-3-

639 Words
Sabtu pagi. "Habis latihan mau ke mana?" tanyaku ketika Syuja menelepon. "Di kampus aja, ada koordinasi sama senior buat acara nanti malam." "Jadi mau di kampus sampai malam??" "Hmmm." "Emang nanti malam ikut tampil?" "Nggak, cuma lihat." "Mau lihat siapa?" "Yang tampil." "Iyaaa, siapa?" "Cemburuin siapa?" "Dih, siapa yang cemburu??" "Terus?" "Cuma nanya aja, nggak boleh??" "Boleh." "Terus siapa??" "Nggak ada." "Bohong!" "Nggak ada Ai'," sanggah Syuja dengan nada tetap tenang sejak awal, "tadi sarapan pakai hati lagi?" "UCHAAA!!" Rengekanku malah dibalas dengan dengkusan geli. Bisa kubayangin bagaimana ekspresi jahil Syuja. "Cuma bantu ngawasin, acaranya sampai malam soalnya." "Emang kenapa kalau sampai malam??" "Yang datang bukan cuma anak jurusan, jadi jaga-jaga aja." "Kalau misal aku lagi di rumah, boleh ikut lihat?" pancingku penasaran. "Enggak." "Kok enggak??" Keningku refleks mengernyit dengar jawaban singkat Syuja. "Mau lihat apa?" "Acara musiknya lah!" "Nggak boleh." "Kenapa??" "Aku pernah bilang, nggak akan bawa kamu ke kampus." "Iya, tapi kenapa??" "Pokoknya nggak boleh." Nadanya kali ini terdengar tegas. "Meski aku kangen, terus mau nyusulin kamu ke kampus karena kalau nunggu kamu selesai acara, artinya harus nunggu seharian, tetep nggak boleh juga????" Syuja diam tak menjawab. "Beneran nggak boleh??" "Kamu sarapan pake hatinya dikasih formalin?" "Hah???" "Kangen semalam kenapa masih awet?" "UCHAAA!! Nggak seneng dikangenin???" rengekku dengan pipi terasa panas. "Dimasukin freezer kangenmu?" "Bercandaanmu nggak lucu!!" "Siapa yang bercanda?" tanyanya, "emang kamu dengar aku tertawa?" Kali ini aku mendengkus kesal. Dia selalu bisa menggodaku meski kalimatnya selalu diucapkan dengan nada datar. "Ada acara apa hari ini?" "Nggak ada." "Di kos aja?" "Hmmm." "Malam juga?" "Tergantung. Kalau ada yang ngajak keluar, mungkin keluar juga." "Siapa?" "Nggak tahu." "Mau keluar sama siapa?" "Kan aku bilang 'kalau ada' Cha." "Tapi ngarep ada yang ngajak keluar kan?" "Enggak!" "Ngarepin siapa emang?" Aku menarik nafas dan menghembuskannya pelan. Kalau lagi irit ngomong, beneran dia super irit. Tapi kalau lagi nanya-nanya, modelannya tak jauh beda seperti Luthfi. Pertanyaannya akan terus berlanjut sampai dapat jawaban yang dia mau. "Temen seangkatanmu?" "Nggak!" "Senior??" "Nggak, Uchaaa." "Ya udah," jawabnya singkat. "Segitu doang nanyanya??" "Kan kamu bilang enggak." "Udah nggak romantis, nggak cemburuan pula," gerutuku untuk kesekian kali. "Kata siapa?" "Kataku barusan!" "Sok tahu." "Bukan sok tahu, tapi emang faktanya gitu! Oke, kamu nggak romantis aku bisa maklum, tapi kamu juga nggak cemburuan dan itu benar, kamu mau nyangkal pakai alasan apa?" Syuja diam tak menjawab kalimat panjangku. "Bener kan berarti, kamu emang nggak cemburuan! Waktu kamu ke Jogja, kukenalin ke temen sama senior aku yang cowok, kamu biasa aja. Waktu aku cerita salah satu dari seniorku itu naksir aku juga kamu biasa aja." "Karena aku tahu, mereka cuma cowok yang langsung berhenti setelah kamu tolak, nggak akan berani berbuat lebih," jelasnya. "Kamu yang sok tahu sekarang!!" Aku mendengar Syuja menarik nafas pelan. "Kalau aku nggak cemburu, aku akan biarin kamu datang ke kampusku." "Apa hubungannya??" Keningku kembali mengernyit karena ucapannya. "Lingkungan anak teknik sama non-teknik itu beda." "Terus??" "Aku tahu sebagian besar kelakuan cowok-cowok di lingkunganku. Mereka nekat, aku nggak mau kamu ada di sekitar mereka." Setelah itu kami sama-sama diam. Aku diam karena sedikit terkejut dengan pengakuan Syuja, sedangkan Syuja ... dia memang seperti ini. "Mmm, latihannya jam berapa?" tanyaku memecah keheningan. "Sebentar lagi." "Udah pada datang?" "Baru beberapa." "Bintang sama Luthfi?" "Belum datang." "Koordinasi sama seniornya jam berapa?" "Habis latihan." "Iya, jam berapa?" "Jam 10an mungkin." "Lama?" "Tergantung." "Koordinasinya di kampus??" "Hmmm. Kenapa?" "Enggak." Setelah itu kami kembali sama-sama diam. Dulu aku sempat merasa canggung kalau kami sama-sama diam waktu teleponan, tapi lama-lama aku terbiasa. "Aku latihan dulu," pamit Syuja setelah beberapa saat. "Oke, have fun." "Assalamu'alaikum." "Wa'alaikumsalam." Setelah itu sambungan terputus. Aku menatap layar ponsel sambil memikirkan sesuatu. Selama beberapa saat, aku berdebat dengan diri sendiri tentang apa yang akan aku lakukan. Aku bahkan sampai berkali-kali meyakinkan diri sendiri untuk tetap melakukan rencana siang ini ... ... memberi Syuja sedikit kejutan. ***
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD