bc

kontes Menulis Innovel II - All The Young

book_age16+
0
FOLLOW
1K
READ
friends to lovers
arranged marriage
goodgirl
drama
like
intro-logo
Blurb

Seorang wanita yang memiliki sifat Ekstrovert dan seorang pria yang memiliki sifat Introvert. Dua sifat yang sangat berlawanan namun harus tetap menjadi sepasang kekasih karena perjodohan yang dilakukan kedua pihak keluarga. Apakah mereka bisa benar-benar mencintai satu dengan yang lainnya? apakah mereka akan terbuka dengan status hubungan mereka kepada teman-temannya?

chap-preview
Free preview
Tidak Ada Jalan Lain
Anggun adalah seorang mahasiswi di salah satu perguruan tinggi. Dia hanyalah seorang siswi biasa, berasal dari keluarga sederhana, namun dia memiliki banyak teman. semua mahasiswa sangat menyukai Anggun, bukan hanya karena dia ramah, tapi Anggun juga sangat humoris dan terkadang sedikit konyol, jadi hal yang wajar bila banyak teman-teman yang suka dengan kehadirannya. Anggun mempunyai seorang sahabat bernama Hilda. Tidak seperti Anggun, Hilda merupakan seseorang yang sangat pendiam, pemalu, dan tidak mempunyai banyak teman. Anggun selalu melihat Hilda berpergian sendirian bahkan Hilda juga sering duduk di kursi belakang setiap mata pelajaran. Anggun merasa Hilda tidak pantas sendirian, karena Anggun paham, sendiri itu rasanya tidak enak. Mungkin ini yang menjadi faktor mengapa Anggun memilih berteman dekat dengannya. seperti biasa, setelah selesai kuliah Anggun dan Hilda keluar dari ruangan secara bersamaan. Anggun mengajak Hilda berlari kecil ke arah parkiran motor. Dengan senyum sumbringahnya, Anggun berlari lebih cepat dari Hilda, dia tanpa ragu langsung menuju ke salah satu motor milik temannya. Itu adalah motor milik Agus, dia membongkar kaca spion milik motor Agus, lalu memasangkan kembali namun dengan posisi tertukar antara kanan dan kiri. Anggun tidak dapat memasang spion itu dengan sempurna, namun seperti itu pun sudah membuat Anggun puas mengerjai Agus yang suka bertanya ketika Anggun sedang memaparkan presentasinya. Tidak sampai disitu, Anggun juga mengambil Tipex dari dalam tasnya lalu dengan sengaja menutupi tahun pajak di plat motor itu. Hilda hanya melihat tingkah sahabatnya itu sambil tersenyum. "TAPAK KUDA!!!" Suara jeritan itu membuat Anggun dan Hilda terkejut, ketika mereka menoleh ke belakang ternyata itu adalah suara Agus. Langsung dengan sigap Anggun menarik lengan Hilda sambil berkata, "lari.... si Behel datang" Sontak Hilda juga ikut berlari disamping temannya. Agus yang berniat mengejar mereka lalu mengurungkan niatnya karena sambil berlari Anggun sempat berkata, "Berani ngejar, ku bongkar rahasiamu" Sambil menahan emosi Agus hanya bisa menggarut kepalanya yang sedang tidak gatal. Ya, Agus memang mempunya rahasia dengan Anggun, dia pernah bercerita kalau dia memiliki rasa dengan Hilda namun dia tidak berani mengutarakan karena dia takut pertemanan yang sudah dia dan Hilda jalani bisa rusak. Dan hal ini menjadi senjata ampuh yang selalu digunakan Anggun. Dan untuk kesekian kalinya Anggun pulang dengan senyum puas setelah berhasil menjahili temannya. Sesampainya di rumah, Anggun melihat ada mobil yang terparkir di teras rumahnya. Dia tidak tau itu mobil siapa karena mobil itu belum pernah dia lihat sebelumnya. Anggun pun masuk ke dalam rumah, "Assalamualikum bun..." "Walaikumsalam nak. kebetulan, tolong ke sini sebentar nak" Terlihat bunda bangun dari kursi tamunya sambil merangkul lengan Anggun "Perkenalkan Aira, ini Anggun kita. Dulu terakhir jumpa giginya masih belum tumbuh ya kan?" sambil memegang pundakku, bunda berkata, "Nak, ini bunda kenalkan dengan teman bunda namanya tante Humaira, dulu kami satu tempat kerja. karena suami beliau pindah kerja jadi terpaksa kami juga harus pisah" "salam kenal tante" Aku julurkan tangan ku untuk bersalaman dengan tante Humaira. "waah, sudah dewasa sekali kamu. Dulu waktu kamu masih kecil tante dan ibu mu sering main bareng. kan dulu kita juga tinggal di komplek, jadi sering jumpa. belum lagi kalau tante di tinggal kerja sama si om, tante pasti langsung minta di antar ke rumah ibu mu." Tante Humaira bercerita dengan sangat antusias, namun Anggun tidak begitu tertarik dengan ceritanya. Dengan tubuh yang masih lelah tiba-tiba Anggun teringat akan tugas yang di berikan oleh dosennya, dan Anggun pun pamit dari reunian kecil tersebut. Sesampainya di kamar Anggun langsung melemparkan tasnya ke samping tempat tidur, dan dia pun menghempaskan tubuhnya di atas kasur. Setelah menaarik nafas yang panjang, Anggun pun mengambil ponselnya yang di simpannya di dalam saku celana. Tak lama terdengar suara seorang pria mengucapkan salam dan suasana pun kembali ramai pada reunian kecil tersebut. Anggun tidak dapat jelas mendengar percakapan mereka, namun tiba-tiba pintu kamar Anggun terbuka. sosok ibunya berdiri di depan pintu sambil tersenyum ibunya berkata, "Keluar sebentar yuk, Anak tante Humaira datang tuh. yuk kenalan" Anggun hanya menatap ibunya dengan posisi tangan masih memegang ponsel. Tanpa menunggu jawaban dari anak semata wayang tersebut, ibunya langsung menarik tangan anggun anggun dan tak lupa ibunya sedikit merapikan rambut anaknya sambil tersenyum. Anggun pun keluar kamar dengan ibunya. Tak di sangka ternyata anak tante Humaira adalah Haikal, Anggun kenal dengan pria tersebut. Sebelum ibunya atau pun tante Humaira berkata, Anggun langsung buka suara, "Haikal? iya kan?" Haikal pun mengangguk dengan senyum terhadap pertanyaan Anggun barusan. Sebenarnya Anggun tidak terlalu dekat dengan teman kulianya tersebut karena seingat Anggun temannya ini bukanlah seseorang yang mau berbaur di keramaian. Namun bukan berarti dia pemalu, dia hanya lebih suka menyendiri dan hanya berbicara ketika lawan bicaranya yang mulai duluan dan tidak pernah berbaur ke kantin bila mata kuliah selesai. Hal ini jelas sangat jauh berbeda dengan Anggun yang suka dengan keramaian. "wah, ternyata anak kita sudah saling kenal kak. Dari aromanya kita gak bakalan kerepotan supaya mereka bisa dekat" dan sambil tersenyum tante Humaira pun hanya menjawab, "syukurlah kalau begitu" "Eh, kalian bagusan ngobrol di tempat lain deh. Ajak Haikal ngobrol di teras aja nak. kalau kalian duduk di sini, entar kalian ngobrolnya jadi gak bebas" Anggun langsung menuruti perintah ibunya dan mengajak Haikal untuk duduk mengobrol di teras depan rumahnya. Sesampainya di teras, Anggun mencoba menjadi tuan rumah yang baik dengan cara menawarkan minuman, "mau teh atau kopi?" "terserah deh" "yaudah, air putih aja ya! biar praktis. hehehe... lapar gak? di dapur ada makanan. mau makan?" "makanan apa?" "ya maunya apa dulu nih, entar kalau gak ada di rumah biar aku beli deh. Mau makan apa?" "aku mau makanan ringan aja deh" Anggun pun menarik nafas dengan dalam lalu berkata, "Oksigen, Karbon dioksida, kapas, nah itu ringan semua, mau yang mana Kal?" Haikal pun tertawa mendengar jawaban dari Anggun. Sadar bahwa teman perempuannya sudah sedikit emosi, Haikal pun mengubah jawabannya "gak usah deh, minum aja biar lebih praktis lagi" Anggun pun langsung tersenyum sembari berkata, "cakep!!! emang udah haus berat ya?" Haikal pun tertawa lagi, sadar terhadap maksud temannya yang memang nampak ogah untuk ke dapur, Haikal pun menjawab "Sumpah aku gak haus lagi kok" "serius?" "iya, lagian entar kalau aku haus aku bakalan ambil sendiri ke dapur" Setelah percakapan kecil yang terjadi, tak lama tante Humaira keluar dengan ibunya dan mereka pun berpamitan. malam harinya, ibu Anggun masuk ke kamar Anggun dan duduk di tepi tempat tidur. Ibunya menunduk lalu berkata, "Nak, di hari ulang tahun bunda besok, sekali dalam seumur hidup bunda boleh minta sesuatu gak?" "Bunda mau apa?" "Bunda mau kamu menikah dengan Haikal" Sontak perkataan ibunya tersebut membuat Anggun kaget. dia menanyakan atas dasar apa ibunya meminta hal yang paling awam tersebut. Bagi ibunya ini bukan hanya permintaannya tapi juga Almarhum bapaknya. "Dulu papi mu satu kantor dengan bapaknya Haikal, Rumah kita satu komplek, bahkan kamu dan Haikal di lahirkan di Rumah sakit yang sama, cuma beda hari. Bagi papi mu, om Rudi sudah seperti adiknya sendiri. Bahkan dulu waktu kamu masih bayi, om Rudi sudah pernah meminta kamu kelak suatu hari untuk menjadi menantunya. Papi mu senang sekali waktu itu, bahkan setelah kejadian itu, papi mu selalu memanggil om Rudi dengan sebutan baisan. Kalau kamu keberatan, bunda tidak memaksa, tapi pernikahan kamu dan Haikal adalah sesuatu yang sudah lama papi kamu inginkan. Bunda sudah berumur nak, bunda tidak bisa selamanya menjaga mu. Bila kamu ditangan yang tepat, Insyaallah tidak hanya bunda, tapi papi mu juga akan tenang. Kamu pikirkan lagi nak, semua keputusan di tangan kamu." Setelah ibunya keluar, Anggun hanya terdiam. Dengan gaji yang di peroleh ibunya sekarang dia tidak akan mampu untuk menamatkan kuliahnya. Ditambah dengan faktor usia ibunya yang sudah tidak muda lagi. Anggun bukan tidak mau membantu untuk bekerja, namun di jantungnya sudah tertanam Ring, dimana dokter sangat menganjurkan untuk menjaga pola makan dan melarang Anggun untuk melakukan aktifitas yang berat. bahkan tidak jarang Anggun susah bernafas bila sudah terlalu lelah. malam itu Anggun sadar, bahwa tidak ada jalan lain!

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

B̶u̶k̶a̶n̶ Pacar Pura-Pura

read
155.8K
bc

FATE ; Rebirth of the princess

read
36.0K
bc

Sentuhan Semalam Sang Mafia

read
188.5K
bc

Rise from the Darkness

read
8.5K
bc

Rebirth of The Queen

read
3.7K
bc

DIHAMILI PAKSA Duda Mafia Anak 1

read
40.8K
bc

TERNODA

read
198.6K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook