Rania sedang memainkan hpnya, meskipun di usir saat di mall tapi mereka tetap saja berhubungan.
Bahkan Rania sudah di transfer uang dua puluh juta untuk membeli tas incarannya.
"Seneng banget kayanya ya." cibir Salsa, kontrakan mereka yang bersebelahan membuat Salsa leluasa masuk ke dalam kontrakan Rania.
"Iyalah, mau beli tas baru gitu loh." sahut Rania senang.
"Emang masih sama si pak pejabat?" tanya Salsa.
"Masihlah, barusan saja dia baru aja ngirim gue uang." sahutnya.
"Enak bener deh ah simpenan pejabat, tapi lo juga harus hati-hati ya."
"Iya lo tenang aja, lo gak ada kelas Sa?" tanya Rania sambil beranjak dari duduknya.
"Ada sih, tapi aga siangan."
"Oh, yaudah gue mau ke kampus duluan ya. bye-bye."
Rania pun keluar dari kontrakan, di depan gerbang sudah ada mobil mewah yang terparkir indah .
Rania langsung masuk ke dalamnya.
***
Sesampainya di kampus, banyak sekali mata keranjang yang memandangnya. Siapa yang tak terpesona.
Rania begitu cantik dengan tubuh montok di beberapa bagian tertentu.
"Kiww, Rania minta nomornya dong."
"Iya dong cantik, minta nomor Wa-nya."
Rania hanya diam tak menanggapinya, tapi dia mengulas senyum membuat semua teman kampusnya menjadi riuh.
"Ckk dasar, gitu aja sampe heboh."
Rania pun langsung masuk ke dalam kelasnya, sebenarnya dia sangat malas kembali belajar. Tapi setidaknya dia tetap harus memiliki gelar, dia akan membuktikan pada kedua orang tuanya kalau dirinya mampu.
Tak lama dosen pun masuk, dosen tersebut langsung memberikan tugas. Hal yang Rania sangat tidak sukai.
Tapi tenang saja, dia bisa mendapatkan nilai bagus tanpa tugas yang menyebalkan.
"Rania, tolong bawa buku-buku ini ke ruangan saya." ucap sang dosen.
Rania pun beranjak dari duduknya, dia pun langsung membawa buku tersebut ke dalam ruangan sang dosen.
"Pak ifan kemana? ko gak ada sih."
grep..
Rania hampir saja berteriak jika sang dosen tak bicara.
"Kamu cantik banget sih Sayang." bisiknyanya manja.
"Kamu bikin kaget aja sih." rajuk Rania, dia memutar tubuhnya lalu mengalungkan tangannya pada sang dosen.
Tak ada yang tau kelakuan Rania jika saja Ifan tak melihat Rania di klub malam. Malam itu, hingga membuat hubungan gelap mereka berlangsung sampai sekarang.
Ifan yang sudah bernafsu sedari tadi melihat Rania pun langsung melumat bibir merah yang sedari tadi terus menggodanya.
Rania mendorong Ifan, hingga laki-laki empat puluh tahun itu duduk di sofa.
Rania membuka kancing kemejanya, gerakan mereka begitu cepat hingga ifan kini sudah tak berbusana dan hanya memakai celana dalam saja.
Rania tersenyum nakal sambil berjongkok, bukankan sangat mudah jika ingin mendapatkan nilai yang bagus.
Rania tersenyum melihat wajah penuh nafsu ifan, yang kini mengerang nikmat.
"Ahh Rania, kau selalu membuatku puas."
Tentu saja di puji seperti itu dia menjadi senang, Rania semakin menenggelamkan wajahnya di pangkal paha Ifan.
Istri Ifan yang sudah tak muda lagi membuat laki-laki itu mencari daun muda untuk tetap memuaskan hasratnya yang masih terus mengebu .
Ifan menarik Rania, kini giliran dirinya yang memberikan rangsangan pada Rania.
Ifan membuka baju Rania namun tak sampai toples, Ifan langsung menyusu ke arah dua bukit kembar yang selalu menantangnya.
Rania begitu menikmati sentuhan-sentuhan dari Ifan, dia bahkan tak menghiraukan panggilan dari hpnya yang terus saja berbunyi.
***
Setelah hampir satu jam, Rania merapihkan penampilan yang sedikit berantakan.
Ifan tersenyum puas ke arah Rania, rasanya rasa sakit kepalanya langsung hilang.
"Pak Ifan, aku kan mau pergi sama temen aku. Jadi telatkan." omelnya sambil memoles lipstik di bibir tipisnya.
"Tapi kamu sukakan." ucapnya.
Rania berdecak sebal, namun dia tak lagi marah saat Ifan mengatakan akan menambah uang jajan Rania.
"Jangan marah dong, Saya sudah teranfer buat jajan kamu."
"Makasih ya Sayang." Rania yang sudah rapih pun langsung mengecup pipi Ifan.
Rania pun langsung keluar dari ruangan tersebut.
deg..
Jantungnya terpompa dengan cepat, namun buru-buru dia pun memberi hormat sebelum pergi.
"Selamat siang Bu Maya, mau nyari pak Ifan ya. Beliau ada di dalam, mari Saya duluan." ucap Rania sambil berlalu.
Orang yang di sebut Maya itu pun melihat ke arah Rania sampai wanita itu pergi lalu, dia pun masuk ke ruangan suaminya.
Untungnya Ifan susah rapih sehingga tak menimbulkan curiga.
"Abis ngapain mahasiswi kamu Mas?" tanya Maya ketus.
"Oh itu, abis nyerahin tugas. Sini Sayang. Aku kangen." ucapnya sambil merentangkan tangannya.
Maya yang cemberut pun langsung tersenyum, inilah yang dia suka dari suaminya.
"Aku juga kangen Mas, ini aku juga bawa bekal buat kamu." ucapnya.
"Wah kebetulan aku juga lagi lapar."
Maya dengan senang hati langsung membuka rantang makanan yang di bawanya lalu menyajikannya untuk sang suami.
Ifan makan dengan lahapnya, sepertinya dia benar-benar lapar setelah bekerja ya 'Bekerja'
Maya pun langsung kembali pulang setelah mengantarkan makan siang suaminya.
Sedangkan Rania, dia sedang berkeliling di mall sendirian karena Salsa yang ada jam kuliah siang ini.
dia bahkan sudah berganti baju, bahkan sudah mandi.
Tak lupa dia juga merawat organ intimnya agar selalu legit.
"Kayanya gue kudu beli beberapa lingerie deh." gumamnya saat dia berada di toko baju tidur.
Rania memilih beberapa lingerie seksi, tentu saja semuanya berwarna merah karena laki-laki suka bernafsu jika sudah memakai baju seksi berwarna merah.
Setelah membayar, Rania pun langsung pulang karena dia sudah sangat lelah.
***
Rania tersenyum senang melihat pesan singkat dari sugar Daddynya setelah hampir dua Minggu ini sibuk dengan urusan negara.
Bagaimana tak senang, karena uang yang dia dapatkan lebih banyak dari yang lain.
Dengan cepat Rania membersihkan tubuhnya, dia bahkan memakai wewangian agar bisa tampil sempurna.
Tak lupa dia juga memakai lingeri di balik dress-nya.
"Udah sempurna," Rania pun langsung menghentikan taksi, dia menuju hotel yang akan di tujunya malam ini.
Dia sudah bisa membayangkan berapa uang yang akan dia dapatkan malam ini, dia bahkan tak menghiraukan hpnya yang terus saja menyala saking senangnya akan bertemu dengan bank berjalannya.
"Mbak, kamar 08 di mana ya?" tanyanya.
"Ohh Mbak cukup lurus saja lalu belok kanan."
"Oh oke, makasih Mbak."
Rania langsung menuju kamar yang sudah di tunjukkan oleh resepsionis tersebut. wajahnya yang senang tak bisa di sembunyikan.
"Ceklek"
"Sayang." panggil Rania manja, namun kamar yang gelap membuat dia sulit melihat isi di dalam hotel tersebut.
Rania mengerutkan keningnya, meskipun begitu dia pun menutup pintu lalu menguncinya.
tak..
Lampu pun menyala, Rania semakin heran karena orang di dalam bukan orang yang di carinya.
"Ehh Maaf, sepertinya saya salah masuk kamar."