Wanita simpanan l

1545 Words
Rania tersenyum getir saat supir menjemputnya di hotel. "Mas Hamka-nya mana Pak?" tanya Rania. "Mas Hamka-nya ada urusan jadi nyuruh Saya jemput Mbak aja." jawabnya. Rania tersenyum getir karena Hamka bukan ada urusan melainkan memang tak mau menjemput dirinya. Rania benar-benar menyesal karena dulu dia termakan bujuk rayu mantan kekasihnya. *** Lima tahun silam... "Ayolah Ran, kamu cintakan sama aku. Buktikan dong kalau kamu cinta." "Aku takut Di, gimana kalau aku hamil." "Kamu gak bakalan hamil, Ran. Tenang aja, aku udah bawa pengaman ko. Ayolah aku sudah tak tahan." Rania hanya diam saja saat kekasihnya Andi, mulai mencumbu dirinya. Bahkan dia yang awalnya menolak kini terbuai dengan sentuhan Andi. "Kamu bakalan nikahin aku kan Di." "Buruan Ran, aku udah gak tahan." "Janji dulu, kamu gak bakalan ninggalin aku kan." "Iya, buruan." Rania hanya bisa meremas seprei dengan air mata yang mengucur saat Andi menerobos tubuhnya mengambil sesuatu yang berharga dalam hidupnya. "Aku cinta sama kamu Ran." ucapnya di sela kegiatan. Rania yang kini sudah mulai terbiasa pun mulai mengeluarkan suara nakalnya membuat Andi semakin bersemangat. Janji-janji pernikahan mulai tersusun rapih, bahkan Rania tak malu meminta lebih dulu jika ingin berhubungan. Manisnya masa pacaran membuat Rania lupa kalau jodoh siapa yang tau. "Kamu kapan mau nikahin aku Di, kita udah lulus sekolah. Katanya kamu janji setelah lulus bakalan nikahin aku." ucap Rania sambil mendorong Andi, hingga laki-laki itu tumbang ke samping. "Nanti, aku bakalan nikahin kamu ko." "Nanti itu kapan, kamu selalu saja bilang nanti tapi sudah hampir satu tahun kita lulus sekolah kamu masih aja belum ngasih ke pastian." Rania begitu kesal karena semua janji manis Andi tak ada yang terwujud. Andi yang terus di desak pun begitu kesal. "Emang kamu pikir biaya nikah itu pake daun apa, hah." bentaknya. Mata Rania berkaca-kaca menerima bentakan dari Andi. "Kenapa kamu ngomong gitu sekarang, kalau kamu tau biaya nikah mahal. Harusnya kamu juga gak nyentuh aku sampai lebih seperti ini." bentak Rania dengan air mata. "Ckk!! Nyatanya kamu juga sukakan, bahkan kamu juga sering minta sama aku. Sudahlah kita putus saja, aku males punya pacar kaya kamu, nikah-nikah aja ." ucap Andi sambil merapihkan bajunya lalu pergi meninggalkan Rania begitu saja. Tangis Rania langsung pecah, dia menutupi tubuhnya yang sudah tak berbusana. Rania menatap kosong, karena sekarang masa depannya sudah hancur. "Galau mulu lu, kenapa. putus sama si Andi." ucap Salsa sambil menyesap rokoknya. "Dia mutusin gue." jawab Rania lesu. "Hahaha Rania-rania, gitu aja lo galauin. lo tuh cantik bisa dapetin yang lebih dari pada si Andi. Mending lo ikut gue, nanti gue kenalin ke orang-orang berduit." ucap Salsa sambil menarik Rania kedalam club malam yang begitu banyak orang-orang sedang berjoget. Rania yang baru pertama kali datang pun merasa risih, apalagi saat Salsa duduk di antara laki-laki tua. "Ini Om, dia temen aku. baru putus cinta." ucap Salsa sambil cekikikan. Om-om dengan perut gendut pun melirik ke arah Rania dengan tatapan minat. "Atur, aku ingin kencan dengannya." "Siap, bisa di atur." "Ran, lo temenin dulu om ini ya. kalian ngobrol -ngobrolah dulu. Gue mau ke toilet dulu ." ucap Salsa, Rania pun hanya mengangguk tanpa rasa curiga sedikitpun. "Minumlah." "Tidak om, Saya tidak minum alkohol." jawab Rania. "Hahaha, siapa nama kamu?" tanyanya. "Rania, Om." "Saya Bram, kamu sangat manis Rania. Haha." Rania hanya meringis mendengar suara laki-laki di depannya, dia terus saja mencari salsa namun salsa tak kunjung datang. "Minumlah, ini hanya jus. bukan alkohol." ucap Bram lagi. Rania yang haus pun meminum jus tersebut tanpa rasa curiga sedikitpun, perlahan matanya mulai mengantuk. 'Apa ada yang salah' *** Pagi-pagi sekali Rania mendatangi rumah Salsa. "Wih ada apa ini, pagi-pagi udah datang." ucap Salsa santai. "Maksud kamu apa Sa, kamu jual aku." bentak Rania tak terima. "Ya ampun Ran, aku kira ada apa. Kamu udah dapat bayarannya." ucap Salsa santai. Rania menggelengkan kepalanya tak percaya pada sahabat sekaligus temannya itu. "Ya ampun Ran, kaya lo masih perawan aja. Gak usah galau kali, dari pada lo kasih ke si Andi secara cuma-cuma dan modal janji manis aja mending ini. Lo dapat enak, dapet duit lagi. Udahlah gak usah lebay kaya gitu, nanti juga lo jadi ke enakan ." Rania tak percaya dengan ucapan sahabatnya itu, namun apa yang Salsa ucapakan itu benar. Rania yang awalnya tak terima pun kini terbiasa, dia setiap malam akan ke club malam untuk menghabiskan malam yang panjang dengan om-om berduit, dia bahkan tak perduli kalau laki-laki itu beristri atau tidak yang penting dia mendapatkan uang. "Mulai sukakan lo." sindir Salsa yang duduk di samping Rania. "Ya gimana, kalau omongan lo bener ." ucapnya sambil menghitung uang hasil semalam. "Bolehlah gue di traktir." "Hatu, gue juga pengen beli beberapa lingerie buat malam." ucap Rania. Dengan semangat Salsa pun mengekori Rania. Rania sudah tak memperdulikan lagi Andi yang pergi setelah mengambil kesuciannya, toh bukannya sekarang sudah zamannya seperti itu. dia tinggal mencari saja laki-laki yang mau menerima dia apa adanya. Berhubungan seks di zaman sekarang tanpa status bukan lagi hal yang wah karena sudah zamannya, bahkan sebelum menikah mereka dp terlebih dahulu. Rania berkeliling mencari apapun di mall, dia bahkan tak pusing tak punya uang karena atmnya kembung. Dia bisa mendapatkan dan membeli apapun dengan hasil uang melendirnya, Rania begitu bodoh karena pernah menggalaukan Andi kalau nyatanya dia begitu menikmati hidupnya sekarang. "Lo malam ini mau pergi sama siapa?" tanya Salsa. "Gak tau, soalnya yang pesen gue anonim gitu. Terus biodatanya juga gak bisa di lihat. Apa orang penting ya." ucap Rania sambil memilih baju. "Bisa jadi sih, biasanya kalau gak pengusaha ya pejabat." jawab Salsa. "Haha gapapa deh, semoga aja malam ini bayaran lebih gede." sahut Rania. Mereka pun terkekeh bersama, Rania bahkan tak canggung menjawab ucapan Salsa. Setelah berbelanja mereka pun pulang ke rumah masing-masing, Malam ini Rania harus tampil cantik. Sebelum pergi Rania pun menuju ke salon terlebih dahulu untuk melakukan perawatan luar dan dalam. *** Rania memejamkan matanya setelah mendapatkan pelepasannya. Dia begitu senang karena malam ini kliennya masih muda dan gagah, pantas saja biodata sangat sulit di temui. "Ini bayaranmu," ucapnya sambil menyodorkan cek pada Rania. Mata Rania membulat sempurna saat melihat jumlah uang yang dia terima malam ini. 'Apa gue gak salah liat' Malam panas dan indah itu tak berakhir sebentar karena kliennya kembali meminta di puaskan oleh Rania. Rania si kupu-kupu malam yang sangat cantik, siapa yang keberatan membayar mahal Rania. Malam-malam indah tak berkahir satu malam saja karena keesokannya Rania kembali mendapatkan klien itu memesannya lagi. Tentu saja Rania senang, karena bukan hanya wajahnya yang tampan tapi bayarannya yang mahal. Jujur Rania mulai tumbuh getaran di dalam dadanya, dari sekian banyaknya klien hanya laki-laki ini yang menggetarkan jantungnya. "Aku tidak ingin di bayar, aku ingin kamu." ucap Rania, membuat kegiatan mereka berhenti. "Apa maksud mu." "Aku mencintaimu, " Dengan wajah marah laki-laki itu langsung menarik tubuhnya, lalu memakai bajunya. "Kamu itu hanya wanita bayaran, jangan bermimpi lebih. Ckk!! dasar menjijikkan." Rania hanya diam saja saat laki-laki itu mencaci maki dirinya sambil melemparkan uang. Rania sadar kalau dirinya salah, tapi apa cinta bisa di salahkan akan berlabuh kemana. Keesokan harinya Rania melihat televisi, ternyata laki-laki yang selalu tidur dengannya beberapa hari terakhir ini adalah seorang pengusaha kaya raya yang istrinya baru saja melahirkan. "Ckk!! Apa laki-laki begitu tak sabaran." Rania menangisi kebodohan. Dia langsung mematikan sambungan tv, setelah malam itu tak ada lagi laki-laki itu datang. Malam-malam Rania kembali gelap, dia semakin menggila dengan menerima beberapa klien dalam satu malam. dia meluapkan segala kekecewaan dalam hidupnya yang tak pernah berakhir baik. Bahkan malam ini dia sedang menghabiskan waktu dengan seorang pejabat daerah. "Kamu sangat cantik," ucapnya sambil mengusap kepala Rania. "Oh ya, Apa istri Om gak marah kalau Om menghabiskan waktu sama aku." "Hahaha tentu saja tidak, kecuali kamu datang dan memberitahunya." ucapnya sambil terkekeh. Laki-laki itu pun kembali mencumbu Rania, bagi Rania sekarang uang adalah tahta tertinggi di hidupnya dan tak ada adalagi yang paling membahagiakan dari apapun yang ada di dunia ini. *** "Seneng bener ya sekarang auranya, padahal beberapa bulan lalu galau, mewek-mewek." sindir Salsa. "Iyalah, oh iya. gue cabut dulu ya mau shopping sama sugar daddy gue." ucap Rania. "Okelah yang punya sugar Daddy." Rania mengambil tasnya, dia tersenyum cerah melihat mobil mewah yang sudah terparkir indah di depan kosannya. "Selamat siang, Om." "Siang, ayo masuk Sayang." Rania langsung masuk ke dalam mobil, dia begitu senang karena jika ingin memakai mobil mewah seperti ini cukup modalkan saja tubuhnya tak perlu bekerja keras. Rania di bawa ke salah satu mall terkenal di sana, dia seperti tak punya urat malu saat bergandengan dengan Pejabat daerah bertubuh buncit itu. "Aku mau itu." tunjuknya pada tas mewah. "Ambil apapun, tapi jangan lupa ya." ucapnya berbisik genit, Rania pun tersenyum lalu mengambil tas, baju dan barang mewah lainnya. "Sudah Om." ucap Rania. Mereka pun berjalan untuk mencari makan terlebih dahulu sebelum cek in menuju hotel. "Papah." teriak wanita yang umurnya sepertinya tak berbeda jauh dengan pejabat daerah itu. "Haduh mampus." gumamnya pelan. Belum sempat Rania bertanya, rambutnya sudah di jambak dan pipinya di tampar. "Dasar wanita penggoda." "Mah udah Mah," ucapnya menenangkan sang istri. "Tenang kata Papah, pantes saja Papah selalu sibuk. Ternyata sibuk dengan selingkuhan Papah ya." "Papah gak selingkuh Mah, Papah aja gak kenal," Mata Rania melotot tak percaya karena dirinya di sudutkan, tapi pembelaan dirinya kalah cepat dengan ucapan sang pejabat itu. "Sana pergi, saya punya istri."
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD