17. Aku mohon siapa saja tolong aku!

1059 Words
Saat Ren keluar dari rumah Arisa, kondisinya sudah tidak terkendali lagi. Kepala pusing yang terasa berat, mata rabun dan berkunang-kunang. Napas Ren juga terasa sesak dan sedikit tercekat. Begitu pula dengan tubuhnya yang masih gemetar karena terkejut akan kejadian yang tak terduga. Untuk berdiri tegak pun Ren sudah tidak bisa lagi. Ia hanya bisa menyeret kedua kakinya untuk melangkah. Segala perasaan Ren bercampur menjadi satu. Lalu, ia yang tidak tidur semalaman itu juga membuat segala konsentrasinya pecah. Sehancurnya hati dan pikiran Ren. Ren sama sekali tidak menyangka apa yang akan ia hadapi kemudian. Tiba-tiba saja ada tiga orang yang bertubuh besar mendekatinya. Menatap tajam ke arah Ren dan terus memojokkan Ren dengan mengepungnya. "Ka-kalian mau apa?" Merasa hal yang mengganjal dan tidak nyaman. Ren pun memberanikan diri bertanya pada mereka dengan sisa keberaniannya. "Kalian mau ngapain?" "Kenapa kalian melakukan ini?" Tak ada jawaban dari mereka, yang mereka lakukan hanya terus mengerubungi Ren hingga jarak antara Ren dan orang-orang asing itu kian mendekat, nyaris tak lagi memiliki jarak dan Ren benar-benar sudah terpojok. "Hei.. Apa yang kalian lakukan?" Teriakan Ren parau karena sejatinya ia juga sudah kelelahan dan terlalu banyak kejadian mengejutkan yang terjadi. Sehingga Ren sendiri kesulitan untuk mengendalikan tubuhnya. Ketiga orang itu sudah mengepung Ren, tanpa kata dan aba-aba mereka pun mulai menerkam Ren. Untungnya, Ren yang biasa hidup keras di jalanan mampu menghindari kepungan itu. Ia bisa bertahan dengan melawan para pria kekar itu. "Apa yang kalian mau dariku?" "Siapa sebenarnya kalian? Ayoo, jawab aku!!!" Tidak ada yang menjawab Ren saat itu, jalanan yang biasanya ada kendaraan yang berlalu lalang pun kini terlihat sepi dan semakin mencurigakan. Ren resah dengan kehadiran tiga orang tersebut, meski ia mampu menghalau beberapa pukulan dan tendangan dari mereka. Faktanya tubuh Ren saat ini juga tidak dalam kondisi yang baik. Ren sudah cukup kelelahan. "Ah, jika aku tidak segera lepas dari mereka. Aku jadi tidak tahu apa yang akan terjadi!" Ren menyadari batas kemampuannya. Ia harus bertindak lebih tepat dan cepat. Memahami kondisinya itu, Ren lebih memutuskan untuk kabur dari sana dari pada harus menghadapi orang-orang itu dan mengalahkan mereka. Ia bergegas lari dengan sekuat tenaganya. Namun, kepalanya yang sudah berat itu tak bisa di anjak berkompromi. Tubuh Ren lunglai dengan pandangan matanya yang kian pudar dan samar. Serta tubuh yang terus condong ke depan. Buuuuuuk... Tepat di saat Ren kehilangan keseimbangannya, salah satu pria tadi berhasil mengejar Ren dan ia langsung memukul tengkuk leher Ren dengan sebuah balok kayu yang cukup besar. Leher Ren terpukul dengan keras dan tubuh Ren langsung tersungkur dan kepalanya terbentur bebatuan. Ren tidak menyerah, ia berusaha untuk bangkit dan terus melangkahkan kakinya yang nyaris tak lagi memiliki tenaga. Kepala Ren benar-benar sudah pusing dan pandangan matanya nyaris tak bisa lagi melihat apapun. "Cepat bawa dia!" Teriakan itu adalah suara pertama yang ia dengar dari orang-orang misterius itu. Ren masih menyimpan pertanyaannya namun ia tidak lagi punya tenaga untuk terus berontak dan mencecar pertanyaan. Akan tetapi, Ren benar-benar sudah tidak berdaya lagi. Ia pun di seret oleh orang-orang itu. Sisa tenaga Ren hanya bisa terus menendangkan kedua kakinya dan di saat itu lah sepatu Ren terlepas bersama ponselnya yang terjatuh di tanah. "Reeen...." Kala kesadaran Ren yang sudah mulai menurun. Ren mendengar suara Arisa yang memanggil dirinya. Suara samar itu membangkitkan sedikit kesadaran Ren, memberikan dirinya tenaga lebih untuk beroontak. Ren menendang sekuat tenaga, ia berdehem dengan keras sehingga Arisa mampu mendengarnya. Mulutnya yang tersumpal itu terasa sakit dan sesak, tapi Ren terus berusaha mengeluarkan suara agar Arisa mendengar dirinya. "Aku mohon siapa saja tolong aku!" benak Ren yang sudah berharap akan adanya sebuah pertolongan. Suara Arisa terdengar kian mendekat dan Ren pun semakin mengerahkan seluruh tenaganya untuk memberi sinyal pada Arisa. Orang-orang itu kesulitan untuk memasukkan Ren ke dalam mobil. Mereka cukup kewalahan dengan Ren yang terus menggerakkan tubuhnya dan berontak. "Arisa, itu Arisa." Mendengar suara Arisa yang semakin mendekat Ren akhirnya mngerahkan seluruh tenaganya yang tersisa. Ada sebuah kekuatan yang dimiliki setiap manusia. Kekuatan yang terkadang melampaui apa yang orang akan pikirkan. Sebuah kekuatan yang akan muncul tepat di saat seseorang terdesak. Itu adalah kekuatan dari orang yang ingin bertahan hidup. Jika sudah berada di ujung tanduk. Siapa pun pasti akan berusaha untuk bertahan bagaimana pun caranya mereka akan mencari selamat dan kekuatan itulah yang saat ini dimiliki oleh Ren. Mengerahkan seluruh tenaganya, Ren menendang kaca mobil tersebut hingga pecah. Untung Ren masih menyisakan sebelah sepatunya. Sehingga Ren berani menendang kaca jendela untuk menarik perhatian. "UUuch.. cepat pegang dia!" "Bagaimana bisa dia menendang kaca jendela seperti ini." "Cepat, urus yang benar." Seseorang yang memegang setir terlihat marah dengan pemberotakkan Ren. Ia memerintakan semuanya untuk bekerja lebih baik lagi. Menenangkan Ren agar mereka tidak terlibat dengan hal yang lebih menyebalkan saat harus menculik Ren dengan tenang. Meski Ren berhasil memecahkan kaca mobil tersebut, meski kakinya terasa perih dan menyakitkan. Tapi usaha Ren ternyata sia-sia saja. Ia tidak bisa lagi memberontak dan berakhir dengan sekapan dari orang-orang yang tidak di kenal. "Mereka sebenarnya siapa?" "Kenapa mereka membawaku seperti ini?" "Sebenarnya apa yang mereka inginkan dariku?" Ragam pertanyaan itu berkumpul begitu saja. Ren sungguh tidak mengerti dengan apa yang saat ini terjadi. Rasanya Ren tidak pernah terlibat dalam sesautu hal yang sangat berbahaya. Ia juga merasa jika Ren tidak pernah mengusik sesuatu yang ia rasa sangat berbahaya. Tidak ada hal aneh yang terlibat dengan Ren belakangan ini. Kecuali hubungannya dengan Arisa. Namun dari mereka yang saat ini membawa Ren. Terlihat jika mereka bukanlah seorang vampir. Mereka menggunakan cara manual untuk membawa Ren. Jika mereka adalah vampir maka mereka akan dengan mudah untuk membawa Ren tanpa perlawanan dan Ren sangat mengetahui hal itu. Sebab, ia sendiri telah menyaksikan bagaimana mengerikannya sebuah kekuatan dari seorang vampir. "Tapi, jika memang mereka bukan dari bangsa vampir, lalu apa yang membuat mereka menyekap aku seperti ini?" Pertanyaan itu terus bergulir di kepala Ren. Ia tak bisa memikirkan hal lain selain keterlibatannya dengan Arisa. Tetapi, bisa saja ini semua juga tidak ada hubungannya dengan Arisa. Faktanya, tidak akan ada yang bisa tahu apakah seseorang telah tersakiti atau adanya dendam yang tersembunyi. Semua kemungkinan bisa saja terjadi dan Ren sama sekali tidak bisa menyadari siapa di balik semua ini. "Ah.. mungkin seperti ini kah rasanya saat ada seseorang yang menyakiti hati, tapi ternyata orang itu tidak menyadarinnya?" Ren pun membayangkan kenyataan pahit itu. Ia memutar keras otaknya tentang apa yang sebenarnya mungkin terjadi saat ini.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD