Two Face

2583 Words
Ghea melirik jam di tangannya yang sudah menunjukkan angka 10 malam. Ada perasaan cemas di wajahnya sambil sesekali melirik berkas dan mencocokkannya dengan data di layar komputer. " Tuan Noah memintamu untuk mengecek 3 berkas ini!" Seorang wanita melemparkan 3 berkas lagi ke mejanya " Tapi mbak, ini sudah jam 10. Aku harus pulang atau ibuku akan marah padaku." Pinta Ghea memelas " Kamu kira cuma kamu yang punya ibu? Baru pertama kerja sudah bertingkah. Kalau gak mau banyak tugas jangan bekerja di sini!" Tekan wanita itu dengan nada tinggi. Ghea hanya bisa menarik napas panjang, pasrah Jam menunjukkan angka 00: 15 saat tugas tugasnya rampung. Ghea segera merapikan tasnya kemudian berdiri hendak beranjak. Seluruh lampu ruangan sudah dimatikan. Suasana kantor terlihat agak sedikit mencekam. Apalagi ia hanya seorang diri malam itu. Ia berusaha setenang mungkin melangkah melewati koridor, memasuki lift ke lantai satu. Dan saat pintu lift terbuka ia melihat ada 2 orang pria yang mungkin juga selesai lembur dari ruangan berbeda " Syukurlah! Setidaknya aku tidak sendirian." Guman Ghea bernapas lega. Sebelum... " Karyawan baru ya? Siapa namanya?" Tanya salah satu dari mereka mendekati Ghea " Cantik juga." Seru lainnya memainkan mata. Ghea mulai merasa risih " Mau ikut ngopi sebentar bareng kami?" Tanya pria yang berdiri di sisi Ghea seraya mencolek lengan putih Ghea tak sopan " Maaf saya buru buru!" Ghea berusaha menghindar. Tapi... Pria itu dengan cepat memegang lengan atasnya " Sombong amat sih! Baru juga mulai kerja kan? Sok cantik lo hah? Di sini kita hanya bertiga ya. Tidak bakal ada yang berani mengganggu!" Ancamnya membuat wajah cantik Ghea memucat " Lepaskan atau saya akan teriak!" Ghea meninggikan suaranya " Teriak saja! Lo pikir ada yang perduli? Tidak ada yang bakal mendengar selain setan hahaha." Tawa salah satunya mendekat. Sebelum... Ting... Bunyi pintu lift di belakang Ghea terbuka. Apakah ada orang lain yang belum pulang? - Batin Ghea Dan benar saja, seseorang ke luar dari dalam lift " Apa yang kalian lakukan?" Suaranya tegas sontak membuat pria itu melepas Ghea dan langsung menunduk hormat. " Tu..an saya pikir anda sudah pulang." Ghea menarik napas lega melihat Noah tampak santai melangkah ke antara mereka, meskipun sedikit bingung bagaimana mungkin pemuda itu masih berada di kantor. Apa yang ia kerjakan larut malam begini? Ghea yakin tadi Noah sudah pulang. " Kenapa kalian masih ada di sini? Bukankah proyek lantai 3 sudah selesai jam 17 sore tadi? Kenapa ada tukang bangunan di jam segini? Apa satpam malam ini tidak bertugas dan membiarkan kalian berkeliaran dengan bebas mengganggu karyawan wanita kami?" Tutur kata Noah terdengar santai, rendah namun sangat berwibawa. Ditambah sorot matanya yang menajam membuat dua pria itu bergidik takut " Maafkan saya tuan, ada barang kami yang tertinggal, jadi kami mengambilnya." " Apakah sudah diambil?" " Iya tuan." " Lalu kenapa masih di sini? Apakah kalian lupa pintu ke luar dari ruangan ini? Atau kalian ingin berjaga semalaman di sini?" Noah melipat lengan kemejanya sampai siku mendekati 2 orang itu. Saat itu ketampanannya seakan meningkat 100% " Maaf tuan, k-kami permisi dulu." Jawab salah satu dari mereka gugup lalu segera menunduk hormat dan beranjak pergi Melihat ketakutan di wajah ke dua orang yang terbirit b***t itu, Ghea mengulas senyum manis " Terimakasih tuan." Ucapnya " Lain kali berhati hatilah! Tidak ada tempat yang aman saat seorang wanita sendirian." Ujar Noah tenang. Ghea mengangguk " Kenapa tuan Noah masih berada di kantor? Bukankah tadi anda sudah pulang?" Tanya Ghea penasaran Noah mengulas senyum " Di mana alamat rumahmu?" Tanyanya mengalihkan pembicaraan " Jalan Maria tuan." Jawab Ghea " Kita searah, kamu mau saya antarkan?" " Eh?" Bola mata Ghea langsung membulat kaget mendengar tawaran tak biasa itu, pipinya merona saat tuan muda di hadapannya mengulurkan tangan " Ayo!" Ajaknya Dengan canggung, Ghea menjabat tangan itu lalu mengikuti langkah tuan Noah ke luar ruangan Entah kenapa... Tangannya terasa begitu hangat Seakan akan... Itu memang tangan yang biasa aku genggam.. Tangan yang menenangkan dan membuatku merasa damai Semakin lama... Aku seperti sangat mengenalnya Tapi kenapa? Noah bisa berada di sana? Flash back beberapa waktu yang lalu " Nyalakan CCTV nya!" Perintah Noah di dalam mobil mewah miliknya. Juan langsung membuka laptop di hadapan Noah dan menyambungkannya dengan CCTV di ruang kerja Ghea. Senyum sinis tercetak di bibir tipisnya saat melihat Maya, karyawannya menyerahkan tumpukan berkas ke meja Ghea yang terlihat kelabakan. Ya, Noah tidak pulang. Ia memperhatikan Ghea dari balik layar. Hingga jam 12 malam, Ghea masih berkutat dengan laptopnya. Anehnya, Noah justru khawatir saat melihat jam tangannya. " Ini sudah malam. Apakah dia belum selesai dengan tugasnya?" Tanya Noah dengan kening bertaut " Bukankah anda memerintahkan agar kita memberikannya banyak tugas tuan?" Juan mengernyit " Apakah ada orang lain di kantor?" " Ya, ada beberapa tukang bangunan yang belum pulang tuan." Jawab Juan mulai bingung dengan sikap tuannya " Aku akan kembali ke ruanganku. Ada sesuatu yang harus aku ambil di sana!" Noah bergegas turun dari mobilnya meninggalkan Juan yang menautkan alis heran. Apa sebenarnya yang diinginkan tuannya? Flash back Off Juan mengernyit saat melihat Noah kembali dengan membawa Ghea di sisinya. " Masuklah!" Perintahnya membukakan pintu untuk Ghea di sisinya " Tuan saya merasa tidak enak, lebih baik saya memakai jasa taxi saja." Tolak Ghea gugup " Kamu tahu berapa banyak kejahatan yang terjadi di tengah malam karna ulah taxi? Kamu seorang wanita. Saya tidak akan memaafkan diri saya jika terjadi sesuatu denganmu. Maksud saya k-karna kamu karyawan di sini." Ujar Noah memaksa. Kenapa rasanya aku semakin mengenalnya - Batin Ghea " Masuklah!" Perintah Noah memalingkan wajah " Baiklah tuan." Ghea tersenyum senang lalu duduk di kursi depan samping kemudi. " Kau pulanglah naik taxi!" Tunjuk Noah pada Juan yang langsung terbelalak. " Loh tapi tuan, tadi anda bilang..." " Kau laki laki! Tidak akan ada yang menjahatimu. Tunggu aku di rumah!" Noah memasuki mobil kemudian melaju begitu saja, meninggalkan Juan yang masih mengerjabkan matanya polos. " Tega sekali." Gumamnya menarik napas panjang. Sementara itu di dalam mobil... Sembari menyetir, Noah melirik ke arah Ghea yang tampak tak nyaman " Gelang yang kamu pakai bagus." Noah membuka percakapan " Ini pemberian sahabat kecil saya tuan." Jawab Ghea " Hmm apakah kamu tinggal bersama orang tuamu?" Tanya Noah lagi " Iya tuan, saya tinggal dengan ibu tiri saya, Nina. Ayah saya sudah lama meninggal." Jawab Ghea dengan suara gemetar gugup. " Sorry." " Tidak apa apa tuan." Suasana kembali hening. Ghea melirik Noah sesekali. Pemuda itu benar benar tampan dan memikat, berada di dekatnya seakan akan atmosfer bumi meningkat drastis. Ghea merasa panas, walaupun temperature AC yang dinyalakan cukup dingin. Ada banyak rasa penasaran di hati Ghea tentang Noah, ada banyak sekali pertanyaan yang ingin Ghea lontarkan saat bertemu dengan Noah. Tapi, saat berada di dekatnya semua pertanyaan itu terlupakan. Ghea hanya merasa nyaman, itu saja. 30 menit kemudian, mobil ferrary hitam itu mendarat di halaman sebuah rumah sederhana. Ghea membuka pintu mobil dan melangkah turun, diikuti Noah " Kamu tinggal di sini?" Tanya pemuda itu ramah " Iya tuan, saya ingin mempersilahkan anda masuk. Tapi rasanya tidak pantas. Karna kondisi rumah saya tidak layak." Senyum Ghea merasa malu. Tapi... " Baiklah! Setidaknya saya bertemu dengan ibumu." " Eh?" Ghea dibuat terkejut berkali kali dengan sikap Noah. Pemuda itu melangkah ke arah pintu Gheapun mengetuk pintu beberapa kali. Hingga... Klek Seorang wanita berusia sekitar 40 tahunan menatapnya nyalang. " Oh ingat pulang ya? Aku kira kamu akan menginap di kantor barumu!" Celetuknya agak kasar " Ma..aku..." " Dia terpaksa lembur di kantor karna perintah saya." Noah memotong penjelasan Ghea. Sontak, wanita bernama Nina itu memperhatikannya. Apalagi saat melihat mobil mewah bertengger di halamannya " Waw, kamu siapa?" Tanyanya langsung tersenyum lebar " Ma, dia tuan Noah Alexsander, CEO perusahaan tempatku bekerja." Jawab Ghea menundukkan wajah " Waw, Noah Alexsander si milyarder muda itu? Hebat! Sudah ganteng sukses lagi. Mari masuk ke dalam, anda harus mencoba teh buatan saya tuan muda!" Ajak Nina sangat sangat ramah " Maaf ibu, saya harus kembali ke rumah. Ini sudah larut malam, saya hanya mengantarkan Ghea saja. Terimakasih tawarannya, mungkin lain kali saya akan kembali." Tolak Noah sopan " Oh begitu, hebat ya, masih muda sudah bekerja keras." " Saya permisi bu, Ghea." Noah menunduk hormat pada Nina lalu hendak beranjak " Terimakasih tuan." Ucap Ghea menghentikan langkahnya. Noah terdiam sejenak melihat senyum yang begitu manis di wajah Ghea. Senyum yang sama seperti waktu ia kecil dulu, begitu manis. " Sama sama." Jawab Noah kemudian beranjak menuju mobilnya dan melaju pergi. Seperginya Noah.. " Masuk!" Nina menarik lengan Ghea agar masuk bersamanya " Ma maaf, tadi banyak sekali pekerjaan di meja jadi aku pulang larut." Ghea menundukkan wajah penuh sesal " Apa pekerjaanmu di sana?" Tanya Nina penasaran " Sekertaris tuan Noah." Jawab Ghea mengernyit. Wajah Nina tampak sangat bahagia, entah apa yang ada di dalam pikirannya. " Bagus, baru hari pertama sudah diantarkan orang kaya. Besok dandan yang cantik supaya tuan Noah terpikat. Siapa tahu dia bisa jadi suami kamu kelak dan aku juga bisa menikmati harta kekayaannya." Senyum Nina berkhayal. " Ma, dia cuma atasanku. Mama tidak boleh berharap terlalu banyak. Mana pantas dia masuk ke dalam keluarga kita." Nina menatap Ghea tajam " Pemikiran seperti inilah yang membuatmu miskin dari dulu. Punya wajah cantik itu ya dimanfaatkan. Jangan terlalu naif, aku capek hidup miskin tahu? Masuk kamar sana! Jangan terlambat atau tuan Noah akan ilfeel melihatmu besok!" Nina mendorong bahu Ghea yang menarik napas panjang kemudian beranjak pergi " Dasar bodoh!" Celetuknya kesal seraya kembali menyundut rokok yang tadi sempat ia simpan di saku piyama tidurnya Ghea mengunci pintu kamar lalu duduk di sisi ranjangnya. Sekilas, senyum terbesit di wajah cantiknya yang lelah. Menatap tangannya yang tadi sempat dipegang Noah. Bahkan gelenyar hangat masih ia rasakan sampai sekarang " Kenapa aku merasa sangat dekat denganmu. Merasa pernah mengenalmu. Ah sadar Ghea, dia Noah Alexsander. Tidak mungkin orang seperti itu melirikmu. Dia memang selalu baik pada semua orang. Hmm harusnya aku sadar itu." Gumamnya tersipu sendiri kemudian melempar tubuhnya terlentang di kasur. Ia tidak bisa berhenti memikirkan sosok Noah. Tapi Noah, akankah ia memikirkan Ghea seperti Ghea memikirkannya? Beberapa menit kemudian, mobil mewah Noah berhenti di sebuah halaman rumah megah. Tampak Juan menunggunya di sana. Pemuda itu dengan sigap membukakan pintu mobil untuk tuannya. " Siapkan segalanya! Aku cukup kotor hari ini. Aku ingin membersihkan diriku lebih lama!" Perintah Noah dengan wajah masam. " Baik tuan." Juan menunduk hormat Noah melangkah cepat memasuki salah satu rumah megahnya itu. Terlihat jelas ekspresi ramahnya tadi berubah menjadi kemarahan. Ia sama sekali tak mengidahkan sapaan para pelayan dan beberapa pekerja rumah yang menunduk hormat menyambutnya. Sikap yang sangat berbeda dengan yang ia tunjukkan di kantor tadi. Pemuda itu menghentikan langkah pada sebuah kamar yang cukup megah, membuka pintu, melangkah masuk, lalu melempar jasnya kesal ke lantai. Tatapannya tertuju pada sebuah lukisan besar yang terpampang di dinding. Lukisan seorang wanita yang tampak begitu elegan " Ibu, aku akan membalaskan dendammu! Gadis itu akan menderita. Aku berjanji dia bahkan akan lebih mengharapkan mati dari pada hidup. Sama seperti yang telah dilakukannya padaku selama ini." Ujarnya dengan rahang menegas dan sorot mata menajam Noah kemudian meraih sebotol anggur dan menenggaknya " Ya, dia akan menderita. Sangat menderita." Gumamnya dengan mata memerah. Sebelum... Tok tok tok Seorang pelayan tampak memasuki ruangannya " Tuan, pemandian anda sudah siap." Ujarnya menunduk malu " Berapa lama kau bekerja di sini?" Tanya Noah menghampiri sang pelayan " Dua minggu ini tuan." Jawab pelayan itu menunduk takut " Lalu siapa yang menyuruhmu masuk ke kamarku tanpa izin?" Pertanyaan Noah mulai penuh penekanan. " Tadi saya diminta menyiapkan ruang mandi untuk tuan Noah dan saya pikir..." " Siapa yang mengizinkanmu berpikir?" Potong Noah mencengkram dagu sang pelayan kasar " T-tuan maafkan saya. Saya tidak akan mengulanginya lagi. S-saya mohon jangan pecat saya." Pelayan itu semakin ketakutan " Berdiri di sana!" Tekan Noah menunjuk bidik panah yang terpasang di dinding " CEPAT!" Bentaknya. Sontak pelayan itu langsung berdiri di tempat yang ditunjuk dengan lutut gemetar dan keringat dingin yang mulai menguar deras. Entah apa yang akan di lakukan Noah padanya. Jantung sang pelayan seakan marathon saat melihat pemuda itu meraih pistol dari lacinya. " Ambil apel di sisimu dan letakkan di atas kepalamu!" Perintahnya sambil memasukkan beberapa peluru " T-tapi tuan." " Lakukan perintahku!" Sorot mata Noah menajam, penuh intimidasi Pasrah, pelayan itupun meraih apel merah di meja dan meletakkan di atas kepalanya. Ia memejamkan mata saat Noah mengarahkan pistol itu ke kepalanya. " Buka matamu! Aku ingin melihat ketakutan di mata itu!" Perintah Noah Sambil menangis, pelayan yang sedang sial itupun membuka matanya. Dan... Dor " Aaarkh!" Teriaknya bersamaan dengan peluru yang meluncur melukai pipinya " Hahaha ups meleset. Aku lupa memberi tahumu kalau aku tidak pandai menembak." Senyum Noah dingin Pelayan itu rasanya ingin pingsan saja. Entah monster apa yang ia layani ini. " Kali ini aku akan mencoba lebih baik." Senyum Noah tampak lepas melihat orang di depannya menderita. Dan... Dor " Aaarkh." Kletak Apel di kepalanya terjatuh " Tepat sasaran." Ujar Noah membuat pelayan itu menarik napas lega. " Apakah saya sudah boleh pergi tuan?" Tanyanya dengan suara gemetar " Siapa yang bilang begitu? Aku belum menembak tepat sasaran di kepalamu bukan?" Seringai Noah menakutkan yang sontak membuat pelayan itu pipis di celana. Apalagi saat Noah mengarahkan pistol itu tepat ke kepalanya " 1, 2, 3..." " Tuan!" Kletak " Pergilah!" Perintah Juan yang tiba tiba masuk ke dalam ruangan dan menggagalkan rencana Noah. Pistol yang dipegangnya jatuh ke lantai. Noah menatap Juan kesal Pelayan itupun segera berlari ke luar " Berani sekali kau!" Noah menatap Juan marah " Saya tahu anda akan marah tuan. Tapi tolong diingat, saya hanya melindungi anda. Mayat Helena sudah ditemukan dan kita sedang disorot kepolisian. Bagaimanapun Helena adalah sekertaris anda. Tolong kendalikan diri, atau semua akan tahu apa yang sedang terjadi dan yang suka anda lakukan." Pinta Juan dengan mimik khawatir " Aku tidak takut. Come on, tadi aku hanya bermain main dengan pelayan itu." Senyum Noah tanpa sedikitpun raut penyesalan " Ayolah tuan, jangan seperti ini. Saya sudah repot hari ini dengan banyak pertanyaan dari polisi." Gerutu Juan menghembuskan napasnya berat " Kau terlalu banyak menghawatirkanku Juan, kau ingat saat aku pertama bertemu denganmu di panti asuhan?" " Ya, anda mengambil saya dan menyalamatkan hidup saya. Bahkan anda menjadikan saya lebih dari sekedar pelayan. Karna itu, saya sangat menghawatirkan kegemaran anda tuan. Bisakah anda berhenti bermain main sementara waktu? Jika seseorang mencurigai anda, maka semua rencana anda untuk membalas Ghea akan bermasalah. Anda ingin itu?" Tanya Juan Noah terdiam sejenak " Aku hanya merasa bosan. Lalu bagaimana dengan pelayan tadi? Dia akan mengadu bukan? Apakah aku harus membunuhnya?" Tanya Noah mengernyit senang. Juan menarik napas panjang " Saya akan mengurusnya. Saya ingin anda berjanji untuk tidak melakukan kegemaran anda sementara waktu." " Aku tidak bisa menjanjikan itu Juan, tapi aku akan berusaha menahan hasratku karna merasa sedikit kasihan padamu. Ya mungkin sehari atau dua hari." Ujar Noah membuat Juan menggeleng gelengkan kepalanya. Entah apalagi yang harus ia katakan agar Noah menghentikan aksinya " Baiklah tuan, pemandian anda sudah disiapkan. Sebaiknya anda segera membersihkan diri." " Baiklah. Aku tidak ingin merepotkanmu terlalu banyak hari ini. Aku akan mandi, bereskan semua ini dan minta Clara datang untuk menemaniku!" Noahpun beranjak ke luar dari ruangan usai menepuk pundak pelayan setianya itu Juan menatap kepergian Noah dengan tatapan getir Namaku Juan, tidak ada nama belakang karna aku tidak memiliki keluarga 7 tahun yang lalu, Noah Alexsander datang ke panti asuhan tempatku tinggal, lalu tertarik dengan diriku Ia membawaku bersamanya Awalnya aku pikir ia hanya orang kaya biasa yang sangat ramah dan berhati mulia. Namun, aku salah besar. Dia sangat berbeda dari apa yang aku pikirkan Noah Alexsander menderita Anti social personality disorder. Ya, ia menderita gangguan mental yang membuatnya sangat mudah marah, menyukai kekerasan dan berwajah dua. Entah apa yang membuatnya menderita penyakit jiwa mengerikan itu. Di satu sisi, ia bisa menjadi tuan Noah yang sangat sabar dan ramah, di sisi lain, ia bisa menjadi sekasar monster. Terlepas dari semua itu.. Aku sangat menghormatinya sebagai tuan dan sahabatku. Dan aku sudah berjanji demi hidupku, aku akan selalu melindunginya. Apapun yang ia lakukan Sampai detik ini Bersambung
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD