Cherry - 11

4509 Words
Setelah badainya reda dan hilang secara berangsur-angsur, tiba-tiba saja Roselied kembali membangkitkan badannya untuk berdiri tegak, kemudian dia mendatangiku dan menarik tangan kananku agar tubuhku ikut berdiri tegak bersamanya. Kemudian, Roselied membawaku keluar dari ruangan itu dan berhenti di tengah-tengah ruang aula bangunan ini yang cukup luas. Aku tidak tahu apa maksud dari tindakannya ini, tapi aku hanya pasrah saja, menuruti pergerakannya sampai membawaku kemari. Aku menyingkap helaian rambut pirangku yang menutupi mata dengan jemari lentikku, agar mataku bisa melihat dengan jelas tiap lekuk dari ruangan yang kini kutempati ini. Yah, aku hanya tersenyum, tepatnya tersenyum getir. Sejauh yang kulihat, ruangan ini berisi beberapa kursi panjang yang berjejer ke belakang dengan dua barisan dan memberikan luang di bagian tengah untuk dijadikan sebagai jalan setapak. Persis seperti bagian dalam sebuah gereja, di depan kursi-kursi panjang itu terdapat sebuah benda yang mirip seperti podium kecil berbahan kayu jati yang kokoh. Itu benar-benar mirip seperti tempat pendeta yang akan berdakwah. Semakin kuteliti tiap-tiap hal yang ada di ruangan ini, semakin membuat alis dan keningku mengkerut saking tidak mengerti. Sebenarnya apa yang akan Roselied lakukan bersamaku di sini sampai membawaku ke ruangan aneh yang seperti ini? Tidak mungkin kan? Roselied hendak mengajakku beribadah di tempat ini. Aku saat ini sangat malas untuk mengajukan segala pertanyaan yang terlintas di benakku pada Roselied, entahlah, rasanya sia-sia saja. Apapun yang kutanyakan, selalu saja diberikan jawaban yang sama sekali tidak membuatku puas dan paham pada hal tersebut, yang ada itu hanya akan membuatku jadi semakin bertanya-tanya, jadi kupikir tidak ada gunanya bertanya pada Roselied. Oke, seingatku, aku dibawa kemari karena hendak dipertemukan dengan Lucifer, Sang Raja Iblis. Tapi dari tadi, aku sama sekali tidak dipertemukan dengannya, aku benar-benar tidak mengerti apa yang ada di balik pikiran Roselied. Apa jangan-jangan dia telah membohongiku? Bukankah itu keterlaluann. Oke, sekarang aku harus tenangkan diriku, aku harus berpikir positif sebisa mungkin. Hidupku saja saat ini sudah sangat sial dan menderita, tidak mungkin aku diberikan pernyataan yang akan membuatku semakin merasa menyedihkan. Aku tidak mengerti mengapa aku harus berakhir di tempat seperti ini? Mengapa harus aku yang terpilih menjadi calon pengantin Sang Raja Iblis? Mengapa tidak gadis lain saja? Bukankah ada 7 miliar manusia di muka bumi ini, tapi mengapa harus aku yang terpilih dari miliaran manusia lainnya di dunia? Itu sangat tidak adil! Lagipula, terpilihnya aku sebagai calon pengantin Sang Raja Iblis sama sekali tidak membuatku senang! Tidak ada manfaatnya bagi hidupku! Lalu, kalaupun aku benar-benar mau menjadi seorang istri dari Sang Raja Iblis, lalu setelahnya apa? Apa yang harus kulakukan? Apakah aku hanya akan digunakan sebagai mesin penghasil bayi? Untuk membuat keturunan Sang Raja Iblis sebanyak mungkin? Lagipula, memangnya bisa, ya, manusia dan iblis menghasilkan keturunan? Bagaimana anaknya nanti? Apakah akan berbentuk seperti manusia? Atau mungkin iblis? Semakin kumemikirkannya, semakin otakku jadi semakin pusing. Ayolah Roselied, katakan dan jelaskan yang sejujurnya padaku, sebenarnya apa maksud darimu membawaku ke tempat seperti ini? Apa yang harus kulakukan agar Sang Raja Iblis bisa datang dan menemuiku? Aku tidak ingin terus-terusan seperti ini! Rasanya seperti dipenjara! Setelah badainya reda dan hilang secara berangsur-angsur, tiba-tiba saja Roselied kembali membangkitkan badannya untuk berdiri tegak, kemudian dia mendatangiku dan menarik tangan kananku agar tubuhku ikut berdiri tegak bersamanya. Kemudian, Roselied membawaku keluar dari ruangan itu dan berhenti di tengah-tengah ruang aula bangunan ini yang cukup luas. Aku tidak tahu apa maksud dari tindakannya ini, tapi aku hanya pasrah saja, menuruti pergerakannya sampai membawaku kemari. Aku menyingkap helaian rambut pirangku yang menutupi mata dengan jemari lentikku, agar mataku bisa melihat dengan jelas tiap lekuk dari ruangan yang kini kutempati ini. Yah, aku hanya tersenyum, tepatnya tersenyum getir. Sejauh yang kulihat, ruangan ini berisi beberapa kursi panjang yang berjejer ke belakang dengan dua barisan dan memberikan luang di bagian tengah untuk dijadikan sebagai jalan setapak. Persis seperti bagian dalam sebuah gereja, di depan kursi-kursi panjang itu terdapat sebuah benda yang mirip seperti podium kecil berbahan kayu jati yang kokoh. Itu benar-benar mirip seperti tempat pendeta yang akan berdakwah. Semakin kuteliti tiap-tiap hal yang ada di ruangan ini, semakin membuat alis dan keningku mengkerut saking tidak mengerti. Sebenarnya apa yang akan Roselied lakukan bersamaku di sini sampai membawaku ke ruangan aneh yang seperti ini? Tidak mungkin kan? Roselied hendak mengajakku beribadah di tempat ini. Aku saat ini sangat malas untuk mengajukan segala pertanyaan yang terlintas di benakku pada Roselied, entahlah, rasanya sia-sia saja. Apapun yang kutanyakan, selalu saja diberikan jawaban yang sama sekali tidak membuatku puas dan paham pada hal tersebut, yang ada itu hanya akan membuatku jadi semakin bertanya-tanya, jadi kupikir tidak ada gunanya bertanya pada Roselied. Oke, seingatku, aku dibawa kemari karena hendak dipertemukan dengan Lucifer, Sang Raja Iblis. Tapi dari tadi, aku sama sekali tidak dipertemukan dengannya, aku benar-benar tidak mengerti apa yang ada di balik pikiran Roselied. Apa jangan-jangan dia telah membohongiku? Bukankah itu keterlaluann. Oke, sekarang aku harus tenangkan diriku, aku harus berpikir positif sebisa mungkin. Hidupku saja saat ini sudah sangat sial dan menderita, tidak mungkin aku diberikan pernyataan yang akan membuatku semakin merasa menyedihkan. Aku tidak mengerti mengapa aku harus berakhir di tempat seperti ini? Mengapa harus aku yang terpilih menjadi calon pengantin Sang Raja Iblis? Mengapa tidak gadis lain saja? Bukankah ada 7 miliar manusia di muka bumi ini, tapi mengapa harus aku yang terpilih dari miliaran manusia lainnya di dunia? Itu sangat tidak adil! Lagipula, terpilihnya aku sebagai calon pengantin Sang Raja Iblis sama sekali tidak membuatku senang! Tidak ada manfaatnya bagi hidupku! Lalu, kalaupun aku benar-benar mau menjadi seorang istri dari Sang Raja Iblis, lalu setelahnya apa? Apa yang harus kulakukan? Apakah aku hanya akan digunakan sebagai mesin penghasil bayi? Untuk membuat keturunan Sang Raja Iblis sebanyak mungkin? Lagipula, memangnya bisa, ya, manusia dan iblis menghasilkan keturunan? Bagaimana anaknya nanti? Apakah akan berbentuk seperti manusia? Atau mungkin iblis? Semakin kumemikirkannya, semakin otakku jadi semakin pusing. Ayolah Roselied, katakan dan jelaskan yang sejujurnya padaku, sebenarnya apa maksud darimu membawaku ke tempat seperti ini? Apa yang harus kulakukan agar Sang Raja Iblis bisa datang dan menemuiku? Aku tidak ingin terus-terusan seperti ini! Rasanya seperti dipenjara! Setelah badainya reda dan hilang secara berangsur-angsur, tiba-tiba saja Roselied kembali membangkitkan badannya untuk berdiri tegak, kemudian dia mendatangiku dan menarik tangan kananku agar tubuhku ikut berdiri tegak bersamanya. Kemudian, Roselied membawaku keluar dari ruangan itu dan berhenti di tengah-tengah ruang aula bangunan ini yang cukup luas. Aku tidak tahu apa maksud dari tindakannya ini, tapi aku hanya pasrah saja, menuruti pergerakannya sampai membawaku kemari. Aku menyingkap helaian rambut pirangku yang menutupi mata dengan jemari lentikku, agar mataku bisa melihat dengan jelas tiap lekuk dari ruangan yang kini kutempati ini. Yah, aku hanya tersenyum, tepatnya tersenyum getir. Sejauh yang kulihat, ruangan ini berisi beberapa kursi panjang yang berjejer ke belakang dengan dua barisan dan memberikan luang di bagian tengah untuk dijadikan sebagai jalan setapak. Persis seperti bagian dalam sebuah gereja, di depan kursi-kursi panjang itu terdapat sebuah benda yang mirip seperti podium kecil berbahan kayu jati yang kokoh. Itu benar-benar mirip seperti tempat pendeta yang akan berdakwah. Semakin kuteliti tiap-tiap hal yang ada di ruangan ini, semakin membuat alis dan keningku mengkerut saking tidak mengerti. Sebenarnya apa yang akan Roselied lakukan bersamaku di sini sampai membawaku ke ruangan aneh yang seperti ini? Tidak mungkin kan? Roselied hendak mengajakku beribadah di tempat ini. Aku saat ini sangat malas untuk mengajukan segala pertanyaan yang terlintas di benakku pada Roselied, entahlah, rasanya sia-sia saja. Apapun yang kutanyakan, selalu saja diberikan jawaban yang sama sekali tidak membuatku puas dan paham pada hal tersebut, yang ada itu hanya akan membuatku jadi semakin bertanya-tanya, jadi kupikir tidak ada gunanya bertanya pada Roselied. Oke, seingatku, aku dibawa kemari karena hendak dipertemukan dengan Lucifer, Sang Raja Iblis. Tapi dari tadi, aku sama sekali tidak dipertemukan dengannya, aku benar-benar tidak mengerti apa yang ada di balik pikiran Roselied. Apa jangan-jangan dia telah membohongiku? Bukankah itu keterlaluann. Oke, sekarang aku harus tenangkan diriku, aku harus berpikir positif sebisa mungkin. Hidupku saja saat ini sudah sangat sial dan menderita, tidak mungkin aku diberikan pernyataan yang akan membuatku semakin merasa menyedihkan. Aku tidak mengerti mengapa aku harus berakhir di tempat seperti ini? Mengapa harus aku yang terpilih menjadi calon pengantin Sang Raja Iblis? Mengapa tidak gadis lain saja? Bukankah ada 7 miliar manusia di muka bumi ini, tapi mengapa harus aku yang terpilih dari miliaran manusia lainnya di dunia? Itu sangat tidak adil! Lagipula, terpilihnya aku sebagai calon pengantin Sang Raja Iblis sama sekali tidak membuatku senang! Tidak ada manfaatnya bagi hidupku! Lalu, kalaupun aku benar-benar mau menjadi seorang istri dari Sang Raja Iblis, lalu setelahnya apa? Apa yang harus kulakukan? Apakah aku hanya akan digunakan sebagai mesin penghasil bayi? Untuk membuat keturunan Sang Raja Iblis sebanyak mungkin? Lagipula, memangnya bisa, ya, manusia dan iblis menghasilkan keturunan? Bagaimana anaknya nanti? Apakah akan berbentuk seperti manusia? Atau mungkin iblis? Semakin kumemikirkannya, semakin otakku jadi semakin pusing. Ayolah Roselied, katakan dan jelaskan yang sejujurnya padaku, sebenarnya apa maksud darimu membawaku ke tempat seperti ini? Apa yang harus kulakukan agar Sang Raja Iblis bisa datang dan menemuiku? Aku tidak ingin terus-terusan seperti ini! Rasanya seperti dipenjara! Setelah badainya reda dan hilang secara berangsur-angsur, tiba-tiba saja Roselied kembali membangkitkan badannya untuk berdiri tegak, kemudian dia mendatangiku dan menarik tangan kananku agar tubuhku ikut berdiri tegak bersamanya. Kemudian, Roselied membawaku keluar dari ruangan itu dan berhenti di tengah-tengah ruang aula bangunan ini yang cukup luas. Aku tidak tahu apa maksud dari tindakannya ini, tapi aku hanya pasrah saja, menuruti pergerakannya sampai membawaku kemari. Aku menyingkap helaian rambut pirangku yang menutupi mata dengan jemari lentikku, agar mataku bisa melihat dengan jelas tiap lekuk dari ruangan yang kini kutempati ini. Yah, aku hanya tersenyum, tepatnya tersenyum getir. Sejauh yang kulihat, ruangan ini berisi beberapa kursi panjang yang berjejer ke belakang dengan dua barisan dan memberikan luang di bagian tengah untuk dijadikan sebagai jalan setapak. Persis seperti bagian dalam sebuah gereja, di depan kursi-kursi panjang itu terdapat sebuah benda yang mirip seperti podium kecil berbahan kayu jati yang kokoh. Itu benar-benar mirip seperti tempat pendeta yang akan berdakwah. Semakin kuteliti tiap-tiap hal yang ada di ruangan ini, semakin membuat alis dan keningku mengkerut saking tidak mengerti. Sebenarnya apa yang akan Roselied lakukan bersamaku di sini sampai membawaku ke ruangan aneh yang seperti ini? Tidak mungkin kan? Roselied hendak mengajakku beribadah di tempat ini. Aku saat ini sangat malas untuk mengajukan segala pertanyaan yang terlintas di benakku pada Roselied, entahlah, rasanya sia-sia saja. Apapun yang kutanyakan, selalu saja diberikan jawaban yang sama sekali tidak membuatku puas dan paham pada hal tersebut, yang ada itu hanya akan membuatku jadi semakin bertanya-tanya, jadi kupikir tidak ada gunanya bertanya pada Roselied. Oke, seingatku, aku dibawa kemari karena hendak dipertemukan dengan Lucifer, Sang Raja Iblis. Tapi dari tadi, aku sama sekali tidak dipertemukan dengannya, aku benar-benar tidak mengerti apa yang ada di balik pikiran Roselied. Apa jangan-jangan dia telah membohongiku? Bukankah itu keterlaluann. Oke, sekarang aku harus tenangkan diriku, aku harus berpikir positif sebisa mungkin. Hidupku saja saat ini sudah sangat sial dan menderita, tidak mungkin aku diberikan pernyataan yang akan membuatku semakin merasa menyedihkan. Aku tidak mengerti mengapa aku harus berakhir di tempat seperti ini? Mengapa harus aku yang terpilih menjadi calon pengantin Sang Raja Iblis? Mengapa tidak gadis lain saja? Bukankah ada 7 miliar manusia di muka bumi ini, tapi mengapa harus aku yang terpilih dari miliaran manusia lainnya di dunia? Itu sangat tidak adil! Lagipula, terpilihnya aku sebagai calon pengantin Sang Raja Iblis sama sekali tidak membuatku senang! Tidak ada manfaatnya bagi hidupku! Lalu, kalaupun aku benar-benar mau menjadi seorang istri dari Sang Raja Iblis, lalu setelahnya apa? Apa yang harus kulakukan? Apakah aku hanya akan digunakan sebagai mesin penghasil bayi? Untuk membuat keturunan Sang Raja Iblis sebanyak mungkin? Lagipula, memangnya bisa, ya, manusia dan iblis menghasilkan keturunan? Bagaimana anaknya nanti? Apakah akan berbentuk seperti manusia? Atau mungkin iblis? Semakin kumemikirkannya, semakin otakku jadi semakin pusing. Ayolah Roselied, katakan dan jelaskan yang sejujurnya padaku, sebenarnya apa maksud darimu membawaku ke tempat seperti ini? Apa yang harus kulakukan agar Sang Raja Iblis bisa datang dan menemuiku? Aku tidak ingin terus-terusan seperti ini! Rasanya seperti dipenjara! Setelah badainya reda dan hilang secara berangsur-angsur, tiba-tiba saja Roselied kembali membangkitkan badannya untuk berdiri tegak, kemudian dia mendatangiku dan menarik tangan kananku agar tubuhku ikut berdiri tegak bersamanya. Kemudian, Roselied membawaku keluar dari ruangan itu dan berhenti di tengah-tengah ruang aula bangunan ini yang cukup luas. Aku tidak tahu apa maksud dari tindakannya ini, tapi aku hanya pasrah saja, menuruti pergerakannya sampai membawaku kemari. Aku menyingkap helaian rambut pirangku yang menutupi mata dengan jemari lentikku, agar mataku bisa melihat dengan jelas tiap lekuk dari ruangan yang kini kutempati ini. Yah, aku hanya tersenyum, tepatnya tersenyum getir. Sejauh yang kulihat, ruangan ini berisi beberapa kursi panjang yang berjejer ke belakang dengan dua barisan dan memberikan luang di bagian tengah untuk dijadikan sebagai jalan setapak. Persis seperti bagian dalam sebuah gereja, di depan kursi-kursi panjang itu terdapat sebuah benda yang mirip seperti podium kecil berbahan kayu jati yang kokoh. Itu benar-benar mirip seperti tempat pendeta yang akan berdakwah. Semakin kuteliti tiap-tiap hal yang ada di ruangan ini, semakin membuat alis dan keningku mengkerut saking tidak mengerti. Sebenarnya apa yang akan Roselied lakukan bersamaku di sini sampai membawaku ke ruangan aneh yang seperti ini? Tidak mungkin kan? Roselied hendak mengajakku beribadah di tempat ini. Aku saat ini sangat malas untuk mengajukan segala pertanyaan yang terlintas di benakku pada Roselied, entahlah, rasanya sia-sia saja. Apapun yang kutanyakan, selalu saja diberikan jawaban yang sama sekali tidak membuatku puas dan paham pada hal tersebut, yang ada itu hanya akan membuatku jadi semakin bertanya-tanya, jadi kupikir tidak ada gunanya bertanya pada Roselied. Oke, seingatku, aku dibawa kemari karena hendak dipertemukan dengan Lucifer, Sang Raja Iblis. Tapi dari tadi, aku sama sekali tidak dipertemukan dengannya, aku benar-benar tidak mengerti apa yang ada di balik pikiran Roselied. Apa jangan-jangan dia telah membohongiku? Bukankah itu keterlaluann. Oke, sekarang aku harus tenangkan diriku, aku harus berpikir positif sebisa mungkin. Hidupku saja saat ini sudah sangat sial dan menderita, tidak mungkin aku diberikan pernyataan yang akan membuatku semakin merasa menyedihkan. Aku tidak mengerti mengapa aku harus berakhir di tempat seperti ini? Mengapa harus aku yang terpilih menjadi calon pengantin Sang Raja Iblis? Mengapa tidak gadis lain saja? Bukankah ada 7 miliar manusia di muka bumi ini, tapi mengapa harus aku yang terpilih dari miliaran manusia lainnya di dunia? Itu sangat tidak adil! Lagipula, terpilihnya aku sebagai calon pengantin Sang Raja Iblis sama sekali tidak membuatku senang! Tidak ada manfaatnya bagi hidupku! Lalu, kalaupun aku benar-benar mau menjadi seorang istri dari Sang Raja Iblis, lalu setelahnya apa? Apa yang harus kulakukan? Apakah aku hanya akan digunakan sebagai mesin penghasil bayi? Untuk membuat keturunan Sang Raja Iblis sebanyak mungkin? Lagipula, memangnya bisa, ya, manusia dan iblis menghasilkan keturunan? Bagaimana anaknya nanti? Apakah akan berbentuk seperti manusia? Atau mungkin iblis? Semakin kumemikirkannya, semakin otakku jadi semakin pusing. Ayolah Roselied, katakan dan jelaskan yang sejujurnya padaku, sebenarnya apa maksud darimu membawaku ke tempat seperti ini? Apa yang harus kulakukan agar Sang Raja Iblis bisa datang dan menemuiku? Aku tidak ingin terus-terusan seperti ini! Rasanya seperti dipenjara! Setelah badainya reda dan hilang secara berangsur-angsur, tiba-tiba saja Roselied kembali membangkitkan badannya untuk berdiri tegak, kemudian dia mendatangiku dan menarik tangan kananku agar tubuhku ikut berdiri tegak bersamanya. Kemudian, Roselied membawaku keluar dari ruangan itu dan berhenti di tengah-tengah ruang aula bangunan ini yang cukup luas. Aku tidak tahu apa maksud dari tindakannya ini, tapi aku hanya pasrah saja, menuruti pergerakannya sampai membawaku kemari. Aku menyingkap helaian rambut pirangku yang menutupi mata dengan jemari lentikku, agar mataku bisa melihat dengan jelas tiap lekuk dari ruangan yang kini kutempati ini. Yah, aku hanya tersenyum, tepatnya tersenyum getir. Sejauh yang kulihat, ruangan ini berisi beberapa kursi panjang yang berjejer ke belakang dengan dua barisan dan memberikan luang di bagian tengah untuk dijadikan sebagai jalan setapak. Persis seperti bagian dalam sebuah gereja, di depan kursi-kursi panjang itu terdapat sebuah benda yang mirip seperti podium kecil berbahan kayu jati yang kokoh. Itu benar-benar mirip seperti tempat pendeta yang akan berdakwah. Semakin kuteliti tiap-tiap hal yang ada di ruangan ini, semakin membuat alis dan keningku mengkerut saking tidak mengerti. Sebenarnya apa yang akan Roselied lakukan bersamaku di sini sampai membawaku ke ruangan aneh yang seperti ini? Tidak mungkin kan? Roselied hendak mengajakku beribadah di tempat ini. Aku saat ini sangat malas untuk mengajukan segala pertanyaan yang terlintas di benakku pada Roselied, entahlah, rasanya sia-sia saja. Apapun yang kutanyakan, selalu saja diberikan jawaban yang sama sekali tidak membuatku puas dan paham pada hal tersebut, yang ada itu hanya akan membuatku jadi semakin bertanya-tanya, jadi kupikir tidak ada gunanya bertanya pada Roselied. Oke, seingatku, aku dibawa kemari karena hendak dipertemukan dengan Lucifer, Sang Raja Iblis. Tapi dari tadi, aku sama sekali tidak dipertemukan dengannya, aku benar-benar tidak mengerti apa yang ada di balik pikiran Roselied. Apa jangan-jangan dia telah membohongiku? Bukankah itu keterlaluann. Oke, sekarang aku harus tenangkan diriku, aku harus berpikir positif sebisa mungkin. Hidupku saja saat ini sudah sangat sial dan menderita, tidak mungkin aku diberikan pernyataan yang akan membuatku semakin merasa menyedihkan. Aku tidak mengerti mengapa aku harus berakhir di tempat seperti ini? Mengapa harus aku yang terpilih menjadi calon pengantin Sang Raja Iblis? Mengapa tidak gadis lain saja? Bukankah ada 7 miliar manusia di muka bumi ini, tapi mengapa harus aku yang terpilih dari miliaran manusia lainnya di dunia? Itu sangat tidak adil! Lagipula, terpilihnya aku sebagai calon pengantin Sang Raja Iblis sama sekali tidak membuatku senang! Tidak ada manfaatnya bagi hidupku! Lalu, kalaupun aku benar-benar mau menjadi seorang istri dari Sang Raja Iblis, lalu setelahnya apa? Apa yang harus kulakukan? Apakah aku hanya akan digunakan sebagai mesin penghasil bayi? Untuk membuat keturunan Sang Raja Iblis sebanyak mungkin? Lagipula, memangnya bisa, ya, manusia dan iblis menghasilkan keturunan? Bagaimana anaknya nanti? Apakah akan berbentuk seperti manusia? Atau mungkin iblis? Semakin kumemikirkannya, semakin otakku jadi semakin pusing. Ayolah Roselied, katakan dan jelaskan yang sejujurnya padaku, sebenarnya apa maksud darimu membawaku ke tempat seperti ini? Apa yang harus kulakukan agar Sang Raja Iblis bisa datang dan menemuiku? Aku tidak ingin terus-terusan seperti ini! Rasanya seperti dipenjara! Setelah badainya reda dan hilang secara berangsur-angsur, tiba-tiba saja Roselied kembali membangkitkan badannya untuk berdiri tegak, kemudian dia mendatangiku dan menarik tangan kananku agar tubuhku ikut berdiri tegak bersamanya. Kemudian, Roselied membawaku keluar dari ruangan itu dan berhenti di tengah-tengah ruang aula bangunan ini yang cukup luas. Aku tidak tahu apa maksud dari tindakannya ini, tapi aku hanya pasrah saja, menuruti pergerakannya sampai membawaku kemari. Aku menyingkap helaian rambut pirangku yang menutupi mata dengan jemari lentikku, agar mataku bisa melihat dengan jelas tiap lekuk dari ruangan yang kini kutempati ini. Yah, aku hanya tersenyum, tepatnya tersenyum getir. Sejauh yang kulihat, ruangan ini berisi beberapa kursi panjang yang berjejer ke belakang dengan dua barisan dan memberikan luang di bagian tengah untuk dijadikan sebagai jalan setapak. Persis seperti bagian dalam sebuah gereja, di depan kursi-kursi panjang itu terdapat sebuah benda yang mirip seperti podium kecil berbahan kayu jati yang kokoh. Itu benar-benar mirip seperti tempat pendeta yang akan berdakwah. Semakin kuteliti tiap-tiap hal yang ada di ruangan ini, semakin membuat alis dan keningku mengkerut saking tidak mengerti. Sebenarnya apa yang akan Roselied lakukan bersamaku di sini sampai membawaku ke ruangan aneh yang seperti ini? Tidak mungkin kan? Roselied hendak mengajakku beribadah di tempat ini. Aku saat ini sangat malas untuk mengajukan segala pertanyaan yang terlintas di benakku pada Roselied, entahlah, rasanya sia-sia saja. Apapun yang kutanyakan, selalu saja diberikan jawaban yang sama sekali tidak membuatku puas dan paham pada hal tersebut, yang ada itu hanya akan membuatku jadi semakin bertanya-tanya, jadi kupikir tidak ada gunanya bertanya pada Roselied. Oke, seingatku, aku dibawa kemari karena hendak dipertemukan dengan Lucifer, Sang Raja Iblis. Tapi dari tadi, aku sama sekali tidak dipertemukan dengannya, aku benar-benar tidak mengerti apa yang ada di balik pikiran Roselied. Apa jangan-jangan dia telah membohongiku? Bukankah itu keterlaluann. Oke, sekarang aku harus tenangkan diriku, aku harus berpikir positif sebisa mungkin. Hidupku saja saat ini sudah sangat sial dan menderita, tidak mungkin aku diberikan pernyataan yang akan membuatku semakin merasa menyedihkan. Aku tidak mengerti mengapa aku harus berakhir di tempat seperti ini? Mengapa harus aku yang terpilih menjadi calon pengantin Sang Raja Iblis? Mengapa tidak gadis lain saja? Bukankah ada 7 miliar manusia di muka bumi ini, tapi mengapa harus aku yang terpilih dari miliaran manusia lainnya di dunia? Itu sangat tidak adil! Lagipula, terpilihnya aku sebagai calon pengantin Sang Raja Iblis sama sekali tidak membuatku senang! Tidak ada manfaatnya bagi hidupku! Lalu, kalaupun aku benar-benar mau menjadi seorang istri dari Sang Raja Iblis, lalu setelahnya apa? Apa yang harus kulakukan? Apakah aku hanya akan digunakan sebagai mesin penghasil bayi? Untuk membuat keturunan Sang Raja Iblis sebanyak mungkin? Lagipula, memangnya bisa, ya, manusia dan iblis menghasilkan keturunan? Bagaimana anaknya nanti? Apakah akan berbentuk seperti manusia? Atau mungkin iblis? Semakin kumemikirkannya, semakin otakku jadi semakin pusing. Ayolah Roselied, katakan dan jelaskan yang sejujurnya padaku, sebenarnya apa maksud darimu membawaku ke tempat seperti ini? Apa yang harus kulakukan agar Sang Raja Iblis bisa datang dan menemuiku? Aku tidak ingin terus-terusan seperti ini! Rasanya seperti dipenjara! Setelah badainya reda dan hilang secara berangsur-angsur, tiba-tiba saja Roselied kembali membangkitkan badannya untuk berdiri tegak, kemudian dia mendatangiku dan menarik tangan kananku agar tubuhku ikut berdiri tegak bersamanya. Kemudian, Roselied membawaku keluar dari ruangan itu dan berhenti di tengah-tengah ruang aula bangunan ini yang cukup luas. Aku tidak tahu apa maksud dari tindakannya ini, tapi aku hanya pasrah saja, menuruti pergerakannya sampai membawaku kemari. Aku menyingkap helaian rambut pirangku yang menutupi mata dengan jemari lentikku, agar mataku bisa melihat dengan jelas tiap lekuk dari ruangan yang kini kutempati ini. Yah, aku hanya tersenyum, tepatnya tersenyum getir. Sejauh yang kulihat, ruangan ini berisi beberapa kursi panjang yang berjejer ke belakang dengan dua barisan dan memberikan luang di bagian tengah untuk dijadikan sebagai jalan setapak. Persis seperti bagian dalam sebuah gereja, di depan kursi-kursi panjang itu terdapat sebuah benda yang mirip seperti podium kecil berbahan kayu jati yang kokoh. Itu benar-benar mirip seperti tempat pendeta yang akan berdakwah. Semakin kuteliti tiap-tiap hal yang ada di ruangan ini, semakin membuat alis dan keningku mengkerut saking tidak mengerti. Sebenarnya apa yang akan Roselied lakukan bersamaku di sini sampai membawaku ke ruangan aneh yang seperti ini? Tidak mungkin kan? Roselied hendak mengajakku beribadah di tempat ini. Aku saat ini sangat malas untuk mengajukan segala pertanyaan yang terlintas di benakku pada Roselied, entahlah, rasanya sia-sia saja. Apapun yang kutanyakan, selalu saja diberikan jawaban yang sama sekali tidak membuatku puas dan paham pada hal tersebut, yang ada itu hanya akan membuatku jadi semakin bertanya-tanya, jadi kupikir tidak ada gunanya bertanya pada Roselied. Oke, seingatku, aku dibawa kemari karena hendak dipertemukan dengan Lucifer, Sang Raja Iblis. Tapi dari tadi, aku sama sekali tidak dipertemukan dengannya, aku benar-benar tidak mengerti apa yang ada di balik pikiran Roselied. Apa jangan-jangan dia telah membohongiku? Bukankah itu keterlaluann. Oke, sekarang aku harus tenangkan diriku, aku harus berpikir positif sebisa mungkin. Hidupku saja saat ini sudah sangat sial dan menderita, tidak mungkin aku diberikan pernyataan yang akan membuatku semakin merasa menyedihkan. Aku tidak mengerti mengapa aku harus berakhir di tempat seperti ini? Mengapa harus aku yang terpilih menjadi calon pengantin Sang Raja Iblis? Mengapa tidak gadis lain saja? Bukankah ada 7 miliar manusia di muka bumi ini, tapi mengapa harus aku yang terpilih dari miliaran manusia lainnya di dunia? Itu sangat tidak adil! Lagipula, terpilihnya aku sebagai calon pengantin Sang Raja Iblis sama sekali tidak membuatku senang! Tidak ada manfaatnya bagi hidupku! Lalu, kalaupun aku benar-benar mau menjadi seorang istri dari Sang Raja Iblis, lalu setelahnya apa? Apa yang harus kulakukan? Apakah aku hanya akan digunakan sebagai mesin penghasil bayi? Untuk membuat keturunan Sang Raja Iblis sebanyak mungkin? Lagipula, memangnya bisa, ya, manusia dan iblis menghasilkan keturunan? Bagaimana anaknya nanti? Apakah akan berbentuk seperti manusia? Atau mungkin iblis? Semakin kumemikirkannya, semakin otakku jadi semakin pusing. Ayolah Roselied, katakan dan jelaskan yang sejujurnya padaku, sebenarnya apa maksud darimu membawaku ke tempat seperti ini? Apa yang harus kulakukan agar Sang Raja Iblis bisa datang dan menemuiku? Aku tidak ingin terus-terusan seperti ini! Rasanya seperti dipenjara! Setelah badainya reda dan hilang secara berangsur-angsur, tiba-tiba saja Roselied kembali membangkitkan badannya untuk berdiri tegak, kemudian dia mendatangiku dan menarik tangan kananku agar tubuhku ikut berdiri tegak bersamanya. Kemudian, Roselied membawaku keluar dari ruangan itu dan berhenti di tengah-tengah ruang aula bangunan ini yang cukup luas. Aku tidak tahu apa maksud dari tindakannya ini, tapi aku hanya pasrah saja, menuruti pergerakannya sampai membawaku kemari. Aku menyingkap helaian rambut pirangku yang menutupi mata dengan jemari lentikku, agar mataku bisa melihat dengan jelas tiap lekuk dari ruangan yang kini kutempati ini. Yah, aku hanya tersenyum, tepatnya tersenyum getir. Sejauh yang kulihat, ruangan ini berisi beberapa kursi panjang yang berjejer ke belakang dengan dua barisan dan memberikan luang di bagian tengah untuk dijadikan sebagai jalan setapak. Persis seperti bagian dalam sebuah gereja, di depan kursi-kursi panjang itu terdapat sebuah benda yang mirip seperti podium kecil berbahan kayu jati yang kokoh. Itu benar-benar mirip seperti tempat pendeta yang akan berdakwah. Semakin kuteliti tiap-tiap hal yang ada di ruangan ini, semakin membuat alis dan keningku mengkerut saking tidak mengerti. Sebenarnya apa yang akan Roselied lakukan bersamaku di sini sampai membawaku ke ruangan aneh yang seperti ini? Tidak mungkin kan? Roselied hendak mengajakku beribadah di tempat ini. Aku saat ini sangat malas untuk mengajukan segala pertanyaan yang terlintas di benakku pada Roselied, entahlah, rasanya sia-sia saja. Apapun yang kutanyakan, selalu saja diberikan jawaban yang sama sekali tidak membuatku puas dan paham pada hal tersebut, yang ada itu hanya akan membuatku jadi semakin bertanya-tanya, jadi kupikir tidak ada gunanya bertanya pada Roselied. Oke, seingatku, aku dibawa kemari karena hendak dipertemukan dengan Lucifer, Sang Raja Iblis. Tapi dari tadi, aku sama sekali tidak dipertemukan dengannya, aku benar-benar tidak mengerti apa yang ada di balik pikiran Roselied. Apa jangan-jangan dia telah membohongiku? Bukankah itu keterlaluann. Oke, sekarang aku harus tenangkan diriku, aku harus berpikir positif sebisa mungkin. Hidupku saja saat ini sudah sangat sial dan menderita, tidak mungkin aku diberikan pernyataan yang akan membuatku semakin merasa menyedihkan. Aku tidak mengerti mengapa aku harus berakhir di tempat seperti ini? Mengapa harus aku yang terpilih menjadi calon pengantin Sang Raja Iblis? Mengapa tidak gadis lain saja? Bukankah ada 7 miliar manusia di muka bumi ini, tapi mengapa harus aku yang terpilih dari miliaran manusia lainnya di dunia? Itu sangat tidak adil! Lagipula, terpilihnya aku sebagai calon pengantin Sang Raja Iblis sama sekali tidak membuatku senang! Tidak ada manfaatnya bagi hidupku! Lalu, kalaupun aku benar-benar mau menjadi seorang istri dari Sang Raja Iblis, lalu setelahnya apa? Apa yang harus kulakukan? Apakah aku hanya akan digunakan sebagai mesin penghasil bayi? Untuk membuat keturunan Sang Raja Iblis sebanyak mungkin? Lagipula, memangnya bisa, ya, manusia dan iblis menghasilkan keturunan? Bagaimana anaknya nanti? Apakah akan berbentuk seperti manusia? Atau mungkin iblis? Semakin kumemikirkannya, semakin otakku jadi semakin pusing. Ayolah Roselied, katakan dan jelaskan yang sejujurnya padaku, sebenarnya apa maksud darimu membawaku ke tempat seperti ini? Apa yang harus kulakukan agar Sang Raja Iblis bisa datang dan menemuiku? Aku tidak ingin terus-terusan seperti ini! Rasanya seperti dipenjara!
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD