti ritme pedang yang ia ayunkan. Felicia mencoba beberapa jurus yang ia pelajari dari berbagai master. Ia terbilang sangat mahir dalam menggunakan katana.           Sudah sekitar satu jam Felicia meregangkan otot-ototnya. Setelah dia puas berlama-lama membelai seluruh senjatanya, Felicia mulai pergi meninggalkan ruangan pribadinya menuju kamarnya yang bertempat di lantai atas. Felicia sudah merasa tidak nyaman karena badannya sudah terlalu lengket karena keringat. Felicia ingin berlama-lama berendam air hangat untuk menyegarkan tubuhnya.           Tak menunggu lama Felicia sampai ke kamarnya menggunakan Lift  yang berada di ruangan pribadinya. Dengan akses yang Cuma Felicia sendiri yang tahu. Sifatnya yang introvent membuat Felicia penuh dengan misteri.  Setelah terdengar bunyi “Ting...” Felicia keluar dari lift dan masuk ke kamarnya menggunakan scan wajah. Teknologi keamanan terkini yang dipilih Felicia untuk menjaga privasinya dari orang-orang yang ingin masuk ke area pribadinya. Pintu kamar secara otomatis terbuka sendiri, dan setelah Felicia masuk, pintu pun kembali tertutup dan terkunci dengan sendirinya. Felicia memasuki kamar mandi setelah menanggalkan semua pakaiannya, ia mengisi bathup dengan air hangat dengan diberi cairan aromaterapi yang semakin membuat rileks siapa saja yang mencium baunya. Bau bunga lavender yang menenangkan siapa saja yang menghirup baunya. Felicia masuk kedalam bathup dan merendamkan tubuhnya. Menikmati air hangat yang ia beri aromaterapi bunga lavender yang menyegarkan tubuh. Satu jam lebih Felicia berendam didalam bathup. Setelah merasa tubuhnya mulai segar lagi, Felicia keluar dari bathup dan memakai handuk kimono yang sudah disiapkan di lemari kamar mandi. Felicia berjalan keluar dari dalam kamar mandi dan langsung menuju walk in closet untuk berganti pakaian. Felicia mengambil celana hitam bahan dengan dipadukan kemeja hitam panjang. Setelah memakai pakaiannya, Felicia bersiap-siap menuju ke perusahaan untuk mempelajari semua berkas-berkas perusahaan sebelum perusahaan ia ambil alih. Felicia tak membutuhkan waktu lama untuk memoles diri. Ia cukup menggunakan bedak dan mengoleskan lipstik sedikit di bibirnya. Sudah membuat penampilan Felicia terlihat sempurna. Felicia keluar dari kamarnya dan masuk kedalam lift yang membawanya ke lantai bawah tanah tempat mobilnya ia parkirkan. Terdengar bunyi “Ting...” dan pintu lift pun terbuka. Felicia keluar dan langsung menuju ke mobilnya. Parkiran bawah tanah yang Alehandro siapkan untuk menaruh mobil-mobil koleksi milik Felicia. Barbagai macam tipe mobil Lamborgini keluaran terbaru terparkir apik. Meskipun hidupnya tergolong dimanjakan akan kemewahan. Felicia tetaplah Felicia, gadis berjuta misteri dengan memilih hidup dengan dunianya sendiri yang tak tersentuh oleh siapapun.      
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD