Secangkir Kopi

1295 Words
Elmaira masih terjaga, meski pekerjaannya sudah beres tapi bukan berarti membuat Elmaira tertidur saat jam kerja. Sejenak Elmaira menatap ke arah jam dinding di ruang pantry hotel, dia sudah menyelesaikan pekerjaannya, jam dinding sudah menunjukkan pukul 05.00am yang artinya satu jam lagi waktu kerjanya akan selesai, untuk menunggu waktu Elmaira membuat kopi hitam untuk sedikit mengurangi rasa kantuknya. Terlebih dahulu Elmaira mengambil cangkir kosong dan menuangkan bubuk kopi dan satu sendok gula ke dalamnya baru setelah itu Elmaira mendekatkan cangkir di bawah lubang dispenser dan menekan tombol merah supaya air panas dari dalam dispenser tersebut keluar. Setelah cangkir tersebut berisi air panas, Elmaira lantas mulai mengaduknya. Dan saat baru saja selesai mengaduk kopi tersenut tiba-tiba teman satu kerjanya datang tergopoh-gopoh ke arah dirinya. "Syukurlah El, kau sudah membuatkannya kopi. Cepat antarkan kopinya" seru Nia teman kerjanya. "Kopi? maksudmu apa?" tanya Elmaira dengan begitu bingungnya "Tamu hotel ada yang marah-marah meminta kopi, dan tadi kepala sift di hotel ini memintaku membuatkan kopi untuknya" jawab Nia dengan mengatur nafasnya yang masih naik turun "Tamu itu sepertinya penting, bahkan kepala sift kita saja tidak berani menjawab amukannya" imbuh Nia kembali "Ya sudah kau kan yang di suruh,jadi cepatlah antarkan padanya" Elmaira terpaksa mendorong secangkir kopi yang baru saja di buat olehnya kepada rekan kerjanya. "Tidak mau, lebih baik kau saja" tolak Nia "Astaga kau ini..." "Cepatlah El, nanti kita bisa di pecat bersama. Memangnya kau mau hal itu terjadi?" ancam Nia Elmaira menarik nafasnya panjang dan menghembuskannya perlahan "Tunggu dulu, kenapa tamu itu tidak memesan kopi dari resto hotel?" "Kau ini banyak sekali bertanya !" dengus Nia dengan kesal "Dia sudah memesan dari resto hotel, dan rasa kopi dari resto hotel tidak sesuai dengan yang dia inginkan, maka dari itu dia marah-marah sepagi ini" "Sudah cepatlah antarkan kopinya" Nia mendorong tubuh Elmaira, membuat Elmaira terpaksa menuruti perkataan teman kerjanya. Setelah di beri tahu oleh Nia dimana letak kamar tamu yang membuat kekacauan sepagi ini, Elmaira membawa langkah kakinya menyusuri lorong hotel. Samar-samar Elmaira mendengar cacian yang di lontarkan oleh seseorang pada orang lain. Semakin Elmaira mendekat ke arah kamar yang terdengar bising karena keributan membuat Elmaira menjadi sedikit takut bahkan tangannya yang memegang nampan terlihat bergetar. "Permisi Tuan.." Elmaira berdiri di ambang pintu kamar dengan menundukkan pandangan matanya. "Elmaira, apa yang kau lakukan di situ? cepat bawa kopinya kemari" perintah orang yang menjadi kepala sift kerja Elmaira "Ba-Ba-Baik pak.." Elmaira masuk membawa nampan yang di atasnya terdapat secangkir kopi yang masih mengeluarkan asap. Dengan tangan yang begitu bergetar, Elmaira meletakkan secangkir kopi di atas meja kaca. Bahkan Elmaira bisa melihat dengan jelas kaki orang yang sedang duduk di sofa. Kaki jenjang dan kuku yang begitu terawat membuat Elmaira menebak orang itu pasti orang kaya meski Elmaira belum melihat secara langsung wajahnya. "Silahkan Tuan.." Elmaira mundur beberapa langkah, dan langsung berbalik hendak keluar dari lamar tersebut. "Tunggu.." suara bariton seorang pria mampu menghentikan langkah kaki Elmaira "Jika kopi ini tidak enak, akan aku pastikan kau di pecat hari ini juga" Seketika kedua bola mata Elmaira terbuka lebar tak percaya dengan apa yang baru saja di dengar olehnya. Bagaimanapun juga Elmaira tidak mau di pecat hanya karena secangkir kopi. Elmaira begitu membutuhkan pekerjaan ini untuk membantu menopang kebutuhan hidupnya. Di luar sana begitu sulit mendapatkan pekerjaan part time seperti di sini. Dengan sedikit kesal Elmaira berbalik badan ingin melihat orang yang memiliki sikap seenaknya sendiri, lagi dan lagi Elmaira di buat terkejut tatkala melihat wajah pria tersebut, pria yang baru saja datang beberapa jam lalu saat Elmaira mengepel lorong hotel. Pria yang datang bersama kekasihnya dan melakukan hal yang menurut Elmaira menjijihkan kini bahkan kembali berulah sepagi ini. Kenzo terlihat acuh dan mengambil secangkir kopi yang tersaji di atas meja, Kenzo mendekatkan permukaan cangkir tersebut mendekat ke arah bibirnya dan mulai menyeruput kopi tersebut. Mimik wajah Kenzo seketika berubah menjadi datar membuat Elmaira merasa was-was menantikan pemecatan yang pasti tak bisa terhindarkan lagi. "Honey, kau sedang apa?" tiba-tiba keluar seorang wanita dari dalam toilet dan langsung duduk di samping Kenzo, bahkan wanita yang hanya mengenakan piyama tidur kurang bahan itu langsung bergelayut manja di lengan tangan Kenzo. Kenzo hanya diam saja tidak menjawab pertanyaan teman wanitanya, masih dengan wajah yang tanpa ekspresi Kenzo mengangkat kepalanya dan menatap ke arah Elmaira yang sedang terlihat meremas nampan yang berada di pegangan tangannya. Elmaira yang di tatap seperti itu menjadi semakin yakin kalau hari ini dia akan kehilangan pekerjaannya. "Kau kemarilah" perintah Kenzo. Namun karena Elmaira tidak fokus dia malah masih berdiam diri di tempatnya "Kau tuli?" teriak Kenzo tak sabar "Elmaira" atasan Elmaira menggoyangkan lengan tangan Elmaira membuat gadis itu terbangun dari lamunannya. "I-i-iya Tuan.." jawab Elmaira dengan begitu gugupnya, dengan sedikit ragu Elmaira maju dua langkah ke depan meja. "Ambillah" Kenzo melemparkan beberapa lembar uang ratusan ribu ke atas meja. "Ti-ti-tidak..." "Terimakasih tuan, maaf atas ketidaknyamanan anda. Kami permisi" Atasan Elmaira langsung mengambil uang di atas meja dan menarik tangan Elmaira keluar dari kamar tersebut. Atasan Elmaira begitu bernafas lega saat sudah berada jauh dari kamar yang di tempati oleh Kenzo "Elmaira terimakasih sudah menyelamatkan aku" "Bapak ini kenapa malah menerima uang pemberiannya?" "El, sudahlah terima saja. Dia itu tidak suka di bantah. Kau tau El? tadi sebelum kau sudah ada dua orang pelayan resto hotel yang dj pecat olehnya hanya karena secangkir kopi. Kau begitu beruntung karena dia menyukai kopi yang kau buatkan" tegas atasan Elmaira "Sudahlah, sebagai ucapan terimakasih dari ku, kau ku ijinkan pulang sekarang dan ini tip untukmu, ambillah" atasan Elmaira menyerahkan uang pemberian Kenzo pada Elmaira. "Saya tidak mau menerima uang dari orang seperti dia" "El ambillah, kalau kau menolaknya dia bisa tau dan akan marah. Aku tidak mau terkena imbasnya nanti" Dengan terpaksa Elmaira menerima uang tersebut dan memasukkannya ke dalam jaket yang di kenakannya saat itu. Kemudian Elmaira kembali ke pantry untuk menunggu jam pulang kerja yang masih setengah jam lagi. Sementara itu di dalam sebuah kamar hotel, Kenzo terlihat sedang menikmati secangkir kopi yang di rasa sangat enak seperti kopi buatan wanita yang sangat di cintainya, Mami Sesil. Kopi buatan cleaning service yang kini sedang di nikmati oleh dirinya memiliki rasa yang sangat mirip dengan kopi buatan maminya. "Honey, aku bolehkan ikut pulang ke rumahmu" pinta gadis tersebut. Kenzo mendengus dengan kesal mendengar permintaan teman kencannya kali ini. Bukan tanpa alasan jika dirinya membawa seorang gadis menginjakkan kakinya ke rumah itu tandanya dirinya akan serius, tapi berbeda jika gadis tersebut datang sendiri ke rumah itu tidak akan berpengaruh apapun untuk Kenzo. Karena sudah seberapa banyak gadis yang datang ke rumahnya namun Kenzo sama sekali tidak menemui mereka. Kenzo hanya akan bermain gila bila di luar rumah. Di rumah Kenzo tetap menjadi contoh yang baik untuk adik semata wayangnya, Angella. Meski tak bisa di pungkiri Angella cepat atau lambat akan mengetahui sikap buruknya. Kenzo mengambil selembar kertas dari dalam saku jas yang tergelak di atas sofa, kemudian Kenzo menuliskan beberapa digit angka dan menyerahkannya pada gadis tersebut. Senyum di bibir gadis tersebut merekah dengan sempurna saat menerima sejumlah uang yang di berikan oleh Kenzo padanya. "Pakailah sesukamu" "Terimakasih Honey, lain kali kita bisa kan main lagi?" pinta gadis tersebut dengan manja Kenzo hanya tersenyum saja menanggapi celotehan gadis yang di anggap sampah olehnya, bahkan sampah saja jauh lebih berharga dari wanita yang kini duduk di sampingnya. Gadis di sampingnya bukanlah anak orang miskin, bahkan orang tuanya memiliki usaha showroom mobil di kota ini, tapi kelakuannya malah menggoda pria dan mau saja di ajak bermain di hotel. Kenzo semakin menatap rendah gadis tersebut. Merasa sudah risih, Kenzo berlalu keluar dari kamar tersebut. "Cukup satu kali" gumam Kenzo. Karena kebiasaan yang Kenzo lakukan ialah hanya akan menikmatinya satu kali. Kenzo tidak pernah tidur bersama gadis yang sama untuk kedua kalinya. Jikapun itu terjadi Kenzo hanya akan melakukannya dengan wanita yang di pilihnya menjadi pendamping hidupnya. Namun Kenzo merasa geli saat memikirkan dirinya akan terikat pada satu wanita saja. Dengan cepat Kenzo menepis pikiran tersebut dari dalam kepalanya. Hari sudah terang, tubuh Kenzo juga terasa begitu lelah karena semalam sibuk bermain dan belum sempat tertidur, dia ingin buru-buru sampai rumah dan merebahkan tubuhnya di atas kasur empuk kamar pribadinya. . . . . . . . . . . Terus dukung srayu♥️
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD