1. Bagaimana bisa kamu membawa wanita ke rumah?

1716 Words
Semua kisah ini bermula saat Ren sama sekali tak mengetahui jika ada sosok asing seperti vampir di dunia iniunia begitu membosankan bagi Ren, setiap hari selalu berlalu dengan hal yang sama, berputar dengan kegiatan yang itu-itu saja. Sangat membosankan tanpa bisa melakukan sebuah perubahan yang berarti dalam hidupnya. Bahkan Ren juga selalu mendapatkan mimpi buruk yang sama. Sebuah mimpi yang selalu ia dapatkan entah bagaimana. Sesak dan membuatnya merasa ketakutan yang teramat sangat. Meski ketika ia terbangun, maka Ren akan melupakan begitu saja mimpi tersebut. "Aaarght..." erang Ren begitu ia membuka matanya. Keringat membasahi tubuhnya, serta tangan dan kakinya gemetar merasakan sisa-sisa ketakutan dari mimpi buruk tersebut. "Hufts.. Mimpi itu lagi!" Sudah tak asing bagi Ren jika ia terbangun dengan kondisi mengenaskan itu. Seperti biasa itu tanda jika ia baru saja mendapatkan mimpi buruknya. Mimpi yang sangking buruknya tidak mampu Ren ingat dengan baik. Seolah ingatan itu ingin segera menghapus mimpi buruk tersebut. Lantas, seperti biasanya. Ren akan kembali tertidur, menarik selimutnya dan bersembunyi dengan damai dalam hangatnya balutan selimut tersebut. "Masa bodo dengan mimpi, aku aja lupa itu mimpi apaan!" gerutunya seraya memejamkan matanya dengan damai. Damai, tentu saja itu mustahil sebab tak lama suara teriakan pun terdengar. "Reeeeeen!!!!!" Teriakan kasar yang memanggil nama Ren memekakkan telinganya. "Huuuft.. teriakan ini juga selalu sama setiap harinya!" desah Ren lagi sedikit kesal. Bukannya bangkit dari tidurnya, Ren malah semakin merekatkan dirinya di kasur. Terbelit selimut dan menutup telinganya dengan bantal. Menghindari suara berisik yang terus ia dengar memanggil namanya. Akan tetapi, seperti biasanya pula. Ren tak mampu menghindari apapun. Ren tak bisa menghindari dari amukan Jimmy saat membangunkannya di pagi hari. "Reen.. mau sampai kapan aku berteriak seperti ini nyaris setiap hari?" "Apa kamu tidak muak denganku? Aku saja muak jika harus membangunkan kamu setiap hari seperti ini?" Jimmy yang sudah tiba di kamar Ren itu membuka pintu dengan kasar dan terus mengoceh tiada henti. Ocehan yang sama pula di setiap harinya. "Aduh, Jimmy. Pria itu setidaknya membutuhkan bangun kesiangan. Rasa malas itu termasuk dalam pesona seorang pria sejati." Ren berdalih seperti biasanya. Tubuhnya terlalu malas untuk bergerak rasa bosan telah menelan dirinya hingga tak ada lagi motivasi yang bisa membuatnya lebih semangat untuk menjalani kehidupan. "Hentikan bualanmu dan segera pergi kerja!" Dalih Ren tentu saja sudah tidak lagi mempan bagi Jimmy. Sama halnya dengan Ren, Jimmy juga sudah kebal dengan kebiasaan sahabatnya itu. Bukan lagi tahap maklum, tapi apa yang Ren lakukan sudah seperti lauk yang harus ada di setiap kali makan nasi. "Jimmy tidak bisakah kamu lembut sedikit padaku?" Ren masih saja tidak menyerah untuk bisa sedikit bermalas-malasan. Namun apa yang menjadi jawaban dari Jimmy kali ini justru membuat Ren terkesima. "Cari pacar sana mungkin hidupmu tidak akan lagi membosankan jika ada wanita yang hadir di hidupmu. Jujur aku juga muak mengurusmu setiap hari. Biarkan kekasihmu yang kelak mengurusimu." "Huuuft.. Tidak hanya kamu, aku juga butuh sentuhan wanita. Aku juga muak mengurusmu Ren!" Jimmy berkeluh kesah sambil meninggalkan Ren di kamarnya yang sudah terpaksa bangun dan bergegas untuk bekerja seperti yang Jimmy perintahkan. Hari demi hari berlangsung sama, semua rutinitasnya itu selalu berlalu tanpa ada hal yang benar-benar berarti. Bangun terlambat, bekerja, makan dan tidur. Sama sekali nyaris tak ada yang berubah, bahkan terkadang Ren bertemu dengan orang-orang yang sama pula di pekerjaannya. "Hai, sesekali makan lah makanan yang sehat. Jangan makan makanan cepat saji terus menerus!" Ren menasihati seorang pria yang nyaris setiap hari ia temui saat mengantar makanan. "Berisik, aku makan apa yang aku mau, yang penting kenyang dan enak!" Ren hanya menggeleng kepalanya dengan respon yang ia dapatkan dan kembali menjalankan pekerjaannya. Hidup Ren selama ini cukup berat, sebagai seoang anak yatim piatu Ren harus bertahan dengan beragam kondisi sendirian. Mulai dari menamatkan pendidikannya hingga saat ini, Ren kerap bekerja keras demi bertahan hidup. Meski terkadang ia juga malas untuk bangun pagi tapi saat bekerja Ren selalu bersungguh-sungguh. Bercita-cita ingin mendapatkan pekerjaan yang stabil dengan gaji bulanan besar serta tunjangan kesehatan yang memadai Ren pada akhirnya hanya bekerja sebagai seorang ojek online yang juga merangkap sebagai kurir mengantar beragam hal melalui aplikasi tempatnya bekerja. "Huft.. aku lapar, apa ambil sekali lagi saja baru cari makan!" Ren pun memeriksa aplikasi di ponselnya mana tau ada pekerjaan yang bisa ia ambil, entah mengantar seseorang atau mengantar barang dan memesan makanan. Semua adalah pintu rezeki bagi Ren yang selalu ia syukuri. Justru pekerjaan ini ia rasa sangat tepat untuknya, ia seolah bisa merasakan kebebasan di jalanan dan lepas dari kekangan masa lalunya yang kelam yaitu mimpi buruknya yang terus menghantui dirinya. Satu lagi pekerjaan yang tak asing baginya pun ia dapatkan. Mengantarkan sebuah paket ke alamat yang tidak asing baginya. Ren pun tersenyum saat melihat aplikasi di ponselnya itu. Ia merekatkan jaket yang ia kenakan dan langsung meluncur dengan motor besarnya yang ia beli dengan seluruh uang tabungan hasil kerja kerasnya selama ini. Motor itu melaju kencang, mengambil sebuah paket sesuai dengan yang di minta oleh pengguna aplikasinya dan ia pun bergegas menuju alamat yang di tuju. Sebuah paket satu set makanan yang harus dikirim segera mungkin selama makanannya masih hangat. Hal yang sama yang sering di pesan oleh pemilik alamat tersebut. Ting ... Tong ... Seperti biasa, begitu Ren tiba di alamat yang dituju Ren langsung menekan bel di apartemen tersebut. "Pa -- keeeet ...." Biasanya Ren tak pernah menunggu sampai pintu di apartemen itu dibuka. Pemiliknya biasa hanya meminta Ren untuk menaruhnya di depan pintu, tapi kali ini Ren cukup terkejut saat pemilik apartemen tersebut membuka pintunya. Seorang pria yang tak berbusana dan hanya mengenakan handuk membuka pintu tersebut. "Ah... pa-paket!" ucapnya lagi dengan gugup saat melihat di belakang pria itu seorang wanita yang tak asing baginya. Pintu yang terbuka membuat Ren bisa melihat sebagian isi apartemennya ada seorang wanita yang terlihat mengenakan pakaian yang minim duduk di sofa dan sikap ramah dari pria tersebut menyambut makanan yang Ren antarkan. Wanita itu beberapa kali ia lihat dengan beragam pria. "Seorang wanita penghibur." Begitulah yang Ren simpulkan saat melihat sosok wanita tersebut. Wanita yang juga beberapa kali ia lihat saat ia bekerja entah saat mengantar seseorang atau bahkan mengantar paket seperti saat ini. Hal itu sudah biasa ia temui, ada terlalu banyak orang aneh di dunia ini dan wanita penghibur juga adalah hal wajar yang ia temui. Mulanya Ren mengira begitu, ia mengira semua hanyalah hal wajar saja. Sampai ia tak sengaja melihat sebuah berita yang sedang di putar di televisi. "Berikutnya adalah laporan orang hilang ... ..." Ren menatap layar televisi tersebut, tentang daftar orang hilang yang di tayangkan di televisi. Seketika selera makannya menghilang, napasnya ikut sesak dan lagi tubuhnya terasa kaku akibat terkejut dengan apa yang ia saksikan. "Ba-bagaimana mungkin!" Satu per satu dari daftar orang hilang itu di tayangkan. Ren menyimaknya dengan begitu seksama. Apa lagi dari daftar orang hilang yang ia lihat, ada yang Ren kenali. Masalahnya bukan satu orang yang ada di daftar orang hilang tersebut. Tapi, sebagian besar dari orang hilang yang ia lihat adalah orang yang juga ia kenali. "Kenapa mereka semua menghilang!" Ren cukup terpukul melihat berita tersebut. Selama ini Ren memang banyak menghabiskan waktunya di jalanan. Ia tidak memiliki waktu untuk bersantai dan menonton televisi. Ren juga tidak mendengarkan radio. Ia hanya menjalani harinya begitu saja. Jika ia tidak kebetulan makan di sebuah restoran yang menayangkan siaran televisi. Ren mungkin saja tidak akan mengetahui kebenaran tersebut. Lantas, yang paling membuat Ren terkejut adalah jika ingatannya tidak salah. Semua orang hilang tersebut adalah orang yang ia lihat bersama dengan wanita penghibur yang baru saja ia temui juga saat mengantar paket makanan. "Apa mungkin wanita itu berkaitan dengan kasus ini?" Hati Ren sudah semakin tidak tenang, satu-satunya kesamaan di antara orang-orang hilang yang Ren lihat di daftar tersebut adalah wanita itu. "Ah, tidak. Mereka juga orang yang sering memesan makanan." Mirip dengan saat ia bertemu wanita itu lagi, beberapa orang hilang itu juga tinggal sendirian dan kerap memesan makanan. Ren menyadari itu sebab mereka adalah orang yang Ren temui saat ia mengantarkan makanan pada mereka. Akan tetapi hal yang paling membuat Ren terkejut adalah saat beberapa minggu setelahnya saat ia melihat pria terakhir yang memesan makanan itu juga menghilang. "Benar wanita itu?" Kini Ren sangat yakin jika wanita itu bisa saja ada kaitannya dengan banyaknya orang hilang di kota tersebut. Lalu, tiba-tiba saja saat aku pulang ke rumah. Jimmy memperkenalkan wanita itu padaku. "Ren kenalkan ini temanku. Arisa!" Tubuh Ren seketika gemetar saat melihat sosok wanita yang ia duga terkait dengan orang hilang yang diberitakan. Ren ingin menanyakan dengan jelas pada sahabatnya Jimmy namun Jimmy malah terlihat begitu tenang dengan kehadiran Arisa di rumah mereka. "Aduh, bagaimana caraku mengatakan jika wanita itu berbahaya!" Takut terjadi sesuatu dengan sahabatnya Ren pun berusaha mengatakan kecurigaannya itu pada Jimmy. Saat ada kesempatan bagi Ren untuk berbisik dengan Jimmy. Ia sedikit-sedikit mengatakan jika ia mencurigai wanita itu dan tidak suka dengan kehadiran wanita itu di rumah mereka. "Jimmy, bagaimana bisa kamu membawa wanita ke rumah?" Jimmy mencubit kecil pinggang Ren sambil menasihatinya jika tak baik membicarakan seseorang seperti itu. "Tapi, kamu serius berteman dengannya? Berapa lama kamu sudah berteman dengannya?" Ren masih tak mendengarkan nasihat Jimmy, ia masih mencerca Jimmy dengan pertanyaannya. Ren sadar memang tak baik mencurigai seseorang tanpa bukti seperti itu. Tapi, jika itu demi keselamatan dirinya dan juga sahabatnya. Tentu sikap waspada jauh lebih baik. Meski Ren berkali-kali mengingatkan Jimmy, tapi beberapa kali Jimmy masih saja terlihat membawa wanita itu ke rumah. Oleh sebab itu ia sengaja tak beranjak sedikitpun jika wanita itu ada di rumah. Ia takut jika akan ada sesuatu yang terjadi pada sahabatnya. Sampailah pada suatu hari, saat Ren bekerja sedikit jauh dari kota tersebut. Tiba-tiba ia mendapat pesan dari Jimmy, "Aku akan pergi beberapa hari dengan Arisa ke luar kota. Jaga rumah baik-baik ya!" Begitulah isi pesan tersebut yang membuat Ren bergegas melajukan motornya, berbalik arah dan segera mencari keberadaan Jimmy. "Ya Tuhn, semoga tidak seperti yang aku pikirkan!" Ren juga terus berusaha menelepon Jimmy namun sama sekali tidak diangkat oleh Jimmy. "Jimmy, ayo dong angkat!" Perasaan Ren semakin hari semakin tidak karuan saat Jimmy tidak mengangkat panggilan teleponnya, apa lagi saat Ren tiba di rumah Jimmy juga sudah tidak ada lagi sana. "Ba-bagaimana ini?" Seketika itu pula bayangan perihal berita orang hilang itu terlintas begitu saja di benak Ren. Ia mencemaskan keadaan sahabatnya tersebut dan takut jika Jimmy akan menjadi korban berikutnya.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD