Aina Zahra

1248 Words
Aina Pov Aku Aina Zahra. Usiaku 25 tahun, aku baru lulus kuliah dua tahun lalu dan aku tidak diizinkan bekerja oleh Abang angkatku dengan alasan, dia tidak mau melihat aku kelelahan karena bekerja. Abang Danu sangat menyayangiku meskipun aku hanya seorang adik yang ia temukan dalam gorong-gorong di belakang panti asuhan tempat kami tinggal dulu. Sejak keluar dari panti asuhan, hidupku ditanggung dan dijamin oleh Bang Danu. Bahkan dia rela tidak sekolah demi bekerja dan mencari nafkah untukku. Dulu, saat remaja Bang Danu hanya seorang buruh harian lepas di sebuah pabrik, tetapi kehidupan kami berubah setelah Bang Danu bekerja pada Tuan Bara Prayoga delapan tahun lalu sebagai bodyguardnya. Bahkan dari gajinya, Bang Danu bisa menyekolahkan aku hingga menjadi sarjana. Saat awal-awal menjadi bodyguard, keluarga Prayoga memberikan kami tempat tinggal yang layak pada kami karena sebelumnya kami hanya tinggal di kontrak yang kecil. Kemudian setelah rumah itu digusur dan wilayah tersebut dijadikan mall oleh keluarga Prayoga, aku dan Bang Danu pindah ke apartemen mewah yang juga diberikan oleh keluarga Prayoga. Selama menjadi bodyguard, Abang Danu benar-benar menutup identitasku sebagai Adiknya. Bahkan, data diri yang ada di semua ijazahku masih memakai alamat kontrakan yang dulu. Abang bilang, ia takut musuh-musuh dari keluarga Prayoga yang berhasil ditaklukkan olehnya akan menyerangku jika mereka mengetahui bahwa aku adalah adik dari seorang Danu. Sebenarnya aku mempunyai dua kakak angkat, yakni Bang Danu dan Kak Juan dan sama-sama bekerja pada keluarga Prayoga. Namun, aku tidak tahu Kak Juan pergi kemana. Selama enam tahun ini aku tidak mendengar kabarnya lagi, padahal kasih sayang Kak Juan dan Bang Danu tidak beda jauh. Keduanya sangat menjaga dan melindungiku. Pekerjaan Bang Danu sebagai seorang bodyguard keluarga terkaya di Indonesia, memang cukup berisiko, tetapi itu semua seimbang dengan gaji yang diterima berupa kehidupan yang layak untuk kami. Tetapi sekarang semua sudah berubah. Kehidupan yang layak dan harta yang berlimpah tidak akan ada artinya tanpa Bang Danu. Bang Danu sudah pergi untuk selamanya, Kak Juan pun sudah tidak ada kabar lagi. Aku harus hidup sendirian dan aku harus membalas orang-orang yang sudah membunuh Bang Danu. Aku harus masuk ke dalam keluarga Prayoga, bagaimanapun caranya. Aku harus membersihkan nama Bang Danu. Aku tidak peduli meskipun aku harus bernasib sama seperti Bang Danu. Semalaman aku terus menangisi kepergian Bang Danu, meskipun aku sudah melihat dengan jelas jenazah Bang Danu dimakamkan, tetapi hatiku masih tidak percaya bahwa Bang Danu sudah tidak ada di dunia ini. Pikiranku masih beranggapan Bang Danu sedang pergi bersama Tuan Bara ke berbagai tempat selama satu atau dua Minggu karena Bang Danu memang sering pergi jauh untuk menjadi pelindung Tuan Bara. Aku masih belum bisa benar-benar melepas kepergian Bang Danu. Semalam saat aku terisak di dekat tubuh pria yang aku yakin bernama Andra, aku kembali teringat pada stempel yang Bang Danu berikan padaku. Aku segera berlari ke walk in closet tempat aku bersembunyi kemarin malam untuk mencari stempel itu. “Aku taruh di mana kemarin?” gumamku sambil terus mencari di setiap rak. Mataku langsung tertuju pada sebuah benda kecil yang kepalanya berukuran sebesar buah ceri dekat pistol Bang Danu. “Ini dia!” ujarku, sedikit girang dalam kesedihan. Aku memperhatikan lebih teliti lagi stempel yang terbuat dari kayu ini. “Keluarga kaya raya, tetapi masih menggunakan kayu,” celetukku. Mataku langsung tertuju pada relief stempel yang bertuliskan Prayoga 1707. “Ini seperti sebuah kode penting!” pikirku sambil terus memperhatikan bagian lainnya. “Bang Danu membangunkan tidurku dengan panik hanya untuk menyuruhku pergi dengan membawa stempel ini! Sepertinya ini benda yang cukup penting. Aku harus menyimpan benda ini seaman mungkin, sampai aku mengetahui fungsi dan seberapa pentingnya stempel ini,” ujarku. Dan saat ini, aku sedang memperhatikan wajah pria yang sudah dua kali sadarkan diri dan dua kali pula aku bius. Aku mendapat obat bius dari lemari Bang Danu. Bang Danu bilang, dia sering menggunakan obat bius untuk melemahkan lawannya yang ingin menyerang Tuan Bara. Aku juga sudah mengikat kedua tangan pria ini dengan dasi Bang Danu. Tadinya aku ingin menggunakan borgol, tapi aku merasa seperti seorang kriminal kelas kakap jika harus menggunakan borgol. Pria ini juga aku baringkan di lantai kamar Bang Danu karena aku tidak mau tempat tidur Bang Danu kotor terkena pakaiannya yang kotor karena aku seret semalam. Aku meraba semua bagian tubuh pria itu untuk mencari tahu sekaligus memastikan apa pria ini benar Andra Prayoga atau bukan. Tanganku berhenti ketika merasakan ada benda yang cukup tebal di saku bagian belakang. Aku segera mengambil benda itu yang aku yakin adalah sebuah dompet. “Benar, dia Andra Prayoga, orang yang Bang Danu perintahkan untuk aku cari,” ujarku saat membaca kartu identitasnya. “Dia orang baik atau jahat? Apa aku bisa memanfaatkan dia untuk masuk ke dalam keluarga Prayoga?” Aku kembali memperhatikan pria yang ternyata bernama Andra dengan seksama, sambil berpikir alasan apa yang bisa membuat dia membawaku ke dalam keluarga Prayoga, hingga akhirnya dia menunjukkan pergerakan. “Dia sadar lagi!” pekikku. "Aku harus Apa ini? kenapa dia harus sadar saat aku sedang berpikir? kenapa tidak nanti saja?" gerutuku. Aku segera berdiri dan berlari ke lemari Bang Danu untuk mengambil obat bius yang sudah dua kali aku gunakan dan langsung aku tuangkan ke tissue yang ada di meja nakas. "Jangan lakukan lagi!" cegas Tuan Andra yang sepertinya sudah tahu apa yang aku lakukan padanya. Tapi aku butuh waktu untuk berpikir dan menyusun rencana. Jadi, aku mengabaikan larangannya dengan kembali membekap mulutnya menggunakan tissue yang ada di genggaman tanganku hingga dia pingsan kembali. "Maaf, Tuan, Anda bangun di saat aku belum menyusun rencana, jadi aku terpaksa membiusmu lagi," ucapanku saat Tuan Andra tidak menunjukkan pergerakan. Setelah itu, aku keluar dari kamar Bang Danu menuju dapur untuk menyeduh s**u coklat sembari berpikir. hal yang biasa aku lakukan. "Apa yang harus aku lakukan agar dia bisa membawaku dalam lingkungan keluarga Prayoga untuk waktu yang lama? Apa aku harus pura-pura menjadi korban pemerkosaan yang dilakukan olehnya selama aku menyekap dia? Lalu aku meminta pertanggung jawaban untuk segera dinikahi. Setelah dendamku terbalas, aku pergi begitu saja," pikirku sambil sambil menatap s**u coklat favoritku. "Ah, tidak, tidak. Suami istri itu harus berhubungan badan, bagaimana jika di tengah rencanaku, aku hamil anaknya dan dendamku harus tertunda?" Aku menggelengkan kepalaku, merasa geli sendiri. "Aku tidak boleh memperlambat waktu hanya karena kehamilan! Lagi pula aku hanya ingin menikah dengan Kak Bi, bukan dengan dia atau siapa pun!" "Atau aku berpura-pura amnesia lalu mengaku sebagai tunangannya yang akan menikah satu tahun lagi? Dan akan epilepsi jika dia menolakku?" Aku menggeleng lagi saat aku menolak pikiranku sendiri. "Itu juga tidak bagus. Aku tidak bisa akting menjadi seorang yang menderita epilepsi. Kejang-kejangku kurang meyakinkan dan pasti tidak akan terlihat natural." "Apa aku harus mengaku-ngaku sebagai adik kandungnya yang dibuang sejak bayi dan kini datang untuk kembali berkumpul?" lagi-lagi aku menggeleng, menolak pikiranku. "Itu terlalu dramatis dan aku tidak mirip sedikit pun dengannya. Lagi pula, bagaimana jika dia ingin tes DNA dan aku terbukti bukan adiknya? yang ada aku pasti dijebloskan ke penjara dan tidak akan bisa membalas dendamku." "Lalu aku harus apa, jika ini tidak, itu tidak?" Aku membenamkan wajahku di meja yang beralaskan kedua tanganku karena putus asa pada otakku sendiri. "Bang Danu ... bantu otak bodohku ini berpikir," keluhku padan diri sendiri, seolah Bang Danu ada di dekatku. Aku terus menunduk selama sepuluh menit sambil memikirkan kenangan tentang Bang Danu yang pasti aku memelukku jika melihat aku kesusahan dalam berpikir seperti sekarang. Hingga tiba-tiba aku mendapatkan ide yang menurutku brilian. "Aku yakin dia pasti tidak akan menolak jasaku jika aku menggunakan belas kasihannya," ujarku *********
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD