24. Ren akan mati jika seperti ini?

1052 Words
"Reeen..." "Reen!!" "Sadarlah..." Suara itu terdengar samar oleh Ren. Namun, Ren tak berdaya ia kesakitan luar biasa dengan rentetan ingatan yang menyerang Ren bertubi-tubi. Sehingga rasa sakit yang sebelumnya ia rasakan dalam ingatan itu kembali ia rasakan di tubuhnya saat ini. Sakit yang sama seolah kejadian itu terjadi saat itu juga. Jeritan Ren cukup keras, histeris dan memekakkan telinga dan memenuhi seluruh ruangan. Tubuh Ren penuh dengan keringat, tubuhnya yang terikat itu membuat Ren semakin tidak berdaya dan teriakan orang-orang yang memanggil namanya sama sekali tak terdengar oleh Ren. Ren hanya histeris sampai ikatan pada tubuh Ren itu dilepas dan Ren mulai bergulingan di atas tempat tidurnya. Ren kesakitan. "Aarghtt... tidak..." Sambil memegang lehernya Ren mengerang kesakitan. Hal itu seolah wajar mengingat darah Ren di hisap tanpa pengaruh dari kemampuan vampir. Ren akan merasakan kesakitan yang luar biasa dan tak tertahankan. Faktanya bukan hanya itu yang membuat Ren sakit. Kenangan yang muncul tiba-tiba itu juga jauh lebih menyakiti dirinya. Sehingga Ren yang seolah terjebak dalam dua waktu berbeda itu hanya bisa menjerit histeris saja. "Tidak, Ren sadarlah aku mohon..." "Bertahanlah Ren.. " "Aku mohon!" Sebuah dekapan melayang pada tubuh ringkih Ren. Tapi, pelukan itu tentu tidak cukup untuk menenangkan Ren yang kesakitan. "Bagaimana ini?" "Tubuh Ren terasa dingin. Ia juga sangat pucat." Kecemasan itu terdengar jelas oleh Ren. Namun, Ren tak bisa mendengar dengan baik suara siapa gerangan sosok yang mencemaskannya dari tadi itu. Jangankan untuk berpikir jernih. Ren sendiri setengah mati menahan rasa sakit luar biasa di tubuhnya itu. Hingga suara lembut seorang wanita pun terdengar, suara yang sedikit bisa membuat Ren lebih bisa memepertahankan kesadarannya. "Ren, bertahanlah. Aku akan membantu kamu. Apapun yang terjadi!" Itu hanya suara bisikan, namun lebih jelas terdengar oleh Ren di bandingkan suara teriakan yang sedari tadi ia dengar. Suara yang bisa Ren tebak milik siapa. "Arisa!" benak Ren saat ia mampu mengenali suara lembut tersebut. Pada setengah kesadarannya. Ren sendiri tak menyangka mengapa dia bereaksi seperti itu atas ucapan lembut dari Arisa. Padahal Ren sendiri yakin jika alasan dirinya mendekati Arisa bukanlah berawal dari niat yang baik. Ren takjub pada dirinya sendiri. Perasaan yang mungkin tak bisa di analisa oleh logika serta hati yang bisa tergerak meski tanpa aba-aba. Jika ada yang mengatakan bahwa kita tak akan pernah tahu apa yang akan terjadi di masa depan itu adalah benar. Maka itu lah yang saat ini tengah Ren rasakan. Ia sama sekali tidak menyangka jika hatinya akan tergerak oleh Arisa. Sosok yang awalnya tak pernah ia dekati dengan tulus. Benar-benar tidak ada yang bisa menebak, kelak pada siapa kita akan jatuh cinta dan pada siapa kita akan membenci hingga ke dasar hati. Tak ada yang bisa menebak, siapa yang akan menjadi kawan dan siapa pula yang akan menjadi lawan. Semua hanya waktu yang akan menjawabnya. Bisa saja seseorang yang begitu kita percaya adalah seseorang yang akan mencelakai kita kelak atau sebaliknya sosok yang kita kira begitu kejam ternyata adalah sosok yang berdiri paling depan bila kita berada dalam masalah. "Ah.. haruskah aku meminta maaf pada Arisa jika aku berhasil selamat nanti?" Rasa bersalah itu tiba-tiba merasuk ke dalam hati Ren. Di dalam hati Ren, Ren secara tulus menyesali apa yang ia lakukan. Ia tak tahu jika hatinya bisa luluh oleh sosok Arisa tanpa ia bisa mengerti. Sebuah cinta yang memang tak bisa di tebak. Cinta muncul tanpa aba-aba, ia bisa singgah ke hati mana pun yang tak pernah bisa di bayangkan. Tulus tanpa perlu niat apapun, perasaan tulus itu muncul begitu saja tanpa di minta dan tanpa perlu di akui. Apa lagi kejadian kali ini benar-benar membuat Ren semakin memiliki perasaan yang dalam, serta lebih mengenal akan sosok Arisa yang sempat ia benci dan curigai. "Hei.. apa kamu mau membunuh Ren? Kamu mengisap banyak darahnya?" Arisa terdengar sangat murka, ia marah saat melihat kondisi Ren yang sangat mengkhawatirkan. Berkat hal itu, Ren sedikit senang di dalam hatinya. Perasaan semula yang ia pikir tidak akan ada seorang pun yang berada di sisinya. Semua terbantah begitu saja, Ren memiliki Arisa. Meski seorang vampir tapi ras bukanlah hal yang terpenting tapi perjuangan untuk orang terkasih sudah bisa menunjukkan segalanya. Walau Ren tidak mengerti apa hubungan antara Arisa dan Jimmy tapi bagi Ren, setidaknya selama ini ternyara Arisa memiliki perasaan yang tulus padanya. Lantas, di tengah tubuh Ren yang semakin melemah, tubuh yang perlahan kaku dan tak bisa digerakkan. Serta pikiran Ren yang terus berkecamuk itu Ren kembali mendengar suara yang sedari tadi menerikakan namanya. Suara yang tentu saja saat ini bisa ia kenali dengan baik. "Jimmy!!!!" Sosok yang selama ini Ren cari dengan mencurahkan segalanya itu kini terdengar. Orang yang di cari itu muncul di hadapan Ren. Namun, malah Ren yang tak sadarkan diri. Ren hanya bisa mendengar suara tanpa bisa mencecar sang sahabat akan kepergiannya yang misterius itu. Banyak hal yang ingin Ren tanyakan pada Jimmy jika memang ia masih di berikan sebuah kesempatan untuk bisa hidup. Tentang alasan Jimmy yang pergi dan menghilang, tentang Jimmy yang begitu sulit untuk di hubungi. "Kenapa Jimmy juga ada di sini?" Dia antara banyak pertanyaan hanya itu yang membuat Ren lebih penasaran lagi. Ren menyadari keberadaan Arisa mengingat ia yang menghilang tepat saat ia keluar dari rumah Arisa. Ia di bawa oleh segerombol orang tak di kenal. Apa lagi saat itu ia sempat mendengar ada seseorang yang mengejar dirinya. Sosok yang Ren rasa adalah Arisa. Mengingat Arisa yang mungkin saja mengejar Ren saat itu akan sebuah prahara dalam hubungan mereka yang sedikit mengusik. Akan tetapi, Ren sama sekali tidak bisa mengerti bagaimana Jimmy juga bisa ada di sini. Bahkan jika memang Arisa meminta bantuan dari Jimmy. Sebuah pertanyaan langsung muncul di dalam benak Ren. "Jika memang semudah itu memanggil Jimmy. Kenapa selama ini Arisa tak pernah sedikit pun membahas tentang Jimmy?" Tentu saja hal itu sangat aneh, pasalnya atas alasan apa sampai Arisa dan Jimmy menyembunyikan segalanya seperti ini. Kekesalan bercampur dengan rasa penasaran dan juga rasa sakit yang menerpa dirinya. Namun, jangankan untuk protes dengan hal tersebut rasa sakit yang Ren rasakan benar-benar mengerikan. "Ini tak bisa dibiarkan. Ren akan mati jika seperti ini?" Sama seperti apa yang Ren dengar dari suara Arisa. Jika nyawanya sudah dalam keadaan yang mengkhawatirkan dan itu membuat Ren hanya bisa kembali menghela napasnya saja. "Bagaimana jika kita jadikan Ren vampir saja?" teriak Jimmy penuh harapan yang membuat Arisa menatap ke arah Jimmy dengan tajam.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD